Sukses

Imbas Keluhan Penonton Konser Dewa 19, PDIP DKI Minta Jakpro Tunda Acara Skala Besar di JIS

Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta konser dengan skala besar tak dihelat di Jakarta International Stadium (JIS)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta konser dengan skala besar tak dihelat di Jakarta International Stadium (JIS) imbas adanya keluhan penonton Dewa 19 soal akses jalan hingga parkir di JIS. Menurut Gembong, sebagai pengelol PT Jakarta Propertindo (Jakpro) harus fokus melakukan evaluasi menyeluruh.

"Evaluasi, contoh apa yg menjadi persoalan sekarang, titik krusialnya dimana, kan ini pengalaman yg berharga, pengalaman berharga, yang tidak menimbulkan korban apa-apa," kata Gembong di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (6/2/2023).

Padahal, lanjut Gembong, konser Dewa 19 yang digelar pada Sabtu 4 Februari 2023 lalu merupakan acara nasional dan normal. Sehingga, Jakpro dituntut menata ulang terkait akses yang dikeluhkan.

"Acaranya kelas nasional dan normal, artinya normal itu kondisinya gak terjadi apa apa, tidak terjadi apa apa ternyata terjadi penumpukan, gak ada kedaruratan, sehingga itu perlu jadi evaluasi bagi Jakpro untuk menata ulang agar ke depan akses yang sekarang jadi persoalan dicarikan jalan keluar," kata dia.

Oleh sebab itu, Gembong meminta agar seluruh acara dengan skala besar tak digelar untuk sementara waktu di JIS. Evaluasi, kata Gembong juga harus disertai perbaikan dengan segera oleh Jakpro.

"Ya tunda dulu. jangan dulu. sambil menuju perbaikan-perbaikan yg dituju untuk menjawab persoalan yg dihadapi masyarakat tadi. kemudian soal fasilitas pendukung ini menjadi faktor penentu untuk akses dari JIS itu sendiri," ungkap Gembong.

2 dari 2 halaman

Singgung soal Fasilitas Pendukung di JIS

Gembong mengatakan bahwa sebagai stadion yang digadang-gadang bertaraf internasional, berbagai fasilitas pendukung di JIS juga harus dalam keadaan yang baik.

"Stadion kelas internasional bukan hanya sebatas fasilitas di dalam, tapi ruang pendukung untuk menunjukkan kelas internasionalnya. Jadi kalau ruang pendukung tidak menunjukkan itu, berarti kelasnya abal abal. Pendukung jadi faktor penentu," ujar Gembong.