Liputan6.com, Jakarta - Olahraga lari sudah jadi keseharian Fahri Fary sejak tahun 2014. Hal itu berawal dari keisengannya untuk menghilangkan stres setelah pulang bekerja. Lari, menurut Fahri merupakan salah satu olahraga yang murah dan mudah secara waktu.
Saat itu, dia memilih untuk olahraga lari di kawasan Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) yang memang dekat dari kantornya. Saat berolahraga lari Fahri merasa lebih santai dan dapat melupakan sejenak kepenatan mengenai pekerjaannya.
Baca Juga
"Jadi seolah-olah kita lari kenyataan, lari dari pekerjaan. Tapi setelah itu memang lebih fresh, badan lebih enak, dan setelah itu kita sudah bisa lebih berpikir jernih tentang permasalahan yang dihadapi. Misalnya dari stres itu sendiri, jadi memang dari awalnya hanya sebatas stress release," kata Fahri kepada Liputan6.com.
Advertisement
Fahri sering kali melakukan olahraga lari tiga-empat hari dalam satu pekan. Seringnya melakukan aktivitas tersebut dia akhirnya bertemu dengan teman baru dan masuk dalam sebuah komunitas, yaitu RIOT atau run is our therapy.
Selain mendapatkan teman, dalam komunitas yang awalnya terbentuk di Bali tersebut, Fahri diajarkan berbagai teknik lari yang benar.
Captain of RIOT Indonesia Chapter Jakarta itu menyatakan jika komunitas olahraga tersebut memiliki simpatisan dengan berbagai latar belakang yang berbeda dan ingin menyalurkan kepenatan setelah melakukan aktivitas harian.
Mereka terdiri dari dokter, mahasiswa, hingga karyawan. Tak hanya Bali dan Jakarta, Fahri menyatakan komunitas tersebut sudah ada di beberapa kota besar lainnya.
"Seperti yang saya sampaikan tadi, ada latar belakang sebenarnya mereka ingin lari karena masalahkah, atau hanya sebatas ingin olahraga, ingin punya waktu luang sedikit yang dipakai untuk lari," ucapnya.
Tepis Stres karena WFH
Hal yang sama juga dilakukan oleh Nindya. Dia memilih melakukan aktivitas jalan santai dan lari setiap harinya setelah mengalami stres selama work from home (WFH) saat pandemi Covid-19. Berjalan mengelilingi komplek rumahnya menjadi alternatif yang dilakukan selama setahun terakhir.
Rekomendasi lari dan jalan kaki tersebut didapatkannya setelah mendapatkan rekomendasi dari psikolog. Hal itu dilakukannya salah satunya untuk menjaga kesehatan mental.
"Sempat konsultasi online-lah waktu itu. Karena stres banget sama kerjaan, jarang keluar rumah dan geraknya kurang," jelas Nindya kepada Liputan6.com.
Ingin Kesehatan Mental Terjaga, Rutin Olahraga
Â
Selain, lari yoga juga menjadi salah satu olahraga yang diminati masyarakat Indonesia. Yoga merupakan olahraga tubuh dan pikiran yang fokus pada kekuatan, kelenturan, serta pernapasan yang bermanfaat untuk meningkatan kesehatan mental dan fisik. Manfaat tersebut dirasakan langsung oleh Devy.
Perempuan asal Jakarta Timur itu telah menggeluti olahraga asal India ini sejak Oktober 2023. Dia memang sengaja memilih olahraga tersebut untuk membantu meningkatkan kualitas tidurnya. Devy mengakui dirinya telah divonis psikiater mengalami gangguan kecemasan yang berlebih yang mempengaruhi kualitas tidurnya.
Karena gangguan tersebut ketika sudah mulai tidur Devy akan tiba-tiba terbangun dan merasa panik. Bahkan dia pernah tidak tidur selama tiga hari berturut-turut. Kualitas tidurnya yang buruk tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi fisiknya.
Atas rekomendasi sejumlah pihak, akhirnya dia memilih untuk rutin berolahraga. Setelah menjalani yoga selama satu pekan, Devy mengaku badannya langsung beradaptasi. Kualitas tidurnya pun berangsur-angsur membaik.
"Di awal mungkin badan emang kaget misalnya badan pegel-pegel. Tapi begitu ya setelah olahraga emang tidur lebih enak, lebih berkualitas, enggak bangun malam-malam. Mulai berkurang intensitas itu," kata Devy kepada Liputan6.com.
Akhirnya setelah beberapa bulan rutin berolahraga, Devy juga mengaku mendapat dampak yang lebih positif untuk pikiran, emosi, dan fisiknya. Biasanya selama satu pekan dia memilih dua sampai tiga kali melakukan yoga di sebuah pusat kebugaran.
