Sukses

Penerbangan Langsung Jakarta-Tashkent, Perkuat Hubungan Ekonomi Indonesia-Uzbekistan

Uzbekistan Airways sudah melayani rute Jakarta-Tashkent sejak Mei 2019 dan sempat dihentikan karena Covid-19. Saat Gobel berkunjung ke Uzbekistan pada 2021, mereka meminta kepada Gobel untuk membantu agar penerbangan Jakarta-Tashkent bisa dibuka lagi.

Liputan6.com, Jakarta Penerbangan langsung Jakarta-Tashkent akan meningkatkan hubungan ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia dan Uzbekistan. Demikian dikatakan Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel. 

"Ini bukan hanya soal wisata ziarah ke Uzbekistan tapi yang utama adalah hubungan ekonomi, sosial, dan budaya kedua negara," kata Gobel saat melepas penerbangan perdana maskapai penerbangan Uzbekistan Airways di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu malam (26/4).

Sebelumnya, penerbangan Jakarta-Tashkent harus melalui negara lain, terutama Turki. Hal tersebut tentunya menempuh waktu yang jauh lebih lama dan biaya yang jauh lebih mahal. Kini, dengan adanya penerbangan langsung maka pada rute tersebut hanya bisa ditempuh dalam waktu 8 jam. 

"Saat ini baru satu kali penerbangan dalam sepekan. Ke depan saya berharap bisa dua kali dalam dua pekan," kata Gobel.

Acara tersebut dihadiri Pejabat Sementara Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia, Muzaffar S Abduazimov. Selain itu, hadir juga pejabat dari PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta. Hadir pula Head of Marketing and Network Strategy Uzbekistan Airways, Shukhrat Mirsaidov. 

Sebelumnya, Uzbekistan Airways sudah melayani rute Jakarta-Tashkent sejak Mei 2019, namun pada Maret 2020 layanan di rute ini dihentikan karena ada Covid-19. Saat Gobel berkunjung ke Uzbekistan pada 2021, mereka meminta kepada Gobel untuk membantu agar penerbangan Jakarta-Tashkent bisa dibuka lagi. 

"Alhamdulillah sekarang sudah bisa dibuka lagi. Ini berkat dukungan pemerintah, khususnya Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN," kata Gobel. 

 

Dalam sambutannya, Muzaffar menyampaikan, Uzbekistan memiliki nilai penting dalam wisata ziarah. 

"Inilah negeri kelahiran ahli hadits Imam Bukhori dan Imam Turmuzi, ahli kedokteran Ibnu Sina, ahli matematika Khawarizmi, dan juga asal tarekat Naqsabandiyah,"katanya. 

Selama masa Covid-19, pemerintah Uzbekistan melakukan renovasi total kawasan kuburan Imam Bukhori dan kini sudah bisa dikunjungi lagi. Selain dibangun masjid yang megah, juga terdapat museum Imam Bukhori. Di Uzbekistan juga banyak peninggalan masa kejayaan Islam, terutama di kota Samarkand dan kota Bukhara, khususnya peninggalan Dinasti Timurid yang didirikan Timur Lang. Mereka sangat mengincar para jamaah umroh yang ingin wisata ziarah bisa memilih Uzbekistan sebagai negara tujuannya. 

"Uzbekistan memiliki peninggalan sejarah Islam dan wisata ziarah. Kami menyampaikan terima kasih kepada Pak Rachmat Gobel atas bantuannya untuk pembukaan kembali penerbangan ini. Semoga ke depan bisa setiap hari ada penerbangan," kata Muzaffar.

Gobel mengatakan, ada dua makna strategis dari pembukaan kembali penerbangan Jakarta-Tashkent. Pertama, muhibah anggota DPR memiliki dampak nyata. Kedua, Uzbekistan adalah negeri landlocked (tak memiliki perbatasan dengan laut), sehingga pengiriman logistik harus melalui udara atau melalui negara lain. 

"Pengiriman logistik dan ekspor-impor melalui negara lain tentu berbiaya mahal, rumit, dan butuh waktu lama. Maka satu-satunya yang terbaik adalah melalui kargo udara. Uzbekistan adalah negeri penting di Asia Tengah. Jadi bisa menjadi hub ekonomi," katanya.

Gobel mengatakan, Uzbekistan memiliki sejumlah produk pertanian yang unggul seperti cherry dan strawberry. Sedangkan Indonesia memiliki produk pertanian buah-buahan tropis seperti pisang, nanas, mangga, dan sebagainya. 

"Saat ini sedang terus diusahakan agar ada kemudahan-kemudahan, khususnya tentang sertifikasi yang diakui di dua negara agar proses masuk bisa lebih cepat. Ini potensi ekonomi yang besar, khususnya bagi Indonesia, termasuk ekspor buah-buahan dan produk pertanian lainnya. Jika kita berhasil menyejahterakan para petani maka masalah kemiskinan di Indonesia bisa lebih mudah diselesaikan," katanya.  

 

(*)