Sukses

Sentil Parpol yang Dukung Sistem Proposional Tertutup, Pengamat: Sistem Demokrasi Kita Cacat

Pengamat Politik dari Pusat Penelitian Politik LIPI Siti Zuhro mengatakan, dalam sistem demokrasi, melakukan wacana memang diperbolehkan. Namun, amanat konstitusi tetap tidak boleh dilanggar.

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Politik dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menyoroti tingkah para elite yang melontarkan berbagai wacana-wacana jelang pemilihan umum atau Pemilu 2024. Menurut Siti kebanyakan wacana yang mencuat tak berkorelasi positif.

Menurut Siti, wacana yang dimaksud antara lain ihwal penundaan Pemilu 2024 hingga menculnya dukungan terhadap sistem proporsional tertutup dari berbagai elite bahkan yang berasal dari partai politik (parpol) peserta pemilu.

"Jadi sampai ketua tinggi lembaga negara ikut serta dan peserta pemilu yaitu partai politik, pucuk-pucuk pimpinannya ikut serta melakukan satu wacana-wacana yang korelasinya negatif," kata Siti dalam diskusi publik KedaiKOPI bertajuk OTW 2024: Setahun Jelang Pemilu, Mata Rakyat Tertuju ke KPU dan Bawaslu di Hotel Erian, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (19/2/2023).

Siti mengatakan, dalam sistem demokrasi, melakukan wacana memang diperbolehkan. Namun, amanat konstitusi tetap tidak boleh dilanggar.

"Itu bukan wacana yang positif, nanti dulu jangan atas nama demokrasi boleh dong tiga periode, boleh tunda pemilu, boleh tambah lagi peran, posisi presiden. Salah, tidak boleh kita mengatakan nggak apa-apa," kata Siti.

Alhasil, Siti menilai sistem demokrasi di Indonesia cacat. Sebab, parpol sebagai elite dan aktor dari pilar demokrasi tak menopang sistem agar berjalan sebagaimana mestinya. Dia pun tak habis pikir dengan sejumlah parpol yang terang-terangan menginginkan sistem proposional tertutup di Pemilu 2024.

 

2 dari 2 halaman

Harusnya Ada Evaluasi dan Kajian Komprehensif

"Sistem demokrasi kita itu cacat. Cacat karena tidak ditopang oleh pilar demokrasi. Pilar-pilarnya itu parpolnya, elitnya, aktornya, kita semua itu ini apa sih? Sistem demokrasi apa kita ini?Parpolnya tidak menopang. Masa hari gini masih juga setuju dengan sistem proposional tertutup," jelas dia.

Harusnya, lanjut Siti dilakukan evaluasi dan kajian komprehensif apabila tidak setuju dengan sistem proposional terbuka untuk penyelenggaraan Pemilu. Bukan malah ingin mengganti sistem Pemilu di saat tahapan Pemilu tengah berlangsung.

"Lalu juga tentang proposional tertutup-terbuka mana yang paling tepat untuk Indonesia? Tidak juga tertutup, buktinya tertutup kita tinggalkan menjadi terbuka. Ketika terbuka ada kekurangan, ini yang perlu diperbaiki bukan ujug-ujug diganti, siapa yang bisa menjamin itu," kata dia.