Bantu Otak Berfungsi Optimal
Olahraga tidak hanya memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan fisik seseorang. Namun, juga memiliki manfaat untuk kesehatan mental jika dilakukan secara rutin.
Dokter spesialis kesehatan olahraga, Andhika Raspati menyatakan olahraga atau latihan fisik dapat membantu otak manusia berfungsi secara optimal. Yaitu dalam berfikir, daya ingat, hingga untuk mengatur perasaan.
"Begitu olahraga, maka dia bisa jadi optimal, termasuk mood tadi, perasaan. Sekarang kan banyak masalah-masalah yang berhubungan dengan perasaan, dengan mood. Orang yang cemas, yang overthinking, yang baperan, yang kacau lah isi pikirannya. Dan rupanya dengan dia itu berolahraga, bisa lebih baik itu moodnya dia, lebih terjaga," kata Andhika kepada Liputan6.com.
Olahraga yang dapat dilakukan untuk membatu kesehatan mental biasanya berhubungan dengan kardio atau gerakannya berulang-ulang secara teratur dalam jangka waktu tertentu. Misalnya lari joging, sepedaan, senam zumba, hingga berenang.
Kata Andhika, olahraga yang sifatnya menyenangkan dan bertemu dengan orang lain juga membantu untuk mencegah gangguan kesehatan mental. Selain yang bersifat kardio, olahraga latihan otot memiliki efek sama.
Dengan stretching ataupun yoga seseorang akan terbantu secara kekuatan otot, kelenturan tubuh, dan berpengaruh pada perasaan seseorang.
Â
Olahraga Rutin Minimal 150 menit Sepekan
Andhika menyatakan hal terpenting dalam pelaksanaan olahraga yang optimal untuk fisik hingga mental jika dilakukan secara rutin. Misalnya tiga sampai lima kali dalam satu pekan meskipun dengan olahraga yang tidak berat.
Lanjut Andhika, berlari kecil atau jalan kaki keliling kompleks setiap hari dinilai lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan lari maraton sebulan sekali. "Jadi intinya, dibuat rutin, frekuensinya dijaga, itu yang akan lebih baik hasilnya. Jadi, yang namanya olahraga itu kita nggak bisa expect banyak kalau cuma sekali dua kali, jarang-jarang pula," ujarnya.
Andhika juga menyatakan secara umum setiap orang ditargetkan aktif melakukan aktivitas latihan fisik minimal 150 menit dalam satu pekan. Dengan waktu tersebut secara logika seseorang dapat melakukannya dengan pembagian setiap hari.
"Jadi kalau kita bikin tiga kali seminggu, kita punya utang cicilan 50 menit. Tapi kalau misalnya kita mau bikin lima kali seminggu, kita cukup 30 menit. Artinya enggak ribet. Dan itu minimal kalau misalnya dia pengen banyak boleh banget. Kalau memang dia sanggup dan dia sehat," paparnya.
Â
Advertisement
Bukan Terapi Utama
Sementara itu, Andhika menegaskan jika terapi olahraga bukan bersifat utama untuk seseorang yang memiliki permasalahan kesehatan mental berat yang mengkhawatirkan. Hal terpenting seseorang tersebut tidak melakukan diagnosa sendiri ketika merasa ada masalah gangguan kesehatan mental.
"Sangat baik apabila kita pastikan dulu, ini gimana nih kondisinya sebenarnya. Berat ringannya kan sebernya yang bisa menilai dari orang yang ahli. Yang paling benar adalah kita samperin yang ahli biar dia yang decide, dia yang akan diagnose ini kenapa, nanti dari situ kita bisa lihat orang ini cukup dengan terapi aja misalnya atau juga perlu pemberian obat-obatan," dia menandaskan.
Aktivitas fisik secara teratur mulai dari menyedot debu ataupun latihan olahraga secara khusus sangat penting untuk membuat tubuh seseorang tetap kuat, gesit, mencegah cedera dan berbagai macam penyakit.
Tetapi olahraga juga sangat bermanfaat bagi kesehatan otak dan manajemen suasana hati. Faktanya, berolahraga dengan cara tertentu setiap hari menjadi salah satu cara paling vital untuk tetap bugar secara kognitif dalam jangka pendek dan panjang.
Penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga teratur secara positif terkait dengan peningkatan kesehatan mental, yaitu kecemasan dan depresi yang lebih rendah. Melansir dari Real Simple, menurut ahli sitopatologi dan spesialis jarum halus bersertifikat, Celina Nadelman, bahkan 30 menit berolahraga setiap hari bisa meningkatkan keterampilan berpikir, pemrosesan informasi, pertumbuhan dan ketahanan sel otak, manajemen stres, daya ingat, kinerja akademis, dan dapat membantu mencegah atau mengelola penyakit mental dan gangguan neurodegeneratif.Â
Meskipun sangat normal untuk merasa stagnan dan tidak terinspirasi untuk berkeringat ketika Anda cemas, stres, atau tertekan, kenyataannya adalah, akan lebih penting untuk tetap aktif di masa-masa sulit. Kurangnya gerakan bisa berdampak negatif pada otak kita dan mengapa sangat penting bagi pikiran dan suasana hati untuk berjalan berkeringat, atau aktivitas fisik lainnya setiap hari.
Menurut seorang dokter naturopati, Katy Firsin, ketika kita berolahraga tubuh melepaskan bahan kimia yang membuat kita merasa nyaman, seperti anandamide dan endocannabinoid, langsung ke otak kita. Senyawa-senyawa ini tidak hanya menghalangi reseptor rasa sakit, tetapi juga meningkatkan perasaan senang, katanya. Ketika kita kekurangan bahan kimia penting ini, kita cenderung merasa lebih cemas dan tertekan.
"Bahan kimia ini juga memiliki efek pada rasa sakit, dan ada hubungan langsung antara rasa sakit dan nyeri yang berasal dari tidak banyak bergerak dan kesehatan mental kita," tambah Firsin.Â
Gegah Gangguan Kesehatan Mental, Harus Sering Bergerak
Olahraga sudah diketahui memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan fisik. Misalnya untuk meningkatkan energi, mengontrol berat badan, menurunkan tekanan darah, hingga mengurangi risiko diabetes.
Psikolog klinis dewasa, Nirmala Ika membenarkan jika olahraga memiliki efek untuk kesehatan mental. Kata dia, pada dasarnya saat bergerak atau dengan olahraga dapat merangsang produksi hormon endorfin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit.
Lalu memperbaiki pula hormon serotonin yang berperan penting dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik.
"Nah hormon-hormon ini membantu banget kita untuk meningkatkan mood kita. Kemudian dengan bergerak, sirkulasi udara di tubuh kita itu juga menjadi lebih baik. Dan itu juga membantu kita untuk mengelola kecemasan kita, depresi kita, yang kayak gitu sih," kata Nirmala kepada Liputan6.com.
Dia menjelaskan ketika seseorang sedang mengalami suasana hati yang kurang baik, cenderung malas untuk melakukan aktivitas. Sedangkan ketika mulai bergerak hal tersebut akan memberikan sedikit perubahan pada tubuh seseorang.
Nirmala menyatakan olahraga yang dapat membantu kesehatan mental idealnya dilakukan secara rutin dan dengan kadar secukupnya. Olahraga yang dapat dilakukan misalnya lari, jalan kaki, hingga yoga.
"Tapi, kadang orang karena udah lari kan udah ngerasa enak, terus mulai ngejar target. Itu juga yang harus hati-hati, karena jangan sampai kemudian itu jadi maksain. Maksain badan kita, itu juga jadi nggak bagus. Secukupnyalah, karena kalau kita bicara kesehatan mental, tujuannya bukan ngejar oh saya harus sekian menit atau sekian detik dalam satu kilo atau segitu," papar dia.
Masalah Kesehatan Mental Tetap Butuh Konseling
Kendati begitu Nirmala menyatakan tak semua permasalahan kesehatan mental dapat diselesaikan dengan olahraga. Sebab terdapat sejumlah kondisi ketika olahraga hanya digunakan sebagai pencegahan. Misalnya untuk seseorang penderita depresi akut.
"Enggak bisa dengan olahraga doang. Dia butuh obat, dia butuh terapi, dia butuh konseling. Sebenarnya untuk sampai fase itu kan pasti ada tahapan-tahapannya. Atau ketika misalnya dia udah didiagnosa, gini-gini. Oke kamu minum obat, gini-gini, sambil ditambah ya dengan olahraga untuk bantu naikin lagi," paparnya.
Lanjut Nirmala, berolahraga yang bersentuhan langsung dengan alam juga sangat membantu seseorang untuk memperbaiki perasaan dan pikiran. Hal terpenting suatu aktivitas yang bergerak atau olahraga menjadi sesuatu yang rutin.
"Jangan yang ah aku stres baru lari. Kalau memang enggak punya waktu, udah mungkin yang kita ganti adalah rute jalan kita. Misalnya yang biasa naik ojek ya udah deh jalan walaupun enggak nyaman. Di kantor jangan lift, pakai tangga. Bisa diakalin lah, jangan kebanyakan duduk," Nirmala mnejelaskan.
Advertisement