Liputan6.com, Jakarta Capres usungan Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengunjungi kediaman Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Lebaran hari pertama, Sabtu, 22 April 2023.
Anies Baswedan juga bertemu Ketum Partai Demokorat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dia mengaku bersilaturahmi dan diberi wejangan oleh SBY.
Momen tersebut diunggah oleh Anies Baswedan melalui akun Instagramnya @aniesbaswedan pada Minggu (23/4/2023).
Advertisement
Dalam salah satu foto yang diunggah, Anies terlihat berbincang serius dengan SBY yang didampingi oleh AHY. Foto lainnya juga memperlihatkan mereka tertawa bersama.
"Alhamdulillah, tadi malam (Sabtu 22 April) bersilaturahmi ke rumah Ketua Umum Partai Demokrat, Mas @agusyudhoyono, bertemu sekaligus mendengarkan cerita dan wejangan dari Pak SBY," kata Anies.
Anies mengatakan, momen pertemuan tersebut terasa hangat. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga menikmati hidangan yang disuguhkan.
"Pertemuan yang begitu hangat, ditambah dengan hidangan khas Lebaran dari tuan rumah yang semuanya enak," ucapnya.
Anies diketahui diusung sebagai calon presiden 2024 oleh koalisi perubahan yang terdiri dari NasDem, PKS dan Demokrat. Hingga kini, koalisi itu belum memutuskan siapa cawapres yang mendampingi Anies.
Anies Bisa Menang Hanya dengan 3 Parpol
Wacana koalisi besar gabungan antara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) tengah ramai diperbincangkan. Koordinator Jubir DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyatakan pihaknya tetap yakin Anies Baswedan menang di Pilpres 2024 meski melawan koalisi besar."
Demokrat tetap yakin Anies Baswedan dan Koalisi Perubahan berpeluang memenangkan pilpres 2024, meskipun nantinya menghadapi Koalisi Besar,” kata Herzaky pada wartawan, Rabu (19/4/2023).
Herzaky menyebut ada tiga faktor yang membuat pihaknya Optimis. Pertama, ditinjau dari sistem pemilu. Sistem pemilu kita adalah pemilihan langsung. One man/woman one vote. Bukan sistem perwakilan.
"Yang memilih adalah rakyat secara langsung. Bukan parpol-parpol di parlemen. Kalau pemilihan presiden dilakukan di parlemen, baru jumlah dukungan parpol itu signifikan dan sangat relevan dalam peluang kemenangan bagi setiap capres-cawapres,” kata dia.
"Sedangkan di pilpres secara langsung, dukungan parpol jelas berdampak positif, tapi tidak ada jaminan suara ketika memilih parpol tertentu terkonversi menjadi suara ke paslon capres-cawapres yang diusung,” sambungnya.erjuangkan perubahan dan perbaikan yang diinginkan dan diharapkan rakyat,” pungkasnya.
Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com
Advertisement