Sukses

Perguruan Tinggi Harus Mulai Fokus Riset Kelautan, Hasto: Ini Masa Depan Kita

Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) yang juga Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menyarankan agar kampus-kampus perguruan tinggi menaruh perhatian pada riset sektor kelautan karena itulah masa depan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) yang juga Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menyarankan agar kampus-kampus perguruan tinggi menaruh perhatian pada riset sektor kelautan karena itulah masa depan Indonesia.

Hal itu disampaikan Hasto dalam kuliah umum yang diikuti ratusan mahasiswa dan sivitas akademika, secara hybrid di Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3/2023).

“Kampus-kampus harus menaruh perhatian pada sektor kelautan karena ini masa depan kita. Tahun 2045 kita harus jadi bangsa yang hebat dan itu harus dimulai dari sekarang dari kampus. Kalau kampus masuk zona nyaman, kalau dari kampus tidak muncul level of competitiveness yang baik, kiamat bagi masa depan sebagai bangsa,” kata Hasto.

Dan secara khusus, Hasto mengatakan bahwa hal tersebut makin penting untuk kampus-kampus di Pulau Sulawesi, khususnya di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Berangkat dari teori geopolitik Soekarno yang menjadi riset disertasinya di Kampus Unhan saat menempuh sekolah pascasarjana program doktoral, Hasto membeberkan panjang soal konteks geopolitik Soekarno dan Sulsel. Dijelaskannya soal Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan bagaimana potensi kelautan Indonesia yang belum diperhatikan.

“Kita negara maritim tapi memperlakukan diri kita sebagai kontinental, karena tidak memahami pemikiran Geopolitik Soekarno. Kapal Phinisi seharusnya kita kembangkan menjadi kapal modern. Apakah di sini (Makassar, red) ada industri elektronik untuk kapal phinisi? Industri instrumentasi, industri baja yang handal untuk phinisi modern? Tidak ada,” kata Hasto.

Konteks membangun Indonesia dalam teori Geopolitik Soekarno harus pada potensi lokal yang ada. Karena mayoritas wilayah Indonesia adalah lautan, maka masa depan seharusnya menatap ke lautan.

Maka itu, Indonesia harus membangun pusat pertumbuhan dari laut. Dan sejarah membuktikan, selama ini justru kita terpaku membangun dari daratan. Contoh dampak buruknya bisa dilihat seperti di daerah Jawa Barat.

Sejak jaman Belanda dan lalu di awal RI berdiri, kata Hasto, wilayah Jawa Barat, adalah wilayah pertanian karena suburnya tanah di sana. Maka dibangunlah waduk Jatiluhur sebagai pengairan.

Namun sejak Orde Baru, wilayah itu justru dijadikan kawasan industri. Pabrik banyak berdiri di atas lahan subur pertanian. Dampaknya, selain potensi waduk tak maksimal, berbagai kota di sekitarnya harus mengalami banjir ketika curah hujan sangat tinggi.

“Itu kalau (paradigma pembangunan, red) dari darat seperti di Jawa Barat,” imbuhnya.

2 dari 2 halaman

City of Intellect

Untuk bisa mengarahkan pembangunan maritim tersebut, lanjut Hasto, Bung Karno sudah pernah mengonsepkan city of intellect yakni membangun universitas dengan keunggulannya. Dari riset dan inovasi yang ada, Indonesia akan membangun kehebatannya, menjadi pintu gerbang Samudera Hindia menuju masa depan di Pasifik.

“Daerah yang tidak subur dibangun pelabuhan yang menghubungkan dengan jalur perdagangan dunia. Ini kami kembangkan dalam visi-misi capres mendatang, bahwa membangun Indonesia harus mendekati pusat-pusat ALKI,” tegas Hasto.

Jadi, menurut Hasto, kita harus membangun global supply chain di Makassar. Dan konsep itu akan dimatangkan untuk masuk menjadi visi misi capres yang akan diusung PDI Perjuangan di Pemilu 2024.

“Kita matangkan untuk capres mendatang, melanjutkan Pak Jokowi, dengan konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia, dengan memperhatikan posisi ALKI. Sulawesi menjadi pusat pertumbuhan yang akan mendongkrak kawasan Indonesia Timur akan menopang ALKI II. Kita harus melihat peta dan mengembangkan watak kita sebagai bangsa bahari, apa yang bisa diteliti dari kelautan,” urainya.

Di acara itu, Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, memimpin jajaran mahasiswa dan sivitas akademika UNM yang hadir. Tampak Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa dan Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis juga hadir di acara itu.

Sementara jajaran DPD PDIP Sulsel juga hadir dipimpin Ketuanya Andi Ridwan Wittiri dan Sekretaris Rudi Pieter Goni. Hadir juga Anggota DPR dari Fraksi PDIP dapil Sulsel Samsu Niang.