Sukses

Sukses Gelar Konser, Yuk Ingat Lagi Perjalanan Karier Band Dewa 19

Konser salah satu band legendaris Indonesia Dewa 19 telah sukses digelar dihadiri kurang lebih sekitar 75.000 penonton di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara pada Sabu malam 4 Februari 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Konser salah satu band legendaris Indonesia Dewa 19 telah sukses digelar dihadiri kurang lebih sekitar 75.000 penonton di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara pada Sabu malam 4 Februari 2023.

Konser yang bertajuk Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19 ini juga dihadiri oleh empat vokalis dan lima drummernya dengan dipromotori oleh Red Line Kreasindo.

Konser tersebut menjadi salah satu konser yang dipenuhi oleh penonton yang ingin melihat band legendaris ini yang sudah berkarier cukup lama.

Melansir dari akun Instagram @jakartastadium, sekitar 75 ribu orang dari penggemar Dewa 19 memenuhi kawasan JIS tersebut.

"Jakarta International Stadium (JIS) jadi lokasi konser Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19. Sebanyak 75 ribu Baladewa dan Baladewi memadati konser itu," tulis keterangan JIS.

Tidak hanya itu, pembukaan dari konser ini juga disambut oleh Mulan Jameela beserta anak-anak dari Ahmad Dhani dengan band mereka yaitu The Lucky Laki juga tampil membawakan lagu-lagu mereka.

Kehadiran empat vokalis serta lima drummer yang pernah tergabung bersama band tersebut karena band ini sempat mengalami pergantian personel beberapa kali.

Bagaimanakah perjalanan karier band Dewa 19? Melansir laman http://p2k.unkris.ac.id/, Dewa 19 merupakan grup musik yang lahir pada 26 Agustus 1986 di Surabaya, Jawa Timur dan diketuai oleh Ahmad Dhani.

Berkarier sejak 1986, band ini menjadi salah satu band legendaris yang masih eksis sampai sekarang dari generasi ke generasi.

Berikut mengingat lagi perjalanan karier band Dewa 19 dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:

 

2 dari 8 halaman

Awal Pembentukan

Band Dewa pertama kali terbentuk pada 26 Agustus 1986 oleh empat orang siswa SMP Negeri 6 Surabaya.

Nama Dewa merupakan akronim dari nama mereka berempat, yaitu Dhani Ahmad (keyboard, vokal), Erwin Prasetya (bass), Wawan Juniarso (drum), dan Andra Junaidi (gitar).

Mereka mempunyai markas tempat berlatih di rumah Wawan di Jalan Darmawangsa Dalam Selatan Nomor 7, yang terletak di komplek Universitas Airlangga.

Dewa yang awalnya muncul dengan musik pop, belakangan berubah haluan menjadi jazz setelah Erwin memperkenalkan musik jazz ke grup ini.

Wawan yang merupakan penggemar berat musik rock belakang memutuskan keluar pada 1988 dan bergabung dengan Outsider yang beranggota Ari Lasso.

Posisi Wawan digantikan oleh Salman dan nama Dewa pun diubah menjadi Down Beat, yang diambil dari nama majalah jazz terbitan Amerika Serikat.

Di daerah Jawa Timur dan sekitarnya, nama Down Beat kala itu cukup terkenal, terutama setelah sukses merajai panggung festival. Sebut saja Festival Jazz Remaja se-Jawa Timur, juara I Festival band SLTA 1990 atau juara II Jarum Super Fiesta Musik.

Saat nama Slank berkibar, Wawan kembali dipanggil kepada menghidupkan Dewa, dengan mengajak pula Ari Lasso. Nama Down Beat pun berubah menjadi Dewa 19, sebab waktu itu rata-rata usia personelnya 19 tahun.

Kali ini, Dewa 19 benar dengan mencampuradukkan beragam musik berlaku satu, yaitu pop, rock, bahkan jazz, sehingga melahirkan alternatif baru bagi khasanah musik Indonesia masa itu.

Salah seorang teman sekelas Wawan, Harun ternyata tertarik pada konsep tersebut dan menawarkan investasi sebesar Rp10 juta kepada memodali teman-temannya membuat master rekaman.

Sebab di Surabaya tidak ada studio yang memenuhi syarat, mereka terpaksa bepergian hijrah ke Jakarta meskipun dengan modal yang pas-pasan.

