Sukses

Sukses di Manado dan Bali, Galon Sehat Berbahan PET Segera Diperkenalkan Lebih Luas

Lanskap bisnis AMDK bakal berubah drastis bila rencana pengenalan galon guna ulang berbahan Polietilena Tereftalat (PET) jadi diterapkan ke jutaan konsumen

Liputan6.com, Jakarta Lanskap bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bakal berubah drastis bila rencana pengenalan galon guna ulang berbahan Polietilena Tereftalat (PET) jadi diterapkan ke jutaan konsumen di Indonesia. PET sendiri merupakan jenis kemasan plastik yang aman untuk kesehatan, diketahui bahan ini telah sukses diperkenalkan di Manado dan Bali.

Mengenai penerapan galon guna ulang berbahan PET, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), Eko Susilo, mendapatkan informasi pelaku industri AMDK meminta sejumlah supplier untuk menyiapkan instalasi mesin produksi galon yang bisa mendukung rencana shifting dari galon polikarbonat yang berisiko BPA ke galon PET yang lebih aman, sehat dan bebas senyawa kimia berbahaya.

"Kami belum tahu bagaimana perkembangan terakhirnya, namun bila hal tersebut mewujud, tentunya akan banyak mengubah lanskap industri mengingat mayoritas peredaran galon guna ulang polikarbonat ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya," katanya.

Seperti diketahui, Bisfenol A atau BPA adalah senyawa kimia yang dapat memicu kanker, gangguan hormonal dan kesuburan pada pria dan wanita, serta gangguan tumbuh kembang janin dan anak. Jamak digunakan sebagai bahan baku produksi galon guna ulang, senyawa tersebut diketahui mudah luruh dari kemasan galon dan rawan terminum oleh konsumen hingga ke level yang melebihi ambang batas aman. 

Risiko itulah yang kemudian mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan, belakangan, menyiapkan sebuah regulasi pelabelan risiko BPA untuk mengantisipasi dampak kesehatan publik di masa datang.

Eko mengungkapkan perkenalan galon guna ulang berbahan PET di Manado sekitar empat-lima tahun yang lalu. Produk tersebut mudah dikenali dari fisik galon yang terlihat lebih bening dan segar. 

"Saat ini, sekitar 80% galon yang beredar di area Manado adalah galon dengan kemasan PET," katanya.

Sementara itu, penggantian galon polikarbonat di wilayah Bali, kata Eko, mulai berlangsung sekitar tahun 2018 dan peredaran galon guna ulang berbahan PET telah mencapai lebih dari 80%. Adapun penarikan galon polikarbonat di Manado dan Bali berlangsung mulus.

Keberhasilan penggantian produk polikarbonat didukung fakta produk pengganti galon PET tampilan mirip dengan galon lama, distribusinya masih dengan model isi ulang dengan harga jual yang sama. Konsumen praktis tak menyadari ada perubahan signifikan pada kemasan galon kecuali fisik galon yang terlihat lebih menawan karena lebih bersih dan bening.

"Dari sisi bisnis, penggantian produk diam-diam seperti itu tentu suatu pencapaian yang positif," katanya.

2 dari 2 halaman

Pasar Galon PET Diperkiraan Tumbuh Seiring Pengenalan ‘Baby Galon’

Data BPOM menyebutkan sekitar 50 juta orang Indonesia rutin mengkonsumsi galon guna ulang dari kemasan polikarbonat. Sementara bocoran data lembaga riset konsumen, AC Nielsen, menunjukkan volume penjualan galon bermerek mencapai 10,7 miliar liter pada 2022, atau naik 3,4% dari setahun sebelumnya, dengan total penjualan Rp 9,7 triliun. 

Diketahui, penjualan galon polikarbonat mencakup 92% dari pangsa pasar galon bermerek. 

Pasar galon PET diperkirakan bakal bertumbuh seiring upaya sejumlah produsen memperkenalkan produk 'baby galon', galon ukuran mini dengan desain menarik dan kemasan yang bebas BPA. 

Menurut Eko, galon mini hadir untuk menjawab permintaan masyarakat atas air galon yang pas untuk acara atau kegiatan tertentu di luar rumah. Dari sisi lingkungan, lanjutnya, galon PET dalam beragam ukuran tersebut lebih ramah lingkungan karena plastik PET lebih mudah didaur ulang dan bernilai ekonomis tinggi.

 

(*)

Video Terkini