Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tentang cuaca DKI Jakarta hari ini 2 Maret 2023.
Disebutkan, warga di ibukota diharapkan untuk bersiap-siapp dengan potensi hujan deras disertai kilat atau petir dan angin kencang.
BMKG menyebutkan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi pada siang hari.
Advertisement
Sementara itu, wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur diprediksi mengalami hujan dalam intensitas sedang.
"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat, dan siaga banjir untuk penduduk di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara," tulis BMKG di situsnya.
Meski sebagian besar cuaca di Jakarta bakal diguyur hujan berintensitas tinggi dan berangin, kondisi cuaca akan lebih baik menjelang malam.
Disebutkan, pada malam hari cuaca Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara dalam kondisi cuaca berawan. Sedangkan di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu masih hujan ringan.
Sebelumnya, BMKG memprediksi cuaca ekstrem akan melanda sebagian wilayah Indonesia pada 22-28 Februari 2023. Sehingga masyarakat diimbau waspada terjadinya bencana alam hidrometeorologi.
Sementara cuaca ekstrem merupakan suatu kondisi iklim yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang tidak biasa dan juga sangat jarang terjadi, khususnya fenomena iklim yang mempunyai potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbukan korban jiwa manusia.
Â
BMKG Himbau Cuaca Ekstrem di Wilayah Indonesia
Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kejadian fenomena cuaca ekstrem menjadi sangat sering sejak 30 tahun terakhir.
Kejadian cuaca ekstrem tersebut terjadi di beberapa provinsi besar di Indonesia di antarnya adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Faktor pertama penyebab terjadinya cuaca ekstrem adalah karena aktifnya Monsun Asia di mana adanya angin yang berhembus secara periodik dari Benua Asia menuju Benua Australia yang melewati Indonesia.
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang berdampak oleh pergerakan angin ini. Angin periodik tersebut mengindikasikan musim hujan di Indonesia yang sedang berlangsung.
Advertisement
Antisipasi Cuaca Ekstrem
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan sejumlah langkah yang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian cuaca ekstrem yaitu dengan cara membentuk posko kesiapsiagaan dan melakukan pemantauan secara cermat terhadap informasi cuaca dan/atau peringatan dini dari BMKG dan Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan situasi terkini.
Selanjutnya, pemerintah daerah dan jajarannya perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka siaga bencana banjir dan longsor yang terjadi akibat cuaca ekstrem.
Dalam hal ini penyebarluasan informasi potensi bencana kepada masyarakat setempat melalui berbagai saluran informasi seluas-luasnya perlu diperhatikan.
Pemantuan daerah rawan bahaya cuaca ekstrem dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
SIG merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat komponen-komponen manajemen pengolahan data spasial antara lain analisis spasial, penyusunan dan pemodelan data spasial. Â
Pemodelan Cuaca Ekstrem
Pemodelan spasial merupakan kegiatan di mana fenomena real world diabstraksi dan kemudian divisualisasikan menjadi suatu informasi spasial untuk membantu proses dalam pengambilan keputusan.
Pemodelan spasial terhadap bahaya cuaca ekstrem dengan menvisualisasikan dalam bentuk peta digital tingkatan kawasan rawan bahaya yang diakibatkan cuaca ekstrem di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi SIG. Pemodelan spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah Google Earth Engine (GEE).
Kelebihan dari GEE adalah dapat mengolah dan menyajikan data multi temporal (multi waktu), dengan resolusi spasial yang cukup baik dengan cakupan perekaman yang sifatnya global.
Dalam pengolahan data dengan menggunakan teknologi SIG untuk keperluan penelitian terkait cuaca ektrem digunakan tiga parameter yang terdiri dari curah hujan, tutupan lahan, dan kelerengan.
Untuk ketiga parameter tersebut diberikan scoring yang berguna untuk mengidentifikasi parameter-parameter penyebab cuaca ekstrem.
Advertisement