Liputan6.com, Jakarta - Lembaga kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) atau Indonesian Red Crescent mengirimkan bantuan untuk para penyintas terdampak gempa Turki. Bantuan berupa keperluan medis dan logistik yang dibutuhkan para korban.
Pengiriman bantuan saat ini dilakukan Tim Aju BSMI yang diketuai Sekretaris Jenderal BSMI Muhamad Rudi bersama. Turut juga Humas dan Media BSMI Hafidz Muftisany dalam pengiriman bantuan.
Advertisement
Baca Juga
Bantuan yang saat ini disalurkan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari para donatur untuk kemudian dibelanjakan bersama mitra lokal terkait keperluan para penyintas di lokasi terdampak.
"Kami telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Turki bahwa ada sejumlah kebutuhan yang diperlukan penyintas seperti sembako, toilet portable, penghangat, dan keperluan lainnya," kata Rudi kepada Liputan6.com di Bandara Doha, Qatar, Kamis (16/2/2023) waktu setempat.
Selain penyaluran logistik, Tim Aju juga berkomunikasi dengan beberapa pihak setempat guna membuka jalur bantuan medis.
"Sehingga ketika sudah tahu kebutuhannya, tim medis tinggal berangkat dan tidak lagi ada kendala prosedural," kata Rudi.
Adapun para dokter yang disiapkan terdiri dari dokter umum dan spesialis. Mereka, ujar Rudi, nantinya akan ditempatkan di rumah sakit manapun yang memerlukan bantuan tenaga medis.
Selain itu, Tim Aju BSMI juga akan berkoordinasi dengan pemerintah Suriah karena negara yang bersebelahan dengan Turki ini adalah wilayah yang terdampak parah gempa pekan lalu.
Korban Meninggal Gempa Turki dan Suriah Capai 41.218 Jiwa
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, jumlah korban tewas akibat gempa bumi meningkat menjadi 35.418. Sedangkan, para pejabat Suriah mengatakan sedikitnya 5.800 orang tewas di sana.
Dengan begitu, jumlah korban meninggal akibat gempa Turki dan Suriah menjadi 41.218 hingga Selasa, 14 Februari 2023.
Di hari kedelapan setelah gempa, petugas penyelamat tetap melanjutkan upaya mereka mencari korban selamat yang masih terjebak di antara puing bangunan. Meski kemungkinan bahwa para korban masih hidup semakin kecil.
Salah satu petugas penyelamat, Salam Aldeen, menghabiskan waktu seminggu untuk menggali puing-puing di Antakya, Turki, sekitar 40 mil selatan kota pesisir Iskenderun di wilayah berpenduduk sekitar 500.000 orang.
Aldeen mengatakan kelompok bantuan internasional membantu tim penyelamat Turki yang putus asa bekerja sepanjang waktu.
"Saya belum pernah melihat begitu banyak kematian dan begitu banyak mayat sepanjang hidup saya," katanya sambil menangis saat berbicara.
"Kondisinya seperti di film Armageddon? Tidak bisa dipercaya. Seluruh kota bau orang mati," kata Aldeen mengutip USA Today, Rabu (15/2/2023).
Dia mengatakan telah membantu membebaskan empat korban gempa, termasuk seorang anak laki-laki yang ditemukan hidup hari Senin dan menemukan 35 mayat.
Advertisement