Sukses

Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Kenalkan Teknologi Irigasi Berkelanjutan ke MRC

Diproduksi menggunakan bahan lokal UMKM, Gun Sprinkler Bravo 1 banyak diterapkan di Indonesia dengan memanfaatkan sumber air permukaan maupun air tanah.

Liputan6.com, Jakarta Balai Teknik Irigasi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memperkenalkan inovasi teknologi Gun Sprinkler Bravo 1 dalam program Knowledge Sharing on Irrigation Technology yang digelar mulai dari 28 Oktober hingga 1 November 2024.

Teknologi tersebut dikembangkan melalui modifikasi nozzle untuk meningkatkan keseragaman butir air. Diproduksi menggunakan bahan UMKM lokal, Gun Sprinkler Bravo 1 banyak diterapkan di Indonesia dengan memanfaatkan sumber air permukaan maupun air tanah.

Kepala Balai Teknik Irigasi, Dery Indrawan menyebut bahwa Gun Sprinkler Bravo 1 adalah teknologi yang bisa diterpakan di negara lain dengan biaya terjangkau.

“Teknologi Irigasi ini memiliki biaya investasi yang terjangkau dan mudah dioperasikan, sehingga sangat cocok diterapakan di lahan kering di Indonesia dan lahan kering di negara lain yang memiliki karakteristik serupa," sebutnya.

Di sisi lain, Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Muhammad Rizal berharap agar Knowledge Sharing on Irrigation Technology dapat memberikan landasan bagi kegiatan lanjutan seperti survei, investigasi, desain yang dilaksanakan di tahun kedua, dan penerapan teknologi irigasi dalam bentuk proyek percontohan pada tahun ketiga.

"Semoga kerja sama ini dapat memberikan manfaat nyata di lapangan dan memperkuat inovasi berkelanjutan dalam pengelolaan irigasi," ujarnya.

Sementara itu, CEO MRC, Anoulak Kittikhoun mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara non-Mekong pertama yang menjalin kemitraan dengan pihaknya.

"Dengan tantangan besar yang dihadapi oleh Sungai Mekong akibat perubahan iklim, kami terbuka untuk pertukaran pengetahuan dan teknologi inovatif seperti irigasi yang efisien,” ungkapnya.

"Kolaborasi ini sangat mendukung komitmen MRC untuk menemukan solusi teknologi yang lebih efisien guna mengatasi tantangan di Sungai Mekong," jelas Kittikhoun.

2 dari 2 halaman

Lanjutan dari MoU

Sebelumnya, Indonesia resmi menjalin kemitraan strategis dengan Mekong River Commission (MRC) melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada 28 Januari 2024 di Luang Prabang, Laos. MRC merupakan organisasi antarpemerintah yang didirikan pada 1995 dan beranggotakan Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.

Organisasi tersebut bertujuan untuk mengelola dan melestarikan sumber daya air di Sungai Mekong dengan pendekatan terpadu di berbagai sektor, seperti irigasi, energi hidro, pengendalian banjir, pariwisata, dan pembangunan berkelanjutan.

Dengan adanya kerja sama tersebut, diharapkan memperkuat diplomasi Indonesia di subkawasan Mekong melalui peningkatan kapasitas dan pertukaran keahlian teknis di bidang pengelolaan sumber daya air dan adaptasi perubahan iklim.