 

3 dari 8 halaman

Album Perdana dan Kesuksesan Awal

Dewa 19 pun menyelesaikan pembuatan master album perdana mereka di Jakarta. Setelah itu, Andra, Ari, Erwin, dan Wawan kembali ke Surabaya sementara Dhani tetap di Jakarta kepada mencari label rekaman yang bersiap mengorbitkan mereka.

Dhani belakang berkeliaran di penjuru kota Jakarta, dari satu perusahaan rekaman ke perusahaan rekaman lain menggunakan bus kota.

Awalnya, banyak perusahaan rekaman yang menolak mereka sebab menganggap lagu mereka kurang menjual. Master rekaman Dewa 19 akhir-akhirnya dilirik oleh Jan Djuhana dari Team Records, yang pernah sukses melejitkan KLa Project.

Pada 1992, Dewa meluncurkan album pertamanya yang bertingkat Dewa 19. Di luar dugaan album perdana mereka meledak dan laris di pasaran, sehingga Team Records yang notabene merupakan label kecil terpaksa berkeinginan Aquarius Musikindo kepada mengabil alih produksi album ini.

Album tersebut melahirkan single berjudul 'Kangen' dan 'Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi' yang sukses memperoleh tempat di hati pecinta musik Indonesia.

Nama Dewa 19 seketika melejit di blantika musik Indonesia. Melalui album ini Dewa 19 sukses menyabet 2 penghargaan di BASF Awards 1993, masing-masing kepada kategori 'Pendatang Baru Terbaik' dan 'Album Terlaris 1993'.

Pada 1994, Dewa 19 merilis album kedua mereka yang berjudul Format Masa Hadapan. Di tengah penggarapan album ini, Wawan hengkang dari Dewa 19 dan belakangan dialihkan sementara oleh pemain pembantu Rere Reza drummer di Grass Rock (sekarang drummer pembantu di ADA Band).

Terhitung sejak 24 September 1994 Aquarius Musikindo resmi menjadi label Dewa 19 menggantikan Team Records. Album ini menelurkan singel berjudul 'Diri sendiri Milikmu' dan 'Tak Akan Berada Cinta Yang Lain'.

 

4 dari 8 halaman

Album Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima

Pada 1995, Dewa merilis album bertingkat Terbaik Terbaik. Wong Aksan belakang bergabung dan menempati kedudukan drummer. Album ini mempunyai konsep musik pop rock yang dikembangkan dengan menambah unsur-unsur jazz, folk, funk dan ballad.

Banyak pengamat musik meyakini bahwa inilah album terbaik yang pernah dibuat bentuk Dewa 19 yang mengukuhkan mereka kepada salah satu grup band luhur terkreatif di Indonesia.

Majalah Rolling Stone edisi Desember 2007, meletakkan album ini di kedudukan 26 dalam daftar '150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa'.

Sementara itu, single pertamanya yang berjudul 'Cukup Siti Nurbaya' berada di peringkat 20 dalam daftar '150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa' oleh majalah Rolling Stone edisi Desember 2009.

Selain 'Cukup Siti Nurbaya', album Terbaik Terbaik juga melejitkan singel hit lain seperti 'Satu Hati (Kita Semestinya)' dan lagu balada 'Cinta 'Kan Membawamu Kembali'.

Lewat album ini. Dewa kembali meraih penghargaan BASF Awards dalam kategori 'Grup Musik Rock Terbaik', 'Grup/Duo Rekaman Terbaik' serta 'Kelola Musik Rekaman Terbaik'.

Video klip 'Cukup Siti Nurbaya' juga memperoleh penghargaan 'Video Klip Terbaik' di area Video Musik Indonesia. Album Terbaik Terbaik telah sukses terjual sebanyak 500.000 keping di Indonesia. Sejak album ini pula Dewa 19 mulai menggunakan istilah Baladewa kepada mengatakan para penggemar fanatiknya.

Album keempat Dewa 19 yang berjudul Pandawa Lima dirilis pada 1997. Melalui album ini, Dewa 19 sukses meraih 6 penghargaan di Anugerah Musik Indonesia 1997, yaitu 'Lagu Alternatif Terbaik', 'Lagu Terbaik Umum', 'Duo/Grup Alternatif Terbaik', 'Album Rhythm & Blues Terbaik' serta 'Sampul Album Terbaik'.

Album ini melahirkan sebanyak hits di selangnya berjudul 'Kirana' dan 'Kamulah Satu-Satunya'. Kedua lagu ini sukses memenangkan penghargaan Video Musik Indonesia dalam kategori 'Video Klip Favorit'.

