Sukses

Festival Budayaw IV Resmi Ditutup dengan Gelaran Pentas Budayaw Raya dan Seminar Jalur Rempah

Melalui pertunjukkan kesenian, lanjut Irini, Festival Budayaw IV menunjukkan keberagaman seni budaya yang mengajarkan kepada masyarakat di empat negara pentingnya menghormati keberagaman.

Liputan6.com, Jakarta Festival Budayaw IV yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung sukses. Festival yang diselenggarakan selama lima hari di Benteng Rotterdam, Makassar itu ditutup dengan pementasan “Budayaw Raya” dan seminar internasional Jalur Rempah. 

Pementasan itu merupakan kolaborasi empat negara East ASEAN Growth Area, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP-EAGA). Ram Prapanca sebagai dramaturg pertunjukan “Budayaw Raya” menyampaikan, pertunjukan tersebut menggambarkan keragaman budaya empat negara. Dia mengatakan, keragaman dan perbedaan dalam kebersamaan adalah titik pijak bagi kehidupan yang berkelanjutan. 

Selain itu digelar juga seminar internasional bertajuk “Jalur Maritim dan Rempah dalam Konektivitas Budaya di Kawasan Asia Tenggara dan Dunia pada Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan. Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengatakan seminar tersebut bisa mengungkap adanya konektivitas, baik dari aspek sejarahnya, maupun aspek kultural. 

"Seminar ini nantinya bisa mengungkap bahwa ketersambungan ini adalah sebuah peradaban yang mungkin tiap-tiap daerah di Indonesia maupun dunia internasional menjadi suatu keniscayaan bahwa kita sebenarnya saling beririsan antarbudaya, bisa saling-silang budaya," ujarnya, Senin malam (4/9).

Masih di kesempatan yang sama, Irini Dewi Wanti lebih lanjut mengatakan bahwa budaya menjadi bagian penting untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah global, isu lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan. 

"Selama empat hari ini, kita telah menyaksikan kesenian, lokakarya pewarnaan alami, dan lokakarya kuliner dari semua delegasi, serta seminar Jalur Rempah. Keragaman budaya yang dikemas dalam festival ini tentu untuk hidup yang berkelanjutan," disampaikan Irini. 

Melalui lokakarya pewarnaan alami dan kuliner, kata Irini, BIMP-EAGA telah merevitalisasi kembali wastra tradisional dan menghidupkan kembali lingkungan dengan keragaman hayati. 

"Banyaknya sumber karbohidrat yang dapat dibudidayakan menjadi pilihan kita, tidak semata-mata hanya mengandalkan beras atau nasi sebagai bahan makan utama, laut kita juga memberikan sumber protein yang luar biasa," kata Irini.

Melalui pertunjukkan kesenian, lanjut Irini, Festival Budayaw IV menunjukkan keberagaman seni budaya yang mengajarkan kepada masyarakat di empat negara pentingnya menghormati keberagaman. 

 

(*)