Sukses

Cuaca Indonesia Hari Ini Minggu 14 Mei 2023: Pagi Cerah Berawan, Sebagian Hujan Siang hingga Malam

Pagi hari di akhir pekan, Minggu (14/5/2023), langit Indonesia sebagian besarnya bakal cerah, cerah berawan, berawan, dan kabut. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Minggu (14/5/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari di akhir pekan, Minggu (14/5/2023), langit Indonesia sebagian besarnya bakal cerah, cerah berawan, berawan, dan kabut. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini, Minggu (14/5/2023).

Cuaca hujan dengan intensitas ringan diprediksi mengguyur wilayah Samarinda, Ambon, dan Ternate, sedangkan Manado waspada hujan petir pada pagi hari ini.

Keseluruhan informasi cuaca ini seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman resminya www.bmkg.go.id.

Siang hari nanti, sebagian wilayah Indonesia bakal cerah, berawan, cerah berawan, dan cerah. Hanya Serang, Kota Jayapura, Manokwari, dan Makassar yang diprakirakan hujan ringan siang nanti. Waspada hujan petir siang hari nanti diprediksi mengguyur Manado.

Begitu pula malam nanti, langit Indonesia sebagiannya bakal cerah, berawan, cerah berawan, dan cerah. Hujan dengan intensitas ringan malam hari nanti diprediksi turun di Serang, Bengkulu, Samarinda, Kota Jayapura, Pekanbaru, dan Manado.

Waspada hujan petir diprakirakan mengguyur Manokwari.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Cerah  Cerah  Cerah 
 Denpasar  Berawan  Cerah   Cerah
 Serang  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Bengkulu  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Yogyakarta   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Gorontalo   Hujan Ringan  Berawan  Berawan
 Jambi   Kabut  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bandung   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Semarang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Surabaya   Cerah  Cerah  Cerah Berawan
 Pontianak   Cerah Berawan  Berawan  Berawan
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Palangkaraya  Berawan  Berawan  Berawan
 Samarinda  Hujan Ringan  Berawan  Hujan Ringan
 Tarakan   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Pangkal Pinang  Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tanjung Pinang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bandar Lampung  Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Ambon   Hujan Ringan  Hujan Ringan  Berawan Tebal
 Ternate   Hujan Ringan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Mataram   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kupang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kota Jayapura  Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Manokwari   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Petir
 Pekanbaru   Cerah  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Mamuju   Berawan  Berawan  Berawan
 Makassar   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Kendari   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Manado    Hujan Petir  Hujan Petir  Hujan Ringan
 Padang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Palembang  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Medan   Cerah Berawan  Cerah  Hujan Ringan
2 dari 4 halaman

PBB Ingatkan untuk Waspada El Nino: Bakal Kembali dengan Rekor Cuaca Panas

Sebelumnya, dunia harus bersiap menghadapi suhu global yang tinggi dan kemungkinan tingkat panas baru yang memecahkan rekor karena fenomena cuaca El Nino tampaknya semakin mungkin berkembang dalam beberapa bulan mendatang.

Demikian klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (UN) pada hari Rabu lalu 3 Mei 2023.

World Meteorological Organization (WMO) atau yang biasa dikenal sebagai Organisasi Meteorologi Dunia PBB, memperkirakan ada kemungkinan 60 persen bahwa El Nino akan berkembang pada akhir Juli dan kemungkinan 80 persen akan terjadi pada akhir September 2023.

El Nino, pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cuaca panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di tempat lain, terakhir terjadi pada 2018-2019.

Namun sejak tahun 2020 lalu, dunia telah dilanda La Nina yang sangat panjang – ini merupakan kebalikan dari El Nino yang ditandai dengan suhu yang mendingin – yang berakhir awal tahun ini kemudian beralih ke kondisi netral saat ini.

3 dari 4 halaman

Belum Ada Indikasi Kekuatan El Nino

Meski demikian, PBB mengatakan delapan tahun terakhir adalah yang suhu terhangat yang pernah tercatat, meskipun efek pendinginan La Nina berlangsung hampir setengah dari periode itu. Tanpa fenomena cuaca itu, situasi pemanasan di Bumi bisa menjadi lebih buruk.

"La Nina bertindak sebagai rem sementara pada peningkatan suhu global," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan oleh Dailysabah.

"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan menyebabkan lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," dia memperingatkan.

Pada tahap ini, belum ada indikasi kekuatan atau durasi El Nino yang membayangi. Yang terakhir dianggap lemah, tapi yang sebelumnya dianggap vital antara 2014 dan 2016, dengan konsekuensi yang mengerikan.

WMO menunjukkan bahwa 2016 adalah "tahun terhangat dalam catatan karena 'pukulan ganda' dari peristiwa El Ninodan pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari gas rumah kaca."

Karena efek El Nino pada suhu global biasanya muncul setahun setelah muncul, dampaknya kemungkinan besar akan terlihat pada tahun 2024, katanya.

"Dunia harus bersiap menghadapi perkembangan El Nino," kata Taalas.

"Mungkin membawa kelonggaran dari kekeringan di Tanduk Afrika dan dampak terkait La Nina lainnya, tetapi juga dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem," sambung dia.  

4 dari 4 halaman

Perlunya Sistem Peringatan Dini yang Efektif

Ia juga menekankan perlunya sistem peringatan dini yang efektif untuk menjaga keamanan masyarakat.

Tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama, dan pengaruhnya sebagian bergantung pada waktu dalam setahun, kata WMO, seraya menambahkan bahwa pihaknya dan layanan meteorologi nasional akan memantau perkembangannya dengan cermat.

Pola iklim terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di lautan Pasifik tengah dan timur tropis.

Curah hujan yang meningkat biasanya terlihat di Amerika Selatan bagian selatan, AS bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, kekeringan parah dapat terjadi di Australia, Indonesia, dan sebagian Asia Selatan.

"Selama musim panas di Belahan Bumi Utara, air hangat El Nino juga dapat memicu badai di tengah dan timur Samudra Pasifik sekaligus menghambat pembentukan badai di Cekungan Atlantik," tutup WMO.