Pandawa Lima telah sukses terjual bertambah dari 800 ribu keping dan memperoleh sertifikat 5x Platinum.

 

5 dari 8 halaman

Tersandung Kasus Ketergantungan Narkoba dan Perpecahan

Pada 4 Juni 1998, Wong Aksan resmi dikeluarkan dari Dewa 19 karena suatu peristiwa permainannya yang terlalu kental dengan jazz.

Wong Aksa digantikan oleh Bimo Sulaksono (mantan anggota Netral). Tak lama, Bimo keluar dari grup ini dan bergabung dengan Bebi membentuk grup Romeo.

Dewa 19 juga menghadapi masalah belakang suatu peristiwa dua personelnya, Ari Lasso dan Erwin Prasetya yang merasakan ketergantungan berat narkoba.

Selain menghancurkan kehidupan pribadi mereka, narkoba juga melumpuhkan seluruh cara Dewa 19. Bermacam tawaran manggung terpaksa didorong dan dibatalkan sebab sering pada masa manggung, Ari tampil dengan kondisi yang memprihatinkan.

Album ke-5 Dewa 19 tidak pernah habis digarap karena suatu peristiwa sehingga jadwal rekaman sering ditunda. Perlahan mulai timbul konflik di tubuh Dewa 19.

Ari dan Erwin sempat diberi waktu istirahat sebagian bulan dan Dewa 19 divakumkan kepada sementara waktu. Erwin pun memutuskan masuk rehabilitasi dan pesantren untuk menghilangkan kebiasaan buruknya itu.

Setelah melalui waktu yang cukup lama, Erwin sukses sembuh. Sementara Ari Lasso sama sekali tak berada tanda-tanda membaik, bahkan semakin memburuk. Melihat kondisi Ari Lasso semakin mengkhawatirkan, dengan terpaksa dikeluarkan sebagai vokalis Dewa 19.

Pada 1999, Dewa merilis album The Best of Dewa 19, yang mempunyai kontennya karya-karya terbaiknya semasa Ari Lasso menjadi vokalis. Album ini memuat dua lagu baru yaitu 'Elang' dan 'Persembahan dari Surga'.

Album ini kembali meraih sukses meski tanpa sepotong promosi apapun. Setelah perilisan album ini, Dewa 19 resmi hanya tinggal 2 orang personel saja.

Once Mekel yang bergaul dengan Dhani pada 1997, direkrut menjadi vokalis baru Dewa 19 menggantikan Ari Lasso. Sebelumnya, Once bersama Dhani dan Andra sempat menggarap rekaman kepada film Kuldesak.

Once kemudian juga mengajak kenalannya, Tyo Nugros bergabung dengan Dewa 19 kepada mengisi kedudukan drummer yang kosong.

 

6 dari 8 halaman

Puncak kesuksesan

Setelah sekian lama vakum dari blantika musik Indonesia, akhirnya pada 30 April 2000, Dewa tampil secara perdana dengan formasi baru yaitu Ahmad Dhani (keyboard), Andra Junaidi (gitar), Once Mekel (vokalis) dan Tyo Nugros (drumer).

Kali ini Dewa 19 benar dengan nama 'Dewa' saja, tanpa embel-embel '19'.

Pada 2000, Dewa merilis album kelimanya Bintang Lima. Awalnya banyak yang pesimis dengan formasi Dewa masa itu. Namun ternyata, album Bintang Lima justru meledak di pasaran, bahkan menjadi album tersukses sepanjang karier Dewa.

Dari 11 materi lagu di album tersebut, 6 di antaranya manjadi lagu favorit anak-anak muda di seantero tanah air.

'Roman Picisan', 'Dua Sejoli', 'Risalah hati', 'Separuh Nafas', 'Cemburu, dan 'Lagu Cinta' adalah lagu-lagu yang banyak direquest di radio-radio terkemuka di Indonesia.

Dewa mengadakan tur di 36 kota untuk mempromosikan album ini sekaligus memperkenalkan formasi baru mereka.

Melalui album ini, Dewa menyabet tiga penghargaan AMI Awards 2000, yaitu 'Penyanyi/Group Terbaik', 'Lagu Terbaik' (Roman Picisan), dan 'Album Terbaik'.

