Sukses

Penderita SARS di Jakarta Bertambah

Sabtu malam, dua pasien yang diduga terjangkit SARS masuk ke RS Sulianti Saroso, Jakut. Hingga kini, rumah sakit tersebut masih merawat sembilan pasien yang dicurigai terserang SARS.

Liputan6.com, Jakarta: Jumlah penderita severe acute respiratory syndrome (SARS) bertambah. Sabtu (12/4) malam, dua pasien yang diduga terjangkit sindrom saluran pernapasan akut parah ini masuk ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara. Kini kedua pasien tengah dirawat intensif dan didiagnosa di ruang isolasi rumah sakit tersebut. Hasil diagnosa baru bisa diketahui dua hari ke depan.

Menurut dokter jaga di RSIP Sulianti Saroso, Amir Syafruddin, kedua pasien masuk sekitar pukul 02.00 WIB. Seorang di antara kedua pasien diketahui sebagai keluarga penderita SARS yang kini juga tengah dirawat di rumah sakit ini. Sedangkan seorang lainnya adalah pasien rujukan dari Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur. Amir mengatakan, hingga kini RSIP Sulianti Saroso sudah merawat sembilan pasien dengan gejala mirip SARS [baca: Jumlah Pasien Terindikasi SARS Bertambah].

Dari Banyumas, Jawa Tengah, dilaporkan pasien berinisial K yang sebelumnya diindikasi positif SARS ternyata hanya menderita deman berdarah dan tuberculosis (TBC) tingkat rendah. Namun begitu warga Desa Windunegara, Kecamatan Wangon yang menjadi tenaga kerja wanita di Hongkong ini masih tetap ditempatkan di ruang isolasi di RS Umum Daerah Banyumas.

Direktur RSUD Banyumas Hartono menjelaskan, saat masuk 7 April 2003, K memang memiliki gejala terinfeksi SARS. Kala itu K menderita batuk pilek dan suhu tubuhnya mencapai 38,5 derajat celcius. Tapi dia tak sesak napas sehingga kecil kemungkinan terserang virus corona. Diagnosa awal tim dokter RSUD Banyumas mengenai kondisi K terbukti. Setelah diperiksa ternyata tak ada virus corona di tubuh K seperti yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "K sudah terserang batuk pilek sejak 28 Maret 2003," kata Hartono [baca: Dua Warga Banyumas Dicurigai Terinfeksi Virus SARS].

Sementara itu di Yogyakarta, sejumlah pos kesehatan yang didirikan Tim Penanggulangan SARS setempat terus dibanjiri warga. Mereka meminta berbagai informasi, baik berupa brosur maupun penyuluhan langsung mengenai virus yang berasal dari Provinsi Guangdong dan Taiwan ini. Bahkan beberapa warga mendesak untuk diperiksa karena khawatir terjangkit SARS.

Tapi hingga kini Tim Penanggulangan SARS Yogyakarta belum bisa melayani permintaan penyuluhan langsung ke tingkat kelurahan. Pasalnya keterbatasan sumber daya manusia. Selain itu, tim ini juga belum bisa menyebarkan brosur dalam jumlah banyak karena keterbatasan dana. Untuk itu, tim ini mengimbau warga berinisiatif memperbanyak brosur tersebut dan membagikannya kepada yang lainnya.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini