Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Indonesia pada hari ini, Selasa (9/5/2023) hampir keseluruhannya berawan dan cerah berawan. Begitulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Selasa (9/5/2023).
Pada pagi hari ini dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca hujan ringan hanya diprakirakan guyur Samarinda, Kota Jayapura, dan Makassar, serta hujan lebat di Mamuju.
Baca Juga
Berbeda pada siang nanti, sebagian wilayah Indonesia bakal berawan, cerah berawan, cerah, hujan ringan, hujan sedang, dan waspada hujan petir.
Advertisement
Wilayah Bandung, Bandar Lampung, Manokwari, dan Medan diprediksi hujan dengan intensitas sedang pada siang hari nanti. Lalu waspada hujan petir siang nanti di Banjarmasin.
Kemudian malam harinya, cuaca sebagian Indonesia akan berawan, cerah berawan, cerah, hujan ringan, dan hujan sedang. Hujan ringan diprakirakan turun di Bengkulu, Jambi, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, dan Mamuju malam nanti.
Hujan dengan intensitas sedang malam nanti diprediksi guyur Bandung, Tarakan, dan Medan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Banda Aceh | Berawan | Berawan | Berawan |
Denpasar | Cerah | Hujan Ringan | Berawan |
Serang | Cerah Berawan | Berawan | Berawan |
Bengkulu | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Yogyakarta | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Cerah Berawan | Berawan | Berawan |
Gorontalo | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Jambi | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Bandung | Cerah Berawan | Hujan Sedang | Hujan Sedang |
Semarang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Surabaya | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Pontianak | Cerah Berawan | Cerah | Cerah |
Banjarmasin | Cerah Berawan | Hujan Petir | Berawan |
Palangkaraya | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Samarinda | Hujan Ringan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Tarakan | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Sedang |
Pangkal Pinang | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Tanjung Pinang | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Bandar Lampung | Berawan | Hujan Sedang | Cerah Berawan |
Ambon | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Ternate | Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Mataram | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Kupang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Kota Jayapura | Hujan Ringan | Berawan | Berawan |
Manokwari | Berawan | Hujan Sedang | Berawan |
Pekanbaru | Berawan | Berawan | Cerah Berawan |
Mamuju | Hujan Lebat | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Makassar | Hujan Ringan | Berawan | Hujan Ringan |
Kendari | Berawan | Berawan | Berawan |
Manado | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Padang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah |
Palembang | Cerah Berawan | Berawan | Cerah Berawan |
Medan | Cerah Berawan | Hujan Sedang | Hujan Sedang |
PBB Ingatkan untuk Waspada El Nino: Bakal Kembali dengan Rekor Cuaca Panas
Sebelumnya, dunia harus bersiap menghadapi suhu global yang tinggi dan kemungkinan tingkat panas baru yang memecahkan rekor karena fenomena cuaca El Nino tampaknya semakin mungkin berkembang dalam beberapa bulan mendatang.
Demikian klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (UN) pada hari Rabu lalu 3 Mei 2023.
World Meteorological Organization (WMO) atau yang biasa dikenal sebagai Organisasi Meteorologi Dunia PBB, memperkirakan ada kemungkinan 60 persen bahwa El Nino akan berkembang pada akhir Juli dan kemungkinan 80 persen akan terjadi pada akhir September 2023.
El Nino, pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cuaca panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di tempat lain, terakhir terjadi pada 2018-2019.
Namun sejak tahun 2020 lalu, dunia telah dilanda La Nina yang sangat panjang – ini merupakan kebalikan dari El Nino yang ditandai dengan suhu yang mendingin – yang berakhir awal tahun ini kemudian beralih ke kondisi netral saat ini.
Advertisement
Belum Ada Indikasi Kekuatan El Nino
Meski demikian, PBB mengatakan delapan tahun terakhir adalah yang suhu terhangat yang pernah tercatat, meskipun efek pendinginan La Nina berlangsung hampir setengah dari periode itu. Tanpa fenomena cuaca itu, situasi pemanasan di Bumi bisa menjadi lebih buruk.
"La Nina bertindak sebagai rem sementara pada peningkatan suhu global," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan oleh Dailysabah.
"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan menyebabkan lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," dia memperingatkan.
Pada tahap ini, belum ada indikasi kekuatan atau durasi El Nino yang membayangi. Yang terakhir dianggap lemah, tapi yang sebelumnya dianggap vital antara 2014 dan 2016, dengan konsekuensi yang mengerikan.
WMO menunjukkan bahwa 2016 adalah "tahun terhangat dalam catatan karena 'pukulan ganda' dari peristiwa El Ninodan pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari gas rumah kaca."
Karena efek El Nino pada suhu global biasanya muncul setahun setelah muncul, dampaknya kemungkinan besar akan terlihat pada tahun 2024, katanya.
"Dunia harus bersiap menghadapi perkembangan El Nino," kata Taalas.
"Mungkin membawa kelonggaran dari kekeringan di Tanduk Afrika dan dampak terkait La Nina lainnya, tetapi juga dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem," sambung dia.
Perlunya Sistem Peringatan Dini yang Efektif
Ia juga menekankan perlunya sistem peringatan dini yang efektif untuk menjaga keamanan masyarakat.
Tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama, dan pengaruhnya sebagian bergantung pada waktu dalam setahun, kata WMO, seraya menambahkan bahwa pihaknya dan layanan meteorologi nasional akan memantau perkembangannya dengan cermat.
Pola iklim terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di lautan Pasifik tengah dan timur tropis.
Curah hujan yang meningkat biasanya terlihat di Amerika Selatan bagian selatan, AS bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, kekeringan parah dapat terjadi di Australia, Indonesia, dan sebagian Asia Selatan.
"Selama musim panas di Belahan Bumi Utara, air hangat El Nino juga dapat memicu badai di tengah dan timur Samudra Pasifik sekaligus menghambat pembentukan badai di Cekungan Atlantik," tutup WMO.
Advertisement