Bintang Lima sukses terjual bertambah dari 1,7 juta keping dan merupakan salah satu album terlaris di Indonesia. Total penjualan album ini (asli dan bajakan) diperkirakan mencapai 9 juta keping. Majalah Rolling Stone meletakkan album ini di kedudukan 96 dalam daftar '150 Album Indonesia Terbaik'.

Erwin Prasetya yang telah sembuh total dari narkoba kembali bergabung dengan Dewa. Album keenam Cintailah Cinta dirilis pada 5 April 2002.

Album ini awalnya akan diberi judul Indera Ke-Enam, namun hanya sebab pertimbangan pasar, pihak label menggantinya menjadi Cintailah Cinta.

Album ini pun kembali mendulang sukses album Bintang Lima. Sebelum resmi dirilis di pasaran album ini bahkan telah laris sebanyak 200.000 keping.

Total penjualan album ini telah mencapai bertambah 1,04 juta keping. Pada saat AMI Awards 2002, Dewa sukses membawa tiga penghargaan dalam kategori 'Duo/Grup Pop Terbaik', 'Lagu Terbaik' (Arjuna'), serta 'Sampul Album Terbaik'.

Di tengah kesuksesan yang diraihnya, Dewa tersandung masalah pelanggaran hak cipta. Lagu berjudul 'Arjuna Mencari Cinta' digugat oleh Yudhistira ANM Massardi, penulis novel dengan judul yang sama.

Dewa dianggap menciplak judul novel 'Arjuna Mencari Cinta' tanpa konfirmasi dengan si penulis. Meskipun awalnya sempat bersikukuh tidak melakukan kesalahan, Dewa akhir-akhirnya bersiap berdamai dengan mengganti judul lagunya menjadi 'Arjuna'.

Pada tahun yang sama, Dewa merekam lagu berjudul 'Juara Sejati' kepada menjadi theme song resmi Piala Dunia 2002 di Indonesia, yang disiarkan oleh RCTI. Meskipun awalnya bukan kepada sasaran komersil, lagu ini belakang dirilis dalam kompilasi bertingkat NU Rock.

Pada 1 Juli 2002, Erwin Prasetya kembali dikeluarkan dari Dewa oleh pihak manajemen. Ia digantikan oleh Yuke Sampurna, yang merupakan mantan basist The Groove.

 

7 dari 8 halaman

Laskar Cinta, Republik Cinta, dan Upaya Go International

Dewa menggelar tur 'Atas Nama Cinta' di 25 kota di Indonesia, yang dibuka dengan konser di Plenary Hall, Jakarta Convention Center pada 18 Februari 2003. Dalam tur ini, Dewa juga mengikutsertakan Ari Lasso, mantan vokalis Dewa.

Pada awal 2004, Dewa merilis album live dobel Atas Nama Cinta yang merupakan rekaman konser masa tur Atas Nama Cinta, menampilkan lagu-lagu hits Dewa sejak 1992 dalam versi konser.

Dewa juga merilis ulang The Best Of Dewa 19 dalam wujud DVD mempunyai kontennya Lahir & Perjalanan Dewa 19 serta 10 video klip, ditambah 1 CD audio dan 1 buku sejarah dan perjalanan Dewa 19. Sejak dirilis pada 1999, album The Best of Dewa 19 sendiri telah terjual hampir 1 juta keping.

Pada 2004, Dewa kembali melaksanakan tur di 30 kota yang disponsori Yamaha bertajuk Yamaha Dewa Tour 2004 - Selalu Terdepan'.

Selepas melaksanakan tur, berlokasi di Avenue, Sari Pan Pacific Hotel, Dewa resmi merilis album kedelapannya yang berjudul Laskar Cinta pada 22 November 2004.

Di album ini Dewa menyuguhkan musik rock yang bertambah keras serta penggunaan musik sampling. Album ini melejitkan hits berjudul 'Pangeran Cinta', 'Satu', dan 'Cinta Gila'. Nama Dewa belakangan dikembalikan lagi menjadi 'Dewa 19'.

Masalah kembali menimpa Dewa 19, kali ini dengan Front Pembela Islam (FPI) menyangkut sampul album Laskar Cinta yang memuat logo seperti kaligrafi Allah.

Perseteruan ini sempat berbuntut pada pelaporan Dewa 19 ke polisi oleh FPI. Setelah saling melempar komentar-komentar panas di media, akhirnya pada 27 April 2005, Dewa 19 dan pengacaranya Habib Umar Husein SH menggelar jumpa pers mengumumkan itikad akan mengubah logo dalam sampul album 'Laskar Cinta'.

