Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Pengendalian dan Operasional Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Massdes Auroffy memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini, Selasa (11/4/2023).
Pemanggilan tersebut dalam rangka untuk mengklarifikasi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) setelah sang istri viral di media sosial akibat pamer harta kekayaan.
Baca Juga
"Saat ini sedang menjalani proses permintaan klarifikasi terkait LHKPN yang telah disampaikan kepada KPK," kata Plt Juru Bicara KPK Bidang Pencegahan Ipi Maryati kepada wartawan ketika dihubungi, Selasa (11/4/2023).
Advertisement
Selain itu, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Dodik Samsu Hidayat juga akan diklarifikasi terkait LHKPN miliknya. Adapun keduanya bakal dimintai klarifikasi di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan.
Untuk diketahui, Massdes mendapat sorotan usai istri dan anaknya kedapatan kerap memamerkan harta kekayaan di media sosial. Keduanya kerap menampilkan tas dan sepatu mewah hingga lensa kamera.
Namun, saat ditelusuri, Masdess tercatat hanya memiliki harta Rp1,8 miliar per tahun 2021. Hal ini dimuat dalam laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
Inspektorat DKI Siap Fasilitasi KPK
Sebelumnya, Inspektur DKI Jakarta Syaefulloh Hidayat mengungkapkan, pihaknya siap memfasilitasi jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ingin memeriksa lebih lanjut kasus pamer kekayaan istri dan anak Kepala Bidang Pengendalian dan Operasi Dinas Perhubungan, Massdes Arouffy.
"Jika KPK ingin melihat barang-barangnya, kami siap untuk menunjukkan secara terbuka," kata Syaefuloh di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin 10 April 2023.
Lebih lanjut, Syaefuloh mengatakan bahwa tas mewah Massdes telah diperiksa keasliannya dan kini, barang tersebut berada di Ruang Inspektorat.
"Kita sudah minta yang bersangkutan menyampaikan secara terbuka barang-barang yang sempat ada di video. Barang-barangnya ada di lantai 18," ujar Syaefuloh.
"Ya dari sisi keasliannya tetapi memang secara umum kelihatannya indikasi besarnya itu tidak asli," tambah Syaefuloh.
Â
Reporter: Lydia Fransisca
Sumber: Merdeka.com
Advertisement