Liputan6.com, Jakarta - Polemik terkait tepat tidaknya kebijakan subsidi mobil listrik sebagai solusi persoalan lingkungan hidup (polusi udara) dan mengurangi kemacetan, terus berkembang.
Bakal calon presiden Anies Baswedan menyebutkan bahwa subidi mobil listrik tidak tepat karena justru akan menambah kepemilikan mobil pribadi yang berarti menambah kemacetan, dan bahwa emisi karbon mobil listrik pribadi lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak.
Baca Juga
Pernyataan kandidat calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan ditanggapi banyak kalangan. Mulai dari pengamat, akademisi, praktisi hingga juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Jodi Mahardi dan belakangan langsung direspon Menko Marves sendiri, Luhut Binsar Panjaitan.
Advertisement
Pendiri lembaga survei Kedai Kopi, Hendri Satrio melihat kritik terhadap subsidi mobil listrik yang dilontarkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai inisiasi debat publik yang ideal dan substansial, yang perlu digelar serta menghadirkan para capres menjelang Pilpres 2024. Hendri juga menyebut kritik itu sebagai mekanisme kontrol publik terhadap kebijakan pemangku kebijakan supaya berjalan akuntabel dan kredibel.
"Saya sepakat dan cocok dengan inisiatif tersebut. Jangan dilihat semata sebagai kritik atau serangan politik, tapi harus dipandang bahwa ada cara yang intelek dalam menyampaikan kontrol terhadap akuntabilitas serta kredibilitas setiap kebijakan pemerintah, yakni melalui debat publik yang substansial," ungkap Hendri saat dihubungi Rabu (10/5/2023).
Terkait argumentasi Anies yang menyebut bahwa subsidi kurang tepat karena justru menyubsidi kalangan yang tidak butuh disubsidi, Hendri berpendapat memang subsidi seharusnya lebih banyak diberikan kepada kendaraan transportasi publik yang juga berbasis listrik.
Sebagaimana diketahui, pemerintah menggelontorkan jatah subsidi mobil listrik pribadi untuk 35.900 unit, sepeda motor listrik hingga 200 ribu unit, sementara untuk bus listrik hanya terjatah 138 unit.
"Apalagi jika dilihat-lihat benar juga, daripada subsidi diberikan kepada mobil listrik pribadi, seharusnya lebih banyak diberikan kepada fasilitas transportasi publik atau kendaraan umum listrik. Kan sudah jelas selain juga ramah lingkungan, namun bisa mengangkut lebih banyak orang," paparnya.
Respons Jubir Kemenko Marves
Sebelumnya, kandidat calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan menyampaikan kritiknya terkait kebijakan subsidi mobil listrik. Menurut Anies, substansi tujuan subsidi mobil listrik sebagai solusi menekan polusi udara kurang tepat.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, berdasarkan perhitungannya, emisi karbon mobil listrik per kapita dan per kilometer justru sebenarnya lebih tinggi daripada emisi karbon kendaraan jenis bus berbahan bakar minyak.
“Kenapa itu bisa terjadi? Karena bus memuat orang banyak sementara mobil listrik pribadi memuat sedikit orang,” kata Anies saat menghadiri acara deklarasi relawan Amanat Indonesia di Jakarta, Minggu (7/5/2023).
Selain itu, mobil listrik juga bukan solusi untuk mengurangi kemacetan karena justru akan menambah kepemilikan mobil pribadi yang pada akhirnya akan menambah kemacetan.
"Pengalaman kami di Jakarta, kendaraan pribadi berbasis listrik, dia tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya. Dia justru akan menambah jumlah mobil di jalanan, menambah kemacetan di jalanan," jelas Anies.
Juru bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi merespon kritik itu dengan menyebut bahwa subsidi mobil listrik mendorong penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan, yang dalam jangka panjang turut mengurangi jumlah kendaraan bermotor beremisi karbon tinggi.
Tanggapan terbaru datang dari Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan. Menurutnya, mobil listrik sudah tepat sebagai solusi mengurangi polusi udara karena sudah melalui studi menyeluruh dan menjadi tren di seluruh dunia.
"Saya kira enggak ada lah itu polusi. Mobil listrik sudah ada studi yang komprehensif. Saya kira seluruh dunia, bukan hanya kita. Jangan lawan arus dunia," ujar Luhut di Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Advertisement