Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menceritakan bagaimana perjuangannya bersama jajaran menteri terkait menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Salah satunya, Jokowi mengatakan, masyarakat harus bersyukur pandemi Covid-19 di Indonesia berhasil dikendalikan tanpa harus menerapkan strategi lockdown atau karantina wilayah.
Baca Juga
Dirinya mengaku ingat betul bahwa sejumlah pihak ingin lockdown diterapkan di Indonesia, khususnya masyarakat kelas menengah ke atas.
Advertisement
"Oleh sebab itu, kembali lagi kita memang harus bersyukur. Pandeminya bisa kita kendalikan tanpa lockdown. Itu dulu kalau kita survei satu ruangan saat awal-awal pandemi pasti 90 persen minta lockdown semuanya. Utamanya yang menengah atas. Mintanya pasti lockdown," kata Jokowi saat menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Tak hanya masyarakat, lanjut dia, 80 persen menteri kabinet Indonesia Maju juga mendesak agar lockdown diberlakukan. Namun, Jokowi akhirnya memutuskan untuk tidak menerapkan lockdown di Indonesia karena beberapa pertimbangan.
Jokowi pun bersyukur pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali dan kebijakan PPKM telah dicabut pada akhir tahun 2022. Dia mengungkapkan bahwa tak mudah bagi pemerintah untuk mengendalikan pandemi saat awal-awal Covid-19.
"Dunia enggak pernah ada yamg memiliki pengalaman pandemi seperti ini, negara-negara selain kita. Jadi mau belajar ke siapa, enggak ada, pakemnya seperti apa enggak ada, standarnya seperti apa enggak ada," kata Jokowi.
Selain itu, dia mengaku, pemerintah berupaya keras mengendalikan sektor kesehatan dan ekonomi saat masa pandemi Covid-19. Bahkan, Jokowi dan para menteri lainnya tidak pernah tidur untuk mengurusi pandemi di Indonesia.
Berikut sederet cerita Presiden Jokowi bagaimana pemerintah berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Pamer Bisa Kendalikan Pandemi Covid-19 Tanpa Lockdown
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, masyarakat harus bersyukur pandemi Covid-19 di Indonesia berhasil dikendalikan tanpa harus menerapkan strategi lockdown atau karantina wilayah.
Jokowi ingat betul bahwa sejumlah pihak ingin lockdown diterapkan di Indonesia, khususnya masyarakat kelas menengah ke atas.
"Oleh sebab itu, kembali lagi kita memang harus bersyukur. Pandeminya bisa kita kendalikan tanpa lockdown. Itu dulu kalau kita survei satu ruangan saat awal-awal pandemi pasti 90 persen minta lockdown semuanya. Utamanya yang menengah atas. Mintanya pasti lockdown," kata Jokowi saat menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Tak hanya masyarakat, kata dia, 80 persen menteri kabinet Indonesia Maju juga mendesak agar lockdown diberlakukan. Namun, Jokowi akhirnya memutuskan untuk tidak menerapkan lockdown di Indonesia karena beberapa pertimbangan.
Dia memperkirakan tidak sampai tiga minggu, masyarakat akan rusuh apabila pemerintah memberlakukan lockdown. Hal ini dikarenakan masyarakat kalangan menengah bawah tidak memiliki stok makanan untuk bertahan selama tiga bulan.
"Sehingga meskipun saat itu kita gagap gugup tetapi saya masih tenang, jernih dan bisa memutuskan dan Alhamdulillah tidak keliru," ucap Jokowi.
Â
Advertisement
2. Upaya Keras Kendalikan Sektor Kesehatan dan Ekonomi Sampai Tak Tidur
Jokowi pun bersyukur pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali dan kebijakan PPKM telah dicabut pada akhir tahun 2022. Dia mengungkapkan bahwa tak mudah bagi pemerintah untuk mengendalikan pandemi saat awal-awal Covid-19.
"Dunia enggak pernah ada yamg memiliki pengalaman pandemi seperti ini, negara-negara selain kita. Jadi mau belajar ke siapa, enggak ada, pakemnya seperti apa enggak ada, standarnya seperti apa enggak ada," kata Jokowi.
Dia menyebut, saat itu pertumbuhan ekonomi nasional juga ikut jatuh tersungkur karena pandemi Covid-19. Pemerintah pun berupaya keras mengendalikan sektor kesehatan dan ekonomi.
"Ngurusi pandemi saja enggak pernah tidur kita. Tanya ini tokoh-tokohnya ada di sini semua, Pak Airlangga (Menko Perekonomian), Pak Luhut (Menko Maritim dan Investasi), Pak Erick (Menteri BUMN) Untungnya enggak sampai kurus badannya," tutur Jokowi.
Â
3. Akui Susahnya Cari Masker hingga Vaksin Covid-19
Bukan hanya itu, Jokowi ingat betul saat itu pemerintah bingung mencari masker untuk masyarakat Indonesia yang berjumlah ratusan juta. Selain itu, pemerintah juga bingung mencari alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan rumah sakit.
"Bingung pada saat puncak Delta, kita bingung mencari oksigen, semua negara pegang enggak mau ngelepas yang namanya oksigen. Ventilator barang-barang yang dulu enggak pernah kita ngerti jadi ngerti. Oh, ventilator itu itu," tutur Jokowi.
Jokowi mengatakan, hal yang paling sulit adalah vaksin Covid-19, di mana semua negara pada saat itu berebut untuk mendapatkannya. Setelah vaksin berhasil didapatkan, tantangan selanjutnya yakni, menyuntikannya ke masyarakat Indonesia.
"Kalau vaksin hanya sejuta dua juta mudah. Tapi negara kita ini negara besar, 280 juta orang yg tersebar di 17.000 pulau bukan hal yang mudah. Dan sampai hari ini kita telah mensuntikkan 450.051.000 vaksin kepada masyarakat. Jumlah yg termasuk lima besar dunia kita ini," ujar dia.
"Bayangkan, kita harus menyuntik masyarakat kita di atas gunung, harus menyeberang sungai untuk menyuntikkan masyarakat-masyarakat di pulau-pulau terluar. Tapi menyuntik 450 juta itu bukan barang yang mudah," pungkas Jokowi.
Advertisement