Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyinggung putusan PN Jakarta Pusat yang meminta menghentikan tahapan Pemilu 2024, sampai gugatan terhadap sistem pemilu proporsional terbuka di Mahkamah Konstitusi. AHY menduga rangakaian peristiwa ini bukan sebuah kebetulan biasa.
"Apa yang sedang terjadi di negeri kita ini? Apakah ini sebuah kebetulan belaka. Keputusan Pemilu ditunda tersebut hadir setelah isu tiga periode, perpanjangan masa jabatan presiden, hingga kontroversi sistempemilu proporsional tertutup," ujar AHY saat menyampaikan pidato politik di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2023).
AHY mengatakan, putusan PN Jakarta Pusat yang meminta tahapan pemilu dihentikan telah mengusik akal sehat dan keadilan.
Advertisement
"Mencermati keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang meminta KPU untuk menghentikan tahapan Pemilu hingga 2025 mendatang, tentu mengusik akal sehat dan rasa keadilan kita," ujarnya.
AHY mengutip wejangan Presiden Keenam RI dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jangan ada yang bermain dengan api.
"Kami mencermati wejangan dari Ketua Majelis Tinggi kami, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Bangsa ini tengah diuji. Banyak godaan. Karena itu, jangan ada yang bermain api, terbakar nanti. Mari selamatkan konstitusi dan demokrasi. Mari dengarkan suara rakyat dengan segenap hati kita," tegasnya.
Maka itu, AHY mengajak seluruh masyarakat untuk menolak penundaan pemilu. Meski, diakui AHY, banyak yang takut ditangkap bila berseberangan dengan pemerintah.
"Memang, saat ini banyak orang takut bicara. Banyak yang takut ditangkap, jika berseberangan dengan sikap penguasa. Tetapi, untuk hal-hal yang sangat prinsip dan menyangkut hajat hidup mereka, rakyat masih berani untuk bersuara lantang. Rakyat yang saya temui di seluruh pelosok negeri, menolak penundaan Pemilu 2024," tegasnya.
Indikasi Penundaan Pemilu Nyata
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman menyebut indikasi penundaan pemilihan umum atau Pemilu 2024 itu ada dan nyata. Seragam indikasi itu dilakukan agar dapat melenggangkan kekuasaan saat ini, agar bisa berkuasa lebih dari 2024.
"Apakah ada itu? Ada. Saya bisa buktikan. Saya bisa tunjukkan indikasi-indikasinya," kata Benny saat acara diskusi BroNies salah satu ormas pendukung Anies, di kawasan Jakarta Timur, Minggu (12/3/2023).
Lantas, Benny menyebut indikasi yang dimaksud adalah adanya usulan dari berbagai tokoh yang mengamini adanya penundaan pemilu, termasuk para menteri. Tanpa menyebut nama, ia meyakini jika usulan penundaan pemilu pasti muncul dari niat penguasa.
"Apa indikasi yang paling nyata? Ketua umum-ketua umum partai politik udah ngomong, kan gitu, pembantu-pembantu menteri juga. Kalau pembantu presiden ngomong berarti niat itu datang dari presiden. Masa mau bohong-bohongan lagi," tuturnya.
Termasuk, Benny menanggapi isu terkini atas vonis majelis PN Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan dari Partai Prima melawan KPU. Dengan meminta tahapan Pemilu 2024 tidak dilanjutkan dan kembali melakukan tahap verifikasi ulang.
"Jadi kalau semua itu hakim PN pusat yang menunda pemilu emang dia datang begitu saja? Ini kerja sistematis dari kelompok tadi. Jadi menurut saya pada saat ini ada kelompok yang diorganisasikan secara rapi dengan dukungan moral yang sangat kuat untuk menunda pemilu untuk melanggengkan kekuasaan," ujarnya.
Lebih lanjut, Benny juga kembali menyinggung sebuah cerita dikala Presiden Soekarno yang ternyata juga menginginkan menjadi presiden seumur hidup. Atas adanya usulan-usulan dari sejumlah tokoh kepada Presiden Pertama tersebut.
"Seperti tahun 60an Bapak Presiden Soekarno didatangi oleh tokoh tokoh politik. Bapak orang hebat. Itu kata mereka. lalu apa maksudnya? Kalau bisa, bapak bersedia menjadi pemimpin revolusi. Oke, kalau revolusi saya mau," kata Benny seraya tirukan percakapan.
"Lalu apalagi? Pemimpin seumur hidup. Lalu Bapak Soekarno mengatakan kalau kedua ini. Mungkin aku mau tetapi jangan aku yang ngomong. Karena ini sejarah, bukan omongan saya. Baca buku, baca buku," tambahnya.
Advertisement