Sukses

Kenang Tragedi Trisakti, Ganjar: Wartawan Inggris Ketembak di Depan Saya

Calon presiden (capres) 2024 dari PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo mengenang saat aksi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan Orde Baru yang terjadi pada 12 Mei 1998 atau 25 tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden (capres) 2024 dari PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo mengenang saat aksi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan Orde Baru yang terjadi pada 12 Mei 1998 atau 25 tahun lalu.

Kejadian ini dikenang sebagai tragedi Trisakti karena ada empat mahasiswa Universitas Trisakti yang meninggal dunia akibat aksi tersebut.

Ganjar ingat betul saat itu ada seorang wartawan asing asal Inggris yang tertembak tepat di hadapannya. Awalnya, Ganjar bercerita bahwa dirinya berangkat dari Tanah Abang 3 untuk melayat ke Universitas Trisakti, usai tragedi itu meledak.

"Pas itu maunya ngelayat di Trisakti, ternyata saat itu terjadi kebakaran beberapa tempat," kata Ganjar saat mengunjungi Pameran Foto 25 Tahun Reformasi di Menteng Jakarta Pusat, Sabtu (13/5/2023).

Menurut dia, saat itu ada kericuhan di sekitar Universitas Trisakti, dimana truk terbakar. Ganjar juga melihat ada wartawan asing asal Inggris yang tertembak tepat dihadapannya.

"Saya ingat ada wartawan kalau nggak salah dari Inggris waktu itu motret-motret, tembakan, der, der, der. Dia ketembak di depan saya, ada percikan itu," jelasnya.

"Akhirnya saya di belakangnya, saya tangkap, saya pinggirin, ada darahnya itu. Saya lari-lari depan Trisaksi. Jadi yang saya ingat kejadian yang agak dramatik itu ya," sambung Ganjar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tuntutan Mahasiswa saat Demonstrasi

Dari kejadian itu, dia pun menilai bahwa kepala pemerintahan sebaiknya tak terlalu lama berkuasa. Hal inilah yang menjadi tuntutan para mahasiswa dan demonstran terhadap pemerintahan Soeharto yang menjabat presiden terlalu lama.

"Ada satu yang diinginkan bahwa kekuasaan nggak boleh lama-lama. Tuntutan saat itu kan satu aja ya, nggak boleh lama-lama kekuasaan, harus dibatasi. Semua ada batasnya, tuntutan yang utama sebenarnya saat itu ya itu," pungkas Ganjar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.