Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed yang menjadi salah satu icon Kota Solo meninggalkan kisah kurang menyenangkan.
Hingga kini, para mandor proyek masjid raya itu masih meninggalkan utang di warung makan. Bahkan, jumlahnya disebut mencapai Rp145 juta.
Baca Juga
Menanggapi pemberitaan utang makan para mandor proyek Masjid Raya Sheikh Zayed yang mencapai ratusan juta, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan pihaknya telah menerima laporan mengenai hal itu.
Advertisement
Melalui cuitan di akun Twitter pribadinya, Gibran mengatakan akan menyelesaikan persoalan tersebut.
"Laporan sudah masuk tadi siang. Tunggu ya. Akan kita selesaikan," cuitnya kemarin, Kamis, 16 Maret 2023 petang.
Salah satu warganet juga mengunggah tanggapan Gibran ketika mendengar persoalan utang makan para mandor tersebut. Gibran sempat terhenyak mendegar jumlah utang yang mencapai ratusan juta.Â
"Owalah... Ngutang neng wedhangan nganti satus yuto yo bangkrut," ujar Gibran dalam bahasa Jawa yang dapat diartikan, "Berhutang di tempat makan hingga seratus juta ya bangkrut (warungnya)."Â
Dalam video tersebut, Gibran mengatakan akan mendatangi lokasi warung tersebut. "Yo wis, mengko takparani yo," ujarnya.Â
Masalah utang makan para mandor saat pembangunan masjid itu diungkap oleh pemilik warung makan.
Dian (38) pemilik warung makan Restu Bunda, mengungkap, para mandor berlangganan makan di warungnya saat pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo berlangsung. Proses pembayarannya, para mandor menjanjikan akan membayar setiap dua pekan sekali.Â
Â
Pembayaran Mulai Tersendat
Pembayaran tidak mengalami kendala pada awal pembangunan masjid. Namun, seiring waktu, pembayaran makan para mandor tersebut mulai tersendat.
"Dulu perjanjiannya tiap dua minggu terbayarkan. Sedangkan dari sisi mandornya perusahaannya tidak tepat waktu. Bahkan terkadang 4 minggu sekali baru dibayarkan," kata Dian, dikutip dari Kanal Bisnis Liputan6.com.
Menurut Dian, ada tiga mandor yang memiliki utang kepadanya. Masing-masing memiliki utang Rp 65 juta, Rp 50 juta, dan Rp 30 juta.
Ketika ditagih, Dian bercerita bahwa semua mandor itu beralasan kalau pembayaran dari pengembang juga tak lancar.
"Katanya harusnya terima bayaran sekian, tapi hanya menerima sekian persen," tegasnya.
Advertisement
Belum Akan Tempuh Jalur Hukum
Sering berinteraksi dengan para pekerja proyek masjid Raya di Solo tersebut, membuat Dian mengetahui masalah yang terjadi di kalangan pekerja proyek. Salah satunya ada mandor yang bermasalah dan membawa kabur uang yang sebenarnya menjadi hak para pekerja proyek.
Hal iniah yang menjadi awal mula bayaran para mandor dan pekerja lainnya juga tertunda.
"Yang utang dan tahu rumahnya, saya datangi rumahnya. Saya tagih. Minta kepastiannya gimana. Tapi juga ada yang kabur," ceritanya.
Saat ini, informasi utang para mandor ini nampaknya mulai jadi konsumsi publik. Meski demikian, Dian mengaku belum berniat untuk menempuh jalur hukum terhadap para mandor tersebut.