Perubahan logo ini dilakukan oleh Tepan Cobain dari tim kreatif Dewa dengan berkonsultasi pada berbakat kaligrafi Al-Qur'an, Didin Sirajuddin AR.

Menyangkut perubahan logo, Dewa 19 juga mencetak ulang cover album Laskar Cinta. Dalam cetak ulang cover album itu, selain berada perubahan logo, juga berada perubahan di gambar personel Dewa yang sebelumnya terlihat menggunakan tato dicerai-beraikan, sesuai saran dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sepanjang 2003 hingga 2005, Dewa telah berulang kali diundang untuk mengadakan konser di kancah internasional. Pada 13-15 Agustus 2003, Dewa mengadakan 2 konser di Jepang, masing-masing di Tokyo dan Nagoya.

Pada 2004, Dewa mengadakan konser di Korea Selatan, lalu belakang ke Amerika Serikat kepada menggelar konser di Boston, Houston, San Fransisco dan Seattle.

Lalu pada 7 Mei 2004, Dewa juga mendapat undangan mengadakan konser di Timor Leste dalam rangka Hari Kemerdekaan negara tersebut.

Pada 15 Mei 2004, konser Dewa 19 digelar di Municipal Stadium, Dili dan disambut oleh 50.000 penonton. Angka tersebut merupakan banyak penonton terbesar Dewa selama manggung di luar negeri.

Keesokan harinya, saat akan kemballi ke Indonesia, personel Dewa didatangi oleh Presiden Xanana Gusmao di koridor Aeroporto Internacional Presidente Nicolau Lobato.

Pada Maret 2005, Dewa menggelar konser di kota Sydney dan Melbourne, Australia. Dewa 19 juga mengadakan konser di Singapura seusai menerima penghargaan khas dari Anugerah Planet Muzik 2005 dalam kategori 'The Most Genius Band'.

Dewa mulai serius menjajaki pasar internasional dengan ditanda tanganinya kontrak kepada 3 album dengan EMI Music International Hong Kong yang berlangsung per 1 Januari 2006.

Dewa 19 belakang mengeluarkan album bertingkat Republik Cinta pada awal 2006 dalam 2 versi, yakni kepada pasar Indonesia dan pasar internasional.

Sebelum merilis album ini, pada 12 Desember 2005, Dewa dan EMI telah melempar single berjudul 'Laskar Cinta' di 150 radio di Indonesia.

'Laskar Cinta' sendiri mengangkat isu terorisme dan kekerasan terinspirasi oleh perseteruan Dewa dengan FPI sebagian waktu sebelumnya.

Tulisan KH Abdurrahman Wahid di The New York Times, koran terkemuka di Amerika Serikat, telah mengantarkan nama Dewa 19 ke negara tersebut.

Dewa mendapatkan penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas lagu 'Warriors of Love' (versi bahasa Inggris 'Laskar Cinta') yang dinilai menyerukan perdamaian dan toleransi beragama. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh CEO LibForAll Foundation, Holland Taylor, di New York, Amerika Serikat.

Dewa 19 menghabiskan biaya Rp500 juta untuk menggarap 11 video klip di album ini. Dewa 19 merilis VCD dan DVD Karaoke dari album Republik Cinta.

Dewa juga membuat video klip 'I Want to Break Free' untuk kepentingan internasional. Video dari lagu milik band legendaris Queen ini juga diputar oleh jaringan Hard Rock Cafe di seluruh dunia, guna memperlebar kesempatan Dewa dan diketahui secara internasional.

Meski pun upaya menuju karier internasional mereka gagal, album Republik Cinta sukses membuahkan penghargaan di AMI Awards 2006. Dewa 19 sukses meraih penghargaan 'Grup Rock Terbaik' dan 'Album Terbaik'.

Tidak hanya itu, vokalis Dewa, Once juga meraih penghargaan 'Penyanyi Solo Pria Terbaik' melalui proyek solonya. Album Republik Cinta sendiri terjual sebanyak 450 ribu keping selama 3,5 hari pertama.

 

8 dari 8 halaman

Kerajaan Cinta dan Pembubaran

Pada 2007, Dewa merilis album kompilasi berjudul 'Kerajaan Cinta', yang belakangan menjadi album terakhir dalam karier grup ini.

