Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Indonesia hari ini, Kamis (18/5/2023) sebagiannya bakal cerah, berawan, cerah berawan, dan hujan ringan. Begitulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Kamis (18/5/2023).
Cuaca hujan ringan diprakirakan mengguyur wilayah Samarinda, Tarakan, dan Kota Jayapura pada pagi hari, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga
Kemudian siang nanti, cuaca Indonesia sebagian besarnya akan cerah, berawan, dan cerah berawan. Waspada hujan petir diprediksi turun di Pontianak siang nanti serta hujan sedang di Bandung.
Advertisement
Lalu hujan dengan intensitas ringan siang nanti diprakirakan guyur Gorontalo, Jambi, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Makassar, Manado, dan Palembang.
Begitu pula malam hari nanti, wilayah Indonesia sebagiannya akan cerah, berawan, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, serta hujan petir.
Hujan berintensitas sedang malam nanti diprediksi guyur Kota Jayapura dan Medan, serta waspada hujan petir di Pekanbaru.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Banda Aceh |  Cerah |  Cerah Berawan |  Cerah |
 Denpasar |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Serang |  Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Bengkulu |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Yogyakarta |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Gorontalo |  Berawan |  Hujan Ringan |  Cerah Berawan |
 Jambi |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Bandung |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
 Semarang |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Surabaya |  Cerah |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Pontianak |  Cerah Berawan |  Hujan Petir |  Cerah Berawan |
 Banjarmasin |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Cerah Berawan |
 Palangkaraya |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Samarinda |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Tarakan |  Hujan Ringan |  Berawan |  Berawan |
 Pangkal Pinang |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Tanjung Pinang |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Bandar Lampung |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Ambon |  Berawan |  Berawan |  Berawan Tebal |
 Ternate |  Cerah Berawan |  Hujan Lebat |  Hujan Ringan |
 Mataram |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Kupang |  Cerah |  Cerah Berawan |  Cerah |
 Kota Jayapura |  Hujan Ringan |  Berawan |  Hujan Sedang |
 Manokwari |  Berawan |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Pekanbaru |  Kabut |  Cerah Berawan |  Hujan Petir |
 Mamuju |  Cerah Berawan |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Makassar |  Cerah |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Kendari |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Manado  |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Padang |  Cerah Berawan |  Berawan |  Hujan Ringan |
 Palembang |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Cerah Berawan |
 Medan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |
Diperkirakan curah hujan lebat akan terus terjadi hingga bulan Maret nanti sebelum memasuki musim pancaroba atau musim panas.
PBB Ingatkan untuk Waspada El Nino: Bakal Kembali dengan Rekor Cuaca Panas
Sebelumnya, dunia harus bersiap menghadapi suhu global yang tinggi dan kemungkinan tingkat panas baru yang memecahkan rekor karena fenomena cuaca El Nino tampaknya semakin mungkin berkembang dalam beberapa bulan mendatang.
Demikian klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations (UN) pada hari Rabu lalu 3 Mei 2023.
World Meteorological Organization (WMO) atau yang biasa dikenal sebagai Organisasi Meteorologi Dunia PBB, memperkirakan ada kemungkinan 60 persen bahwa El Nino akan berkembang pada akhir Juli dan kemungkinan 80 persen akan terjadi pada akhir September 2023.
El Nino, pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cuaca panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa bagian dunia, dan hujan lebat di tempat lain, terakhir terjadi pada 2018-2019.
Namun sejak tahun 2020 lalu, dunia telah dilanda La Nina yang sangat panjang – ini merupakan kebalikan dari El Nino yang ditandai dengan suhu yang mendingin – yang berakhir awal tahun ini kemudian beralih ke kondisi netral saat ini.
Advertisement
Belum Ada Indikasi Kekuatan El Nino
Meski demikian, PBB mengatakan delapan tahun terakhir adalah yang suhu terhangat yang pernah tercatat, meskipun efek pendinginan La Nina berlangsung hampir setengah dari periode itu. Tanpa fenomena cuaca itu, situasi pemanasan di Bumi bisa menjadi lebih buruk.
"La Nina bertindak sebagai rem sementara pada peningkatan suhu global," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan oleh Dailysabah.
"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan menyebabkan lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," dia memperingatkan.
Pada tahap ini, belum ada indikasi kekuatan atau durasi El Nino yang membayangi. Yang terakhir dianggap lemah, tapi yang sebelumnya dianggap vital antara 2014 dan 2016, dengan konsekuensi yang mengerikan.
WMO menunjukkan bahwa 2016 adalah "tahun terhangat dalam catatan karena 'pukulan ganda' dari peristiwa El Ninodan pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari gas rumah kaca."
Karena efek El Nino pada suhu global biasanya muncul setahun setelah muncul, dampaknya kemungkinan besar akan terlihat pada tahun 2024, katanya.
"Dunia harus bersiap menghadapi perkembangan El Nino," kata Taalas.
"Mungkin membawa kelonggaran dari kekeringan di Tanduk Afrika dan dampak terkait La Nina lainnya, tetapi juga dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem," sambung dia. Â
Perlunya Sistem Peringatan Dini yang Efektif
Ia juga menekankan perlunya sistem peringatan dini yang efektif untuk menjaga keamanan masyarakat.
Tidak ada dua peristiwa El Nino yang sama, dan pengaruhnya sebagian bergantung pada waktu dalam setahun, kata WMO, seraya menambahkan bahwa pihaknya dan layanan meteorologi nasional akan memantau perkembangannya dengan cermat.
Pola iklim terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di lautan Pasifik tengah dan timur tropis.
Curah hujan yang meningkat biasanya terlihat di Amerika Selatan bagian selatan, AS bagian selatan, Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, kekeringan parah dapat terjadi di Australia, Indonesia, dan sebagian Asia Selatan.
"Selama musim panas di Belahan Bumi Utara, air hangat El Nino juga dapat memicu badai di tengah dan timur Samudra Pasifik sekaligus menghambat pembentukan badai di Cekungan Atlantik," tutup WMO.
Advertisement