Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) menyelenggarakan kunjungan ke petani Tembakau di Magelang dan Temanggung, Rabu (1/2/2023).
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali informasi terkait dengan implementasi dan aspirasi penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
Baca Juga
Kegiatan kunjungan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, focus group discussion yang dimoderatori oleh Dr. Abdilah Ahsan (Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia) serta sesi kedua, berupa kunjungan lapangan ke petani tembakau yang telah melakukan diversifikasi tanam.
Advertisement
Kegiatan diskusi melibatkan perwakilan dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI; Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI; Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI; Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/ Bappenas; Dinas Pertanian Kabupaten Magelang dan Temanggung; Dinas Sosial Kabupaten Magelang dan Temanggung ; Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Kabupaten Magelang dan Temanggung; serta Magelang Tobacco Control Centrel (MTCC).
Kegiatan diskusi ini sepakat untuk menyusun Panduan Penggunaan Dana DBHCHT di tingkat daerah khususnya wilayah Magelang dan Temanggung. Selain itu, diskusi ini juga menampung beberapa aspirasi baik dari sisi pengambil kebijakan ataupun petani.
Tohar, Ketua APTI Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung menyampaikan usulan agar sebagian Penggunaan DBHCHT dapat dialokasikan untuk pembangunan penampungan air atau embung mikro.
“Di musim kemarau para petani kesulitan air sehingga adanya embung dapat membantu petani agar tetap dapat bercocok tanam," kata Tohar.
Istanto, petani asal Temanggung juga menyampaikan harapannya yaitu “Saya harap pemerintah tidak melakukan impor pada saat petani sedang panen dengan harga yang terbaiknya," ucapnya.
Istanto mengharapkan agar pemerintah pusat menampung semua masukan dari petani tembakau guna memastikan kesejahteraan mereka terus meningkat.
Kunjungi Petani
Selain itu, Tim Lembaga Demografi FEB UI turut mengunjugi para petani di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung untuk meninjau secara langsung pelaksanaan diversifikasi dan peran embung mikro bagi pertanian setempat.
Sebagian besar petani di wilayah ini telah melakukan diversifikasi atau alih tanam tanaman tembakau yang dikenal dengan istilah Pola Tlahab.
Menurut Yamidi (Ketua Kelompok Tani Kopi Arabika Tlahab), pola tlahab merupakan sistem tanam tumpangsari yang mengutamakan tiga nilai yaitu konservasi, diversifikasi, dan maksimalisasi usaha tani.
Kegiatan konservasi mencakup upaya untuk mencegah terjadinya erosi, longsor, dan banjir serta menjaga kesehatan lahan usai ditanami. kegiatan diversifikasi bertujuan agar petani tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas tanam. Sehingga dengan adanya diversifikasi, petani setidaknya dapat memiliki empat komoditas yang bisa dipanen setiap tahunnya dari tembakau, hingga kopi.
Ketua APTI Kecamatan Kledung, Tohar, membuat sebuah inovasi dalam diversifikasi tanaman dengan memberdayakan tanaman tembakau sebagai perasa kopi. Hal ini dapat menjadi inspirasi sekaligus motivasi bahwa tembakau tidak hanya dapat digunakan untuk bahan baku membuat rokok, namun juga dapat digali lebih lanjut manfaat-manfaat lainnya. Pada akhirnya, maksimalisasi usaha tani akan dapat dicapai ketika petani telah menerapkan upaya konservasi dan diversifikasi dengan tepat.
Selain itu, lahan pertanian di Desa Tlahab juga telah memiliki embung yang dapat menampung air hujan, namun jumlahnya masih sangat terbatas yaitu 2 embung mikro. Masing-masing embung memiliki kapasitas air sebesar 80 kubik atau 80.000 liter air sehingga dapat mengairi sekitar 2-3 hektar lahan pertanian di Desa Tlahab. Pembangunan embung ini didanai oleh LazisMu Jawa Tengah yang bekerjasama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Jawa Tengah.
Selain di Desa Tlahab, LazisMu Jawa Tengah juga telah membangun 3 embung di 3 desa lainnya yaitu , embung di Kruisan, Batursari, dan Bansari. Dengan demikian, diharapkan inisiasi pembangunan embung mikro untuk pertanian dapat terus berkembang di wilayah-wilayah lain yang mengalami hal serupa yaitu kesulitan air pada saat musim kemarau tiba.
Advertisement