Album ini memuat dua buah lagu baru yaitu 'Dewi' dan 'Mati Diri Sendiri Mati', sementara selebihnya merupakan lagu-lagu di album Republik Cinta dan lagu-lagu lama Dewa yang diremix atau direkam ulang.

Lagu 'Mati Diri Sendiri Mati' menjadi soundtrack film arahan Hanung Bramantyo, Kamulah Satu-Satunya, yang dibintangi oleh Nirina Zubir. Filmnya sendiri tentang pengorbanan dan kenekatan seorang penggemar fanatik Dewa 19.

Pada tahun ini, Dewa 19 kembali harus kehilangan salah seorang personelnya, Tyo Nugros. Tyo keluar setelah sebelumnya sempat vakum dari Dewa karena menderita sakit pada kakinya yang mengharuskannya tidak bisa main drum kepada jangka waktu lama. Posisi drummer digantikan oleh Luhur Yudha.

Dewa 19 menggelar konser besar-besaran di lima kota di Malaysia, yaitu Kota Kinabalu, Kuching, Johor Bahru, Penang, dan Kuala Lumpur selama Desember 2007. Dewa juga melaksanakan konser di Stadion Negara, Kuala Lumpur.

Dewa 19 juga mencetak sejarah musik di Malaysia, di mana, suatu grup musik melaksanakan konser di lima kota luhur di Malaysia dalam sebulan.

Pada konser ini, Dewa 19 menggandeng sebanyak penyanyi papan atas Malaysia di antaranya Ella dan Sheila Majid. Dewa juga membuatkan lagu khusus penggemarnya di Malaysia berjudul 'Cintaku Ketinggalan di Malaysia'.

Selain itu, Dewa 19 terpilih menjadi ikon dari Celcom Bhd, salah satu perusahaan telekomunikasi raksasa Malaysia.

Setelah menggelar tur di Malaysia, Dewa 19 mulai vakum belakang suatu peristiwa kesibukan masing-masing personel dengan proyek sampingannya mereka masing-masing.

Andra Junaidi membentuk grup band Andra & The Backbone pada 2006 bersama Stevie Item dan Dedy Lisan. Album pertama grup ini dirilis pada 2007 dengan melejitkan banyak hits seperti 'Musnah' dan 'Sempurna'.

Pada 2007, Ahmad Dhani mulai mengembangkan manajemen Dewa 19 menjadi Republik Cinta Managemen yang sukses meluncurkan karier sebanyak penyanyi terkenal seperti Dewi Dewi, Mulan Jameela, dan The Virgin.

Dhani juga membentuk grup musik The Rock dan menjadi vokalisnya. Vokalis Dewa 19, Once Mekel juga mengembangkan kariernya menjadi penyanyi solo dengan single 'Ku Cinta Kau Apa Adanya' pada 2007.

Pada 2009, Yuke Sampurna menyusul rekan-rekannya dengan membentuk grup band Number One dan The Chemistry.

Belakangan, karena kesibukan mereka masing-masing, pengerjaan album kesepuluh Dewa tidak kunjung habis. Dewa 19 sempat kembali ke panggung musik dengan hanya merilis single, yaitu 'Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia' (2008) dan 'Bukan Cinta Manusia Biasa' (2009).

Kedua lagu tersebut dimuat dalam album kompilasi artis-artis Republik Cinta Managemen.

Pada awal 2011, Once akhirnya menyatakan keluar sebagai vokalis Dewa 19 dan fokus pada kariernya menjadi penyanyi solo.

Pengunduran diri Once tersebut menjadi penyebab utama usainya Dewa 19. Ahmad Dhani belakangan kembali mengadakan pembicaraan dengan Once, yang mana akhirnya mereka memutuskan kepada menjadi band nostalgia.

Dhani menyatakan, "Diri sendiri memutuskan band Dewa itu adalah band nostalgia. Berlaku jikalau main itu dalam konteks reuni. Jikalau pun membuat album lagi adalah dalam wujud Dewa 19 band nostalgia."

Dewa 19 resmi dinyatakan usai setelah berdiri selama 25 tahun. Namun, pada 2022 hingga sekarang, Dewa 19 mengumumkan Marcello Tahitoe sebagai vokalis barunya.

Ari Lasso juga kembali diumumkan sebagai vokalis senior mereka sehingga saat ini formasi personelnya adalah Ahmad Dhani, Ari Lasso, Andra Ramadhan, Yuke Sampurna, Agung Yudha, dan Ello.