Liputan6.com, Jakarta - Menyambut perayaan ke-13, Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia berhasil mewisuda 87 Hafidzul Qur’an dan memberangkatkannya ke Turki untuk melanjutkan pendidikan agama di sana.
"Hari ini adalah wisuda yang ke-13, jadi sudah 13 tahun kita Alhamdulillah bisa memberangkatkan anak-anak ke Turki. Sekarang di Turki sudah ada kurang lebih 2.000 anak kita yang belajar di sana," ujar Ustaz Hilmi selaku Ketua Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia, didampingi Abi Alkan Ketua Pesantren Sulaimaniyah se–Indonesia, saat ditemui, Sabtu (24/6/2023).
Anak-anak ini tidak ada satu pun yang tertinggal, jadi waktu masuk mereka dipilih dengan sangat baik, dididik dengan sangat teliti, sangat dalam, akhirnya mereka tidak ada yang ragu untuk berangkat, kadang-kadang ada masalah keluarga, masalah penyakit dan lain sebagainya, tapi cuma 1-2 persen saja.
Advertisement
Tahun ini, insyaAllah hampir 700 orang akan berangkat ke Turki dan kebetulan di DKI Jakarta akan diberangkatkan 160 anak. Mereka yang diberangkatkan ke Turki berasal dari DKI Jakarta dan Banten. Mereka sudah lulusan SMA dan sudah hafidz Quran.
"Mereka di Turki untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Haya Santa Hafiz Sulaimaniyah. Dan mereka akan ditempatkan di salah satu cabang yang ada di sana. Kemudian belajar selama 3 tahun dan kembali ke sini sebagai dai yang akan memperluas agama Islam disini," papar Hilmi.
Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia selain ada di DKI dan Banten, juga ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Sulawesi, Lombok, juga Bali. Sementara di seluruh dunia sudah ada lebih dari 140 negara.
"Dan di setiap negara sudah ada asrama-asrama kita, pesantren kita ada di Malaysia, Singapura, Taiwan, Jepang, Korea, Thailand, Filipina, Turki, Mesir, Sudan, Amerika Serikat, Kanada dan lain-lain," papar Abi Alkan.
Sedangkan untuk pengajarnya ada dari Turki dan pengajar asing lainnya. Dan kebanyakan anak-anak Indonesia pergi ke sana biasanya ustaz-ustaznya juga berasal dari Indonesia. Jadi pas kembali ke Indonesia, mereka sudah menguasai 3 bahasa yakni Turki, Arab, dan Indonesia.
"Kami berharap anak didik pesantren ini bisa mewarnai dunia dengan Al-Quran, jadi anak-anak kita ini yang harus menjadi hafidz Quran, menjadi seorang penjaga Al-Quran. Tugas yang kedua adalah menjadi pembantu Allah SWT, artinya sudah bisa menyebarluaskan agama di mana-mana. Dan yang ketiga, membantu kepada orang-orang untuk mencari jalan yang benar," lanjut Hilmi.
Boleh dikatakan, Pesantren Sulaimaniyah setiap tahun banyak diminati. Tak heran bila dari 6.000 orang yang sudah buat pendaftaran atau permohonan, yang diterima cuma 1.000 orang.
Jadi 5.000 orang lainnya bukannya tidak bisa masuk, bukan pula mereka itu tidak layak. Mereka juga sangat bagus dari segi kecerdasan, kerajinan, tapi mereka itu tidak ada tempat untuk masuk.
Lebih Banyak Kesempatan
Terlebih orang Indonesia itu sangat suka menjadi Hafidzul Quran ataupun mengarahkan anaknya menjadi Hafidzul Quran, ini sesuatu yang susah sekali ditemukan di negara-negara yang lain.
Di tengah-tengah kebanyakan orang mengarahkan anaknya untuk menjadi ilmuwan atau orang kaya dan lain sebagainya, banyak keluarga sangat-sangat mau anaknya menjadi Hafidzul Quran.
"Jadi kita mengambil tugas untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada orang-orang, jadi saya rasa kalau dengan kecepatan begini mungkin beberapa tahun lagi insyaAllah ada jauh lebih banyak tempat seperti ini," ungkap Hilmi.
"5 tahun yang lalu semua anak yang berangkat dari Indonesia ke Turki itu tidak melebihi 200 orang, sekarang cuma satu daerah, satu provinsi saja sudah 200 orang. Jadi artinya makin hari makin banyak orang, makin bertambah. Jadi kita harus bersiap-siap untuk beberapa tahun ke depan agar bisa memberikan kesempatan kepada orang-orang yang berminat belajar," pungkas Hilmi.
Advertisement