Sukses

Satu Abad NU, Wapres Ma’ruf Amin Ajak Ulama Dunia Responsif Hadapi Isu Global

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya, yang menjadi rangkaian Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU).

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya, yang menjadi rangkaian Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Dalam kesempatan itu, dia pun mengajak seluruh ulama dunia untuk responsif menanggapi berbagai isu global.

“Saya juga mengajak para ulama di dunia agar ikut ambil bagian dalam perumusan tatanan global demi terwujudnya dunia yang lebih adil dan damai, dan sekaligus menyelesaikan persoalan-persoalan global yang dihadapi, terutama kemiskinan, konflik, perang, dan kerusakan lingkungan,” tutur Ma’ruf kepada seluruh peserta yang hadir, Senin (6/2/2023).

Dalam perspektif Islam, lanjutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sendiri dapat dinyatakan sebagai lembaga yang memiliki konsensus internasional atau al mitsaq al ‘alami, yang keputusannya mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh negara yang menjadi anggota.

Hanya saja, dalam kenyataannya tidak sedikit kesepakatan itu dilanggar, sehingga seringkali terjadi konflik antar negara, seperti pendudukan Israel di Palestina, serangan multinasional terhadap Irak dan perang Rusia-Ukraina yang kemudian berdampak secara global. Untuk itu, selain PBB maka ulama dunia dengan pengaruh yang dimiliki juga diharapkan memainkan peranannya.

Ma’ruf juga mengajak ulama dunia untuk turut membantu mewujudkan konsensus dasar tentang nilai-nilai dan perilaku, yang diyakini semua agama atau yang disebutkan dengan etika global

“Dalam konteks ini, saya juga mengajak para ulama untuk terus mendorong terwujudnya substansi global ethics (etika global), yakni mutual understanding (saling memahami), mutual respect (saling menghormati), interdependence (saling ketergantungan), dan cooperation (kerja sama) di antara bangsa-bangsa di dunia,” jelasnya.

2 dari 2 halaman

Konstruksi Fiqih Baru

Di tengah arus globalisasi yang serba digital, Ma’ruf mengingatkan bahwa ketentuan dalam fiqih yang merupakan respons terhadap peradaban sebelumnya mungkin tidak cocok lagi untuk merespons peradaban saat ini, sehingga dibutuhkan konstruksi fiqih baru yang lebih sesuai.

“Saya ingin mengajak para ulama semua untuk terlibat lebih aktif dalam merespons setiap permasalahan baru dan terbarukan yang muncul, sehingga tercipta fikih baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Fiqih baru tersebut harus dibangun di atas akar metodologi yang telah dirumuskan oleh para ulama terdahulu,” Ma’ruf menandaskan.