Liputan6.com, Jakarta Perlahan suhu di Turki mulai hangat dan mulai memasuki musim semi. Namun, beberapa ancaman terus menghantui para pengungsi korban gempa Turki yang tinggal di penampungan. Hunian sementara dibutuhkan pengungsi.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Aliansi Dokter Internasional (Alliance of International Doctor) Turki, dr. Mevlit Yurtseven, saat ditemui tim relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Senin (27/2/2023), di Istambul, waktu setempat. Adapun tim BSMI yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Muhamad Rudi (Sekjen BSMI), Hafidz Muftisany (Humas BSMI), dan seorang mahasiswa Turki yang membantu menerjemahkan percakapan, Achmad Thoriq Nurrahman Wijaya.
Mevlit mengatakan, terdapat beberapa penyakit yang menjadi ancaman para pengungsi selama berada di tenda pengungsian di beberapa provinsi terdampak gempa bumi, seperti inspeksi saluran pernapasan dan juga penyakit kulit mengingat kondisi musim peralihan dari dingin ke musim semi.
Advertisement
Kondisi padatnya pengungsi yang kemudian memunculkan persoalan kesehatan yang saat ini dihadapi para penyintas gempa usai lindu pertama berkekuatan Magnitudo 7,7 yang terjadi pada 6 Februari 2023 dini hari, dan lindu kedua Magnitudo 6,4 pada 20 Februari 2023 malam waktu setempat.
"Akses air bersih, toilet atau kamar mandi menjadi persoalan yang saat ini dihadapi di pengungsian," kata Mevlit.
Keterbatasan fasilitas merupakan salah satu risiko yang harus dihadapi para pengungsi. Pemerintah Turki, kata Mevlit, berupaya mempercepat pembangunan sementara bagi para korban gempa Turki dengan membangun hunian sementara di kontainer.
Target awal pembangunan kontainer direncakanan mulai dibangun satu bulan sebemum Ramadhan sebanyak 30 ribu unit di sepuluh provinsi terdampak gempa.
"Setidaknya mereka (penyintas) bisa masak, mandi, dan memiliki toilet sendiri di dalamnya meski tidak seperti tempat tinggal mereka yang dulu," jelas Mevlit.
"Pemerintah menjanjikan bahwa target pengadaan kontainer untuk hunian sementara korban gempa baru dapat rampung pada akhir tahun ini," Mevlit menambahkan.
Turgut Samsa selaku juru bicara IHH (Insani Yardim Vakfi) Departemen Hubungan Internasional mengatakan, selain logistik guna pemenuhan kebutuhan hidup harian para penyintas korban gempa, fokus bantuan saat ini adalah hunian sementara bagi para pengungsi mengingat akhir Maret 2023 nanti memasuki bulan Ramadan.
"Bulan Ramadan ini Ramadan berat bagi mereka," ujar Turgut di tempat terpisah.
Untuk membangun satu kontainer dibutuhkan 5-6 ribu dollar Amerika lengkap dengan isi, dapur, dan tempat tidur bagi para korban.
Pentingnya Hunian Sementara
Merespons hal tersebut, Jubir BSMI Hafidz Muftisany mengatakan bahwa pada masa recovery semakin penting adanya hunian sementara. Konsep hunian sementara yang cocok di Turki saat ini berupa rumah kontainer.
Selain menghadapi musim dingin dan persiapan Ramadan, Huntara kontainer juga jauh lebih sehat sebab memiliki sanitasi yang lebih baik.
"Jadi hunian sementara kontainer bisa menyelesaikan banyak persoalan pertama soal keamanan jika harus tinggal di tenda cukup rawan, lalu soal ketahanan terhadap musim dingin dan ketiga sanitasi karena saat ini penyakit kulit banyak diderita penyintas," ujar Hafidz.
Hafidz menambahkan, menurut informasi harga satu kontainer yang bisa diisi satu keluarga dengan furnitur kebutuhan pokok berkisar antara Rp 80 juta-100 juta.
"Jadi memang cukup besar, ini yang perlu kembali dikuatkan untuk membantu masyarakat Turki melewati masa-masa recovery," ungkap Hafidz.
KBRI Distribusikan Bantuan
KBRI Ankara dan Kementerian Luar Negeri RI kembali mendistribusikan bantuan logistik bagi Warga Negara Indonesia (WNI) terdampak gempa Turki di Osmaniye, Nurdagi, Belen, Harsus, Antakya, Herbia dan Iskanderun.
Bantuan logistik diberikan kembali pasca gempa susulan magnitudo 6,4 yang terjadi di Turki pada 20 Februari 2023.
Advertisement
KBRI Ankara Terus Pantau Kondisi WNI
"Pasca gempa besar terakhir, ada permintaan dari WNI di daerah terdampak. Pada umumnya mereka memilih tetap di kota-kota tersebut karena memiliki keluarga berkebangsaan Turki yang harus mereka temani. Namun, kita pastikan mereka aman. Hanya membutuhkan dukungan logistik," ujar diplomat senior Kementerian Luar Negeri Fajar Nuradi seperti dikutip dari pernyataan resmi KBRI Ankara yang diterima Liputan6.com, Senin (27/2/2023).
Beberapa jenis dukungan logistik yang diminta oleh WNI di daerah terdampak gempa, antara lain genset, selimut, tenda, obat, jaket, alat pemanas, dan bahan makanan.
Saat ini, beberapa WNI berada di daerah terpencil guna menghindari reruntuhan gedung di wilayah perkotaan.
Sejak hari pertama pasca gempa Turki, KBRI Ankara terus memantau dan mengevakuasi kondisi WNI di wilayah terdampak.
Dari sekitar 500 WNI terdampak, 128 orang telah dievakuasi, 10 orang luka-luka dan masih diberikan perawatan, empat orang meninggal, dan sisanya memilih tinggal di pinggiran kota di wilayah sekitar, tapi membutuhkan dukungan logistik dari KBRI Ankara.
Adapun, sekitar 85 WNI terdampak telah dipulangkan ke Indonesia dengan pesawat Garuda Indonesia yang membawa bantuan kemanusiaan pada 22 Februari 2023.