Liputan6.com, Jakarta - Malaysia telah memasuki era baru dengan dilantiknya Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10. Sosok Anwar Ibrahim sendiri tentu tak asing bagi dunia perpolitikan negeri Jiran hingga dunia internasional.
Bagi Indonesia, sosok Anwar Ibrahim memiliki kedekatan emosional yang cukup erat. Saat bertandang ke Indonesia pertama kali selepas dilantik pada 9 Januari lalu, ia mengakui Indonesia memiliki tempat khusus di hatinya. Indonesia pula yang menjadi negara pertama yang ia kunjungi pada lawatan internasionalnya.
Baca Juga
Saat bertemu Presiden Jokowi di istana kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Anwar mengatakan ingin belajar banyak dari Indonesia terutama terkait hilirisasi dan digitalisasi. Tidak hanya itu, terbuka juga peluang kerja sama di bidang ekonomi dengan Indonesia.
Advertisement
Anwar juga memberikan dukungan terhadap pembangunan ibu kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Menurutnya, pembangunan ibu kota baru itu akan berdampak positif tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga Malaysia.
“Kita ambil pendekatan yang positif itu mencari jalan supaya pertumbuhan ibu kota negara Nusantara itu akan juga memberi manfaat kepada wilayah yang termasuk Sarawak dan Sabah,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memandang ke depan akan ada kerja sama positif antar dua negara. Ia mengatakan hubungan Indonesia dan Malaysia cukup erat karena sejarah yang panjang. Meski terkadang memiliki percikan konflik namun secara umum persahabatan dan kerja sama dua negeri serumpun ini terus terjalin.
Menurutnya, saat ini kedua negara juga saling ketergantungan. "Saya kira dengan kepemimpinan Anwar Ibrahim ini akan jauh lebih baik karena secara latar belakang story politik beliau sangat dekat dengan Indonesia," katanya.
Bahkan, Tauhid juga memperkirakan dengan latar belakang kedekatan hubungan ini, maka potensi hambatan-hambatan politik akan semakin 'tipis'. "Bahkan lebih mudah untuk isu-isu yang sangat sensitif di antara dua negara, beliau sudah sering kemari dan dekat dengan tokoh-tokoh jadi hambatan politiknya sedikit," bebernya.
Adapun khusus di bidang ekonomi, kedua negara sudah mempunyai banyak perjanjian dagang terutama di tingkat Asean. Kedua negara pun, kata dia, sebenarnya sudah lama bersaing pada komoditas kelapa sawit di mana Indonesia memiliki jumlah komoditas crude palm oil/CPO terbesar pertama di dunia yang diikuti dengan Malaysia.
Potensi kerja sama
Lebih lanjut, adanya potensi kerja sama ekonomi yang intensif bisa dilakukan pada banyak sektor. Salah satu peluang adanya hubungan kerja sama ekonomi antara Malaysia dan RI terlihat dari inisiatif yang dilakukan Iskandar Regional Development Authority (IRDA).
IRDA sendiri telah menjadi fasilitator dari Iskandar Malaysia yang mengundang perusahaan dari tanah air yakni PT Arca Media Indonesia ke negeri Jiran untuk membahas berbagai potensi kerja sama ke depannya. Perusahaan Indonesia ini pun melakukan kunjungan resmi ke Johor, Malaysia pada akhir Februari lalu.
Untuk diketahui, Iskandar Malaysia (IM) adalah Koridor Pembangunan Ekonomi pertama di Malaysia yang sedang booming di Johor Selatan, Malaysia dan berlokasi strategis di persimpangan jalur Perdagangan Timur-Barat, atau di jantung Asia Timur. Saat ini, pembangunan meliputi area seluas 2.217 kilometer persegi. Iskandar Malaysia juga telah diakui sebagai CDP (Carbon Disclosure Project) Global Ranking Cities A List pada 2019 & 2020 lalu.
Sementara itu, Arcamedia merupakan perusahaan agensi media yang beroperasi di Jakarta. Perusahaan ini dikelola oleh sekelompok orang dengan lebih dari 15 tahun pengalaman di berbagai media dan perusahaan pemasaran.
Investment Facilitation Md. Eharay ABD Majid menjelaskan jumlah penduduk Iskandar Malaysia saat ini adalah 2,1 juta penduduk. Pihaknya menargetkan dapat mencapai 3 juta penduduk pada tahun 2024.
“Kami menganggap Indonesia dengan berbagai potensinya, dapat menjadi mitra strategis kami, terutama dari sisi mendatangkan wisatawan maupun penduduk Indonesia yang akan menetap di Iskandar Malaysia," katanya saat berdiskusi dengan Arcamedia di Johor, Malaysia, akhir Februari lalu.
Hal senada juga diungkapkan Senior Vice President Iskandar Investment Berhad (IIB) Shafique Iqbal. Apalagi, sebagai kedua negeri serumpun, RI dan Malaysia memiliki kemiripan budaya dan kedekatan geografis wilayah.
“Kami melihat Indonesia sebagai negara potensial yang dapat membantu percepatan iklim investasi di Iskandar Malaysia terutama di bidang pendidikan. Hal ini kami rasa akan memperkuat juga hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia dalam berbagai aspek," bebernya.
IIB sendiri merupakan perusahaan holding investasi yang didirikan pada November 2006 untuk mengkatalisasi pengembangan strategis Iskandar Malaysia. Diharapkan, kerja sama business to business bisa dilakukan antara perusahaan Malaysia dengan Indonesia. Misalnya, perusahaan di bawah IIB seperti Educity sebagai salah satu tujuan perguruan tinggi di Malaysia.
Advertisement
Potensi Kerja Sama yang Besar di Bidang Properti
Begitupun kerja sama perusahaan Indonesia dengan perusahaan properti UMLand yang memiliki beragam proyek. Salah satunya di kawasan Medini yang adalah sebuah pinggiran kota di Iskandar Puteri, Distrik Johor Bahru, Johor, Malaysia.
Potensi kerja sama yang besar di bidang properti juga bisa dilakukan dengan Forest City yang merupakan perusahaan patungan antara Country Garden Group dan Esplanade Danga 88 Sdn Bhd (EDSB) yang didukung pemerintah Malaysia.
Forest City telah membangun satu dari empat pulau buatan yang akan dibangun di lahan seluas 30 kilometer persegi. Forest City diharapkan bakal menjadi kota futuristik yang cerdas dan hijau yang menggabungkan lingkungan, teknologi, dan teknologi mutakhir untuk menciptakan ekosistem ruang hidup dan kerja yang ideal, indah, dan digerakkan oleh teknologi.
Sementara itu, CEO PT Arca Media Indonesia Yunda Risa Cahyanti menyambut baik kerja sama dengan Iskandar Malaysia yang akan berdampak baik terhadap sinergi bisnis antara kedua belah pihak. “Arcamedia merasa terhormat dapat menjembatani potensi kerjasama ini, karena kami sangat memahami bagaimana kondisi pasar masyarakat Indonesia, terutama dominasi generasi milenial dan Z, yang dapat menjadi potensial audience Iskandar Malaysia di Indonesia," paparnya.
Melihat potensi hubungan RI dan Malaysia, Tauhid Ahmad dari INDEF pun cukup optimistis. Pasalnya ada banyak sektor yang potensial untuk dikembangkan lebih dalam di antara kedua negara. Meski kedua negara bersaing mengekspor minyak sawit (CPO) ke pasar dunia namun sebenarnya keduanya memiliki posisi yang kuat di dunia internasional.
Di mana RI menyumbang produksi CPO ke dunia mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023, dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT. Jika digabungkan, duo Indonesia-Malaysia menguasai 83% dari produksi CPO global, yang totalnya diperkirakan mencapai 77,22 juta MT pada periode 2022/2023.
“Kita perlu kerjasama untuk menentukan suplai pasokan dunia, otomatis duo negara ini saling membutuhkan,” sebut Tauhid Ahmad.
Kerja Sama Sektor Wisata
Kerja sama lainnya, lanjut dia, adalah di sektor pariwisata. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang 2022 terbanyak berasal dari Malaysia yang mencapai 19% kunjungan wisman.
Pun demikian dengan jumlah penanaman modal asing (PMA) atau investasi yang berasal dari Malaysia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi dari Malaysia sepanjang tahun 2022 mencapai US$3,3 miliar atau setara Rp49,13 triliun. Jumlah ini mengantarkan Malaysia sebagai negara nomor 5 dengan jumlah investasi terbesar di Indonesia.
Lebih lanjut, beberapa sektor yang potensial digarap adalah edukasi, kesehatan, pariwisata, dan properti. Di mana Iskandar Malaysia mempunyai beberapa sektor yang bisa menjawab potensi ini seperti adanya sekolah dan universitas bertaraf internasional. Begitu juga dengan Malaysia sebagai salah satu destinasi wisata medis warga Indonesia khususnya di pulau Sumatera.
Advertisement