Liputan6.com, Jakarta Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono memastikan tidak akan penambahan pasukan di Papua. Diketahui, Pratu Miftahul Arifin telah gugur ditembak Kelompok Separatis Teroris (KST) saat melakukan penyelamatan terhadap Pilot Susi Air Captain Philips M.
"Tidak ada, tidak ada penambahan pasukan. Pasukan yang ada ini adalah pasukan rotasi. Merotasi dari pasukan tembak ini udah sampai setahun. Tentunya ini nanti kita taruh dan kita rotasi dengan pasukan yang baru," kata Yudo Margono kepada wartawan di Lanud Yohanis Kapiyau Timika, Papua, Selasa (18/4/2023).
Baca Juga
Eks Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) ini menegaskan, rotasi ini dilakukan di sejumlah daerah-daerah yang dianggap rawan.
Advertisement
"Termasuk yang kemarin ketemu, kemudian kita rotasi, kemudian ada pasukan yang tugas selama setahun yang saya lepas sekitar ada 1.200 itu, yang dari Medan, Palembang, Surabaya, Kalimantan Tengah itu juga sama. Rotasi tapi hanya di daerah-daerah rawan ini," tegasnya.
Yudo juga memastikan, tidak ada penambahan alutsista. Helikopter yang ada saat ini dipastikan memang sudah ada sebelumnya untuk melakukan evakuasi di medan yang dianggap sulit.
"Alutista enggak ada, jadi gini heli itu untuk evakuasi ya seperti ini ya untuk mendukung logistik. Jadi penambahannya sebenarnya enggak ada ini sama dengan seperti yang lalu ada heli karena medannya sulit," ungkapnya.
"Sehingga, harus menggunakan heli untuk evakuasi medis untuk mendukung mendorong logistik dan sebagaimana tadi. Jadi kita enggak menambah alutsista, alutsistanya ya alutista untuk angkutan," pungkas Panglima TNI Yudo Margono.
Menaikkan status Operasi di Papua
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menaikkan status operasi di Papua menjadi siaga tempur. Hal ini buntut penyerangan yang dilakukan Kelompok Separatis Teroris (KST) yang mengakibatkan satu personel atas nama Pratu Miftahul Arifin gugur.
"Kita tetap melaksanakan operasi penegakan hukum dengan soft approach ya, kita tetap mendahulukan itu, dari awal kita sampaikan itu," kata Yudo kepada wartawan di Lanud Yohanis Kapiyau Timika, Papua, Selasa (18/4).
"Tapi tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di wilayah tertentu ya kita ubah menjadi operasi siaga tempur," sambungnya.
Ia menjelaskan, siaga tempur ini bukan pertama kali dilakukan. Karena, siaga tempur ini juga dilakukan di Natuna. Sehingga, ia menaikkan status di Papua menjadi siaga tempur darat.
"Artinya ditingkatkan dari yang tadi itu soft approach menghadapi serangan yang seperti ini, yang seperti terjadi tanggal 15 April lalu," jelasnya.
"Tentunya kita tingkatkan menjadi siaga tempur untuk pasukan kita. Sehingga, naluri tempurnya terbangun untuk itu," sambungnya.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com
Advertisement