Sukses

Siswa NTT Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Jadi Sorotan Media Asing

Gubernur NTT Viktor Laiskodat menjadi sorotan media nasional dan juga warganet Indonesia sejak menerapkan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi yang kontroversial.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur NTT Viktor Laiskodat menjadi sorotan media nasional dan juga warganet Indonesia sejak menerapkan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi yang kontroversial.

Viktor Laiskodat menerapkan aturan siswa SMA/SMK diharuskan masuk sekolah jam 5 pagi Wta. Menurutnya, kebijakan tersebut bisa melatih siswa yang ingin masuk Akademi Kepolisian dan Akademi Militer.

Ia juga mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswa kelas XII SMA/SMK masuk ke perguruan tinggi luar negeri maupun dalam negeri.

Viktor mengatakan, "Sehingga (siswa) yang tertarik masuk UI mereka dipersiapkan dari awal sehingga kalau tes UI langsung mereka mampu, punya standar yang sama dengan Jakarta. UGM ataupun yang menuju Harvard University sekali pun." 

Hal ini pun menjadi sorotan media asing, salah satunya adalah The Sydney Morning Herald. Surat kabar tertua dari  Australia tersebut menuliskan judul "An Indonesian governor wants school to start at 5am. Parents aren't happy."

Jika diterjemahkan maka judulnya adalah "Seorang gubernur di Indonesia ingin sekolah mulai jam 5 pagi. Orang tua tidak senang." 

 

2 dari 2 halaman

Bertolak Belakang dengan Hasil Penelitian

Menariknya, beberapa penelitian malah menunjukkan bahwa waktu masuk sekolah lebih lambat justru lebih baik bagi anak-anak.

Menurut National Sleep Foundation, anak-anak usia 6–13 tahun membutuhkan antara 9 dan 11 jam tidur di malam hari. Remaja (usia 14–17) membutuhkan 8–10 jam setiap malam. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan remaja tidak cukup tidur.

Di Amerika Serikat saja, hampir 60% siswa sekolah menengah pertama tidak cukup tidur di malam. Untuk siswa sekolah menengah atas, angka itu naik menjadi lebih dari 70%.

Waktu tidur yang terlambat dan waktu mulai sekolah lebih awal merupakan faktor penyebab kurangnya tidur remaja. Di sisi lain, kurang tidur dapat memengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kesuksesan akademik siswa secara keseluruhan, dan bahkan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka panjang.

Baik American Academy of Sleep Medicine dan American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar sekolah menengah pertama dan atas dimulai tidak lebih awal dari jam 8:30 pagi.

Kedua organisasi ingin memastikan siswa mendapatkan tidur yang cukup agar mereka waspada dan siap belajar di sekolah.

Biologi memainkan faktor besar dalam siklus tidur anak-anak dan remaja. Sekitar awal pubertas, sebagian besar remaja mengalami waktu tidur dan bangun lebih lambat, yang juga disebut "penundaan fase."

Penundaan fase ini dapat menggeser jam internal tubuh hingga dua jam. Akibatnya, rata-rata remaja tidak bisa tidur hingga pukul 23.00 dan sebaliknya bangun jam 8:00 pagi atau bahkan lebih lambat.

Waktu mulai sekolah yang lebih lambat membantu mengakomodasi kebutuhan biologis ini. Perawatan menyeluruh untuk kebersihan tidur, tidur malam yang nyenyak dapat membantu remaja mengatur tidur mereka.

Faktor lain yang mempengaruhi tidur siswa adalah ekspektasi budaya. Melansir dari Sleepfoundation, siswa sekolah menengah dan atas Amerika sering mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler — seperti olahraga, klub, dan pekerjaan — yang sering berlangsung hingga larut malam.

Siswa sekolah menengah juga memiliki lebih banyak pekerjaan rumah, penggunaan teknologi larut malam, dan lebih sedikit waktu tidur yang diatur orang tua, yang semuanya dapat menyebabkan siswa begadang lebih lama dari yang seharusnya untuk mendapatkan tidur yang cukup.