Sukses

Peringati 1 Abad NU, PDIP Gelar Dialog Nasional

Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyampaikan apresiasi terhadap Nahdlatul Ulama (NU) dalam menjaga keIndonesiaan selama ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyampaikan apresiasi terhadap Nahdlatul Ulama (NU) dalam menjaga keIndonesiaan selama ini.

"PDI Perjuangan mengapresiasi NU karena keteguhan NU di dalam menjaga khittah 1926, dan rekam jejak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia serta keteguhannya di dalam menjaga keIndonesiaan berdasarkan Pancasila," kata Hasto Kristiyanto dalam keterangannya, Selasa (7/2/2023).

Hasto menyebut, dalam kurun waktu perjuangan kebangsaan, NU merupakan saudara tua PDIP, mengingat NU didirikan tahun 1926, dan PNI sebagai akar PDIP didirikan pada tahun 1927.

"Berdasarkan catatan sejarah, NU menjadi ormas keagamaan yang sejak kelahirannya telah memiliki visi kebangsaan bagi kemerdekaan Indonesia," kata Hasto.

Sebagai penghormatan, Hasto mengatakan, hari ini Bamusi dan BKN PDIP memperingati 1 Abad NU dengan mengadakan dialog nasional di Kantor DPP PDIP yang disiarkan secara langsung.

"Sebagai penghormatan akan diadakan dialog nasional," kata dia.

Hasto menyebut persahabatan PDIP dan NU adalah persahabatan sejati untuk Indonesia Raya yang menciptakan kerja sama harmonis, dan abadi, jauh lebih penting dari aspek elektoral.

"Preferensi warga Nahdliyin terhadap PDI Perjuangan yang tertinggi dibandingkan kepada Partai tentu saja sangat membanggakan, dan kami sangat bangga. Preferensi dukungan lahir karena aspek historis, ideologis dan kebersamaan di seluruh lini, terutama di akar rumput," urai Hasto.

2 dari 2 halaman

Dekat Lahir dan Batin

Mengenai upaya pendekatan PDIP untuk meraih dukungan dari pemilih di wilayah yang merupakan basis NU, Hasto mengatakan semua berjalan secara natural.

"Karena secara batin sudah dekat, dan secara kultural saling berkomplemen di akar rumput, maka semua berjalan secara natural, tidak dibuat-buat, dan tidak didorong oleh desain elektoral. Justru hal yang natural dan penuh suasana kebatinan itu yang menciptakan persahabatan sejati," sebut Hasto.

Hal ini, lanjut Hasto, juga mengakar dari tradisi kedekatan Bung Karno dengan KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri, beserta tokoh-tokoh NU lainnya. Persahabatan para tokoh pendiri bangsa tersebut berlangsung terus, turun temurun hingga menjadi kultur di PDI Perjuangan dan NU.

"Oleh karena itu, PDI Perjuangan terus membangun semangat gotong royong dengan seluruh komponen bangsa termasuk NU. Apalagi PDI Perjuangan dan NU memiliki sejarah panjang bersama. Bahkan, berdasarkan statistik, banyak kader NU yang saat ini menjadi kepala daerah," urai Hasto.

Â