Liputan6.com, Jakarta - Wilayah Indonesia pada hari ini, Minggu (7/5/2023) sebagian langitnya akan berawan, cerah berawan, cerah, kabut, dan hujan ringan. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Minggu (7/5/2023).
Cuaca hujan ringan pada pagi ini hanya diprediksi mengguyur Bandung, Tarakan, Ambon, dan Manokwari, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan.
Baca Juga
Lalu pada siang hari nanti, Indonesia sebagiannya bakal hujan ringan, berawan, cerah berawan, hujan sedang, dan bahkan hujan petir.
Advertisement
Hujan berintensitas sedang siang nanti diprakirakan mengguyur Yogyakarta, Kendari, Manado, dan Medan. Waspada hujan petir diprediksi bakal turun di Bandung, Banjarmasin, dan Ambon.
Begitu pula pada malam nanti, cuaca Indonesia sebagiannya akan berawan, cerah berawan, cerah, hujan ringan, hujan sedan, dan waspada hujan petir diprakirakan guyur Tarakan.
Untuk hujan ringan diprediksi mengguyur Yogyakarta, Jambi, Bandung, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, dan Pekanbaru.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Banda Aceh |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Denpasar |  Cerah |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Serang |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Bengkulu |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Yogyakarta |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Ringan |
 Jakarta Pusat |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Gorontalo |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jambi |  Kabut |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Bandung |  Hujan Ringan |  Hujan Petir |  Hujan Ringan |
 Semarang |  Cerah Berawan |  Berawan Tebal |  Berawan |
 Surabaya |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Pontianak |  Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Banjarmasin |  Berawan |  Hujan Petir |  Cerah Berawan |
 Palangkaraya |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Samarinda |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Tarakan |  Hujan Ringan |  Berawan |  Hujan Petir |
 Pangkal Pinang |  Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Tanjung Pinang |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Bandar Lampung |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah |
 Ambon |  Hujan Ringan |  Hujan Petir |  Hujan Ringan |
 Ternate |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Mataram |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Kupang |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Kota Jayapura |  Berawan |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Manokwari |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Pekanbaru |  Kabut |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Mamuju |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Sedang |
 Makassar |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Kendari |  Berawan |  Hujan Sedang |  Cerah Berawan |
 Manado  |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
 Padang |  Berawan |  Berawan |  Berawan Tebal |
 Palembang |  Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Medan |  Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
PBB Ingatkan untuk Waspada El Nino: Bakal Kembali dengan Rekor Cuaca Panas
Sebelumnya, dunia harus bersiap menghadapi suhu global yang tinggi dan kemungkinan tingkat panas baru yang memecahkan rekor karena fenomena cuaca El Nino tampaknya semakin mungkin berkembang dalam beberapa bulan mendatang.
Demikian klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (UN) pada hari Rabu lalu 3 Mei 2023.
World Meteorological Organization (WMO) atau yang biasa dikenal sebagai Organisasi Meteorologi Dunia PBB, memperkirakan ada kemungkinan 60 persen bahwa El Nino akan berkembang pada akhir Juli dan kemungkinan 80 persen akan terjadi pada akhir September 2023.
El Nino, pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cuaca panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di tempat lain, terakhir terjadi pada 2018-2019.
Namun sejak tahun 2020 lalu, dunia telah dilanda La Nina yang sangat panjang – ini merupakan kebalikan dari El Nino yang ditandai dengan suhu yang mendingin – yang berakhir awal tahun ini kemudian beralih ke kondisi netral saat ini.
Advertisement
Belum Ada Indikasi Kekuatan El Nino
Meski demikian, PBB mengatakan delapan tahun terakhir adalah yang suhu terhangat yang pernah tercatat, meskipun efek pendinginan La Nina berlangsung hampir setengah dari periode itu. Tanpa fenomena cuaca itu, situasi pemanasan di Bumi bisa menjadi lebih buruk.
"La Nina bertindak sebagai rem sementara pada peningkatan suhu global," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan oleh Dailysabah.
"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan menyebabkan lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," dia memperingatkan.
Pada tahap ini, belum ada indikasi kekuatan atau durasi El Nino yang membayangi. Yang terakhir dianggap lemah, tapi yang sebelumnya dianggap vital antara 2014 dan 2016, dengan konsekuensi yang mengerikan.
WMO menunjukkan bahwa 2016 adalah "tahun terhangat dalam catatan karena 'pukulan ganda' dari peristiwa El Ninodan pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari gas rumah kaca."
Karena efek El Nino pada suhu global biasanya muncul setahun setelah muncul, dampaknya kemungkinan besar akan terlihat pada tahun 2024, katanya.
"Dunia harus bersiap menghadapi perkembangan El Nino," kata Taalas.
"Mungkin membawa kelonggaran dari kekeringan di Tanduk Afrika dan dampak terkait La Nina lainnya, tetapi juga dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem," sambung dia.
Perlunya Sistem Peringatan Dini yang Efektif
Ia juga menekankan perlunya sistem peringatan dini yang efektif untuk menjaga keamanan masyarakat.
Tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama, dan pengaruhnya sebagian bergantung pada waktu dalam setahun, kata WMO, seraya menambahkan bahwa pihaknya dan layanan meteorologi nasional akan memantau perkembangannya dengan cermat.
Pola iklim terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di lautan Pasifik tengah dan timur tropis.
Curah hujan yang meningkat biasanya terlihat di Amerika Selatan bagian selatan, AS bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, kekeringan parah dapat terjadi di Australia, Indonesia, dan sebagian Asia Selatan.
"Selama musim panas di Belahan Bumi Utara, air hangat El Nino juga dapat memicu badai di tengah dan timur Samudra Pasifik sekaligus menghambat pembentukan badai di Cekungan Atlantik," tutup WMO.
Advertisement