Liputan6.com, Jakarta Utang mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada Sandiaga Uno saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu sebesar Rp50 miliar mencuat ke publik. NasDem menilai, ada upaya untuk menjatuhkan karakter Anies.
"Publik akan menilai itu sengaja pembunuhan karakter kepada Pak Anies," kata Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali, Selasa (7/2/2023).
Baca Juga
Menurut dia, harusnya ditanya kepada Sandiaga apakah utang tersebut sudah dibayar apa belum. Harus ditanya kenapa utang dari tahun 2016 tidak juga ditagih sampai hari ini.
Advertisement
"Kalau tiba-tiba sekarang sudah tahun ke 6 tiba-tiba muncul utang, pertanyaannya apa betul utang itu? apa betul Anies Baswedan berhutang pada Sandi 50 miliar? kalau berhutang katakanlah 2016 seperti cerita itu, apakah Anies Baswedan sudah membayarnya? kalau belum membayar kenapa tidak dilaporkan ke polisi? kalau umpamanya dia merasa dirugikan, dan itu belum dibayar, supaya tidak menimbulkan polemik lapor polisi selesai kan?" kata Ali.
"Tapi kalau oh iya dulu pernah berhutang tapi sudah dibayar apa salahnya? Sehingga kemudian ini tidak menjadi preseden buruk pada calon kepala daerah, sehingga kemudian nanti cerita-cerita ini kalau tidak diselesaikan akan berakibat buruk pada demokrasi kita," sambungnya.
Ali mengatakan, isu utang ini hanya akan mendegradasi Anies. Serta hanya akan membuat orang tidak percaya terhadap dunia politik.
"Ini bukan saja mendegradasi Anies tapi mendegradasi politik, membuat orang makin tak percaya pada dunia politik. Sehingga ini perlu diklarifikasi, menurut saya yang perlu mengklarifikasi ini Pak Sandi ya, kata-kata Erwin dia (Anies) berhutang 50 miliar, betul enggak?" ujarnya.
Â
Pernyataan Erwin Aksa
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa mengungkap adanya utang yang dilakukan Anies Baswedan kepada Sandiaga Salahuddin Uno saat Pilkada DKI 2017 lalu. Menurut Erwin, utang piutang tersebut dituangkan dalam sebuah perjanjian.
Erwin mengungkapnya saat diundang menjadi narasumber dalam Youtube Akbar Faizal Uncensored yang diunggah pada Minggu, 5 Februari 2023 kemarin.
Saat wawancara, Akbar Faizal sempat menanyakan soal perjanjian politik dalam Pemilu. Erwin pun mengungkap perjanjian dalam Pemilu sangat dibutuhkan demi kelangsungan di dunia politik.
Saat itu, Erwin pun mengungkap, saat Pilkada DKI 2017, pasangan calon Gubernur DKI Jakarta dan Wakil Gubernur DKI Anies dan Sandi tak hanya ada perjanjian politik, tetapi juga perjanjian utang-piutang.
"Saya baru tahu juga memang, itu memang waktu putaran pertama (Pilkada DKI 2017), ya. Logistik juga susah. Jadi yang punya logistik kan Sandi, Sandi kan banyak saham, likuiditas bagus, dan sebagainya. Ya ada perjanjian satu lagi, yang saya kira itu yang ada di Pak Rikrik itu," kata Erwin dalam wawancara di akun YouTube Akbar Faizal Uncensored dikutip Senin (6/2/2023).
Liputan6.com sudah meminta izin kepada Erwin Aksa untuk mengutip pernyataannya di Youtube tersebut.
Â
Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com
Advertisement