Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal asumsi publik, tentang ‘perjodohan’ antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang sengaja dilakukannya saat momentum panen raya di Kebumen, Jawa Tengah. Menurut Jokowi, tidak ada niatan untuk menjodohkan keduanya. Hanya saja ketiganya tengah berada di tempat yang sama sehingga dipertemukan untuk melihat momentum panen raya.
“Itu panen raya, panen raya di sawah, kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang. Saya ajak bareng, turun di Kulonprogo karena pertemuan Pak Prabowo-nya siang udah kita ke sawah dulu, ke panen raya. ada saya, ada Pak Ganjar Pranowo ada Pak Prabowo, udah,” kata Jokowi di Bali, seperti dikutip dari siaran daring, Senin (13/3/2023).
Baca Juga
Namun pengamat politik Adi Prayitno melihat dari sudut pandang yang berbeda. Menurut dia, ada upaya menduetkan kedua tokoh itu sebab saling berpotensi. Dia meyakini, tidak harus menimbang senioritas untuk memunculkan potensi kedua orang tersebut. Justru Adi melihat faktor terpenting saat menduetkan adalah soal elektabilitas.
Advertisement
Adi meyakini, senioritas bukan lagi menjadi penghalang saat ini untuk menjadi menduetkan sosok yang potensial. Misalnya, saat Jokowi yang sudah dua kali mendapatkan pasangan yang lebih senior dan berpengalaman darinya, Jusuf Kalla (JK) dan Ma'ruf Amin sebagai wakil presidennya.
"Kalau Pak Prabowo lebih senior memang tidak bisa dibantah tetapi di pilpres kita 2014 dan 2019, Jokowi juga memiliki cawapres yang lebih senior. Pak JK dan Ma'ruf Amin. Namun, elektabilitas dan dukungan untuk Jokowi lebih unggul saat itu," kata Adi secara terpisah, Minggu 12 Maret 2023.
Adi mengingatkan, saat ini kondisi Ganjar serupa dengan Jokowi saat Pemilu Presiden. Ganjar meraih elektabilitas lebih tinggi dari Prabowo di beberapa survei nasional saat ini.
Sedangkan Prabowo sendiri berada di posisi kedua untuk tingkat elektabilitas capres menjelang 2024. Artinya, partai pendukung tentu akan melihat elektoral tertinggi personal untuk dijadikan capres.
Meski begitu Adi mengamini, sejak awal Gerindra memang sudah memasang harga mati untuk pencapresan Prabowo Subianto. Tetapi, bila pertimbangan Gerindra karena senioritas, maka hal itu belum tentu bisa dijadikan pertimbangan yang kuat ketimbang elektabilitas sosok dan khususnya partai.
"Bila PDIP nanti umumkan capresnya Ganjar Pranowo, maka jelas PDIP secara elektabilitas lebih tinggi dari Gerindra dan juga Ganjar punya elektabilitas lebih tinggi dari Prabowo," Adi menutup.
Adik Prabowo Singgung Soal Senioritas
Faktor senioritas sebelumnya disinggung oleh adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo dalam usai menghadiri deklarasi Prabowo Mania 08 di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu 12 Maret 2023.
Menurut Hashim, Prabowo tidak mungkin menjadi calon wakil presiden bila diduetkan dengan Ganjar Pranowo. Salah satu alasan ditonjolkan adalah senioritas.
“Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda kan?," jelas pria yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini.
Hashim mengaku, pada prinsipnya Gerindra terbuka andai Ganjar dan partainya hendak merapat untuk berpasangan dengan Prabowo dan menjalin hubungan. Tetapi semua harus atas restu dengan PKB sebagai mitra koalisi Gerindra.
"Kemungkinan itu terbuka kalau Pak Ganjar mau, tapi harus disetujui oleh PKB. Kan begitu," dia menutup.
Advertisement