Liputan6.com, Jakarta Guna memperkuat hubungan parlemen antara Indonesia dengan Suriah, Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI melakukan pertemuan strategis dengan Parlemen Suriah (People’s Assembly) di Damaskus, Suriah. Kunjungan yang dilakukan oleh BKSAP DPR RI ini merupakan kali pertama sejak terjadi krisis Suriah tahun 2011 lalu.
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon mengatakan bahwa hubungan Indonesia dengan Suriah sangat panjang dan mendalam. Pasalnya, Suriah merupakan negara kedua yang mengakui kemerdekaan Indonesia, yakni pada Juli 1947.
Baca Juga
"Sebagai negara yang baru merdeka dan masih berjuang ketika itu melalui diplomasi dan gerilya, pengakuan terhadap RI sangat berarti. Karena itu, kita berutang pada Suriah dan Suriah sudah seperti saudara,” katanya.
Advertisement
Fadli juga menjelaskan bahwa diplomasi memiliki peran strategis sebagai jembatan persahabatan antar negara. Dirinya juga mengatakan bahwa parlemen sebagai perwakilan rakyat bisa memfungsikan persahabatan kedua negara melalui relasi people to people.
“Kami ke Suriah untuk merevitalisasi hubungan yang meredup lantaran 12 tahun konflik. Sejak konflik tahun 2011, tak tercatat kunjungan resmi Indonesia ke Suriah. Kami ke sini dianggap langkah pembuka berani dan bersahabat dan mereka sangat senang sekaligus mengapresiasi kami,” jelasnya.
Dorong Kerja Sama Ekonomi
Fadli juga mengatakan bahwa DPR dan Parlemen Suriah aktif berdialog di berbagai forum parlemen, seperti di Inter Parliamentary Union (IPU) dan Parliamentary Union of OIC (PUIC).
“Kami beberapa kali bertemu Parlemen Suriah di forum internasional. Saya mengapresiasi kedatangan Delegasi Parlemen Suriah ke Sidang Umum IPU ke-144 di Bali Maret 2022 dan World Parliamentary Forum on Sustainable Development yang digagas DPR," katanya.
"Kami juga akan mengundang Ketua Parlemen dalam beberapa pertemuan parlemen di Asia Tenggara,” imbuh Fadli.
Politisi dari Partai Gerindra tersebut juga mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara agar meningkat. Pasalnya, selama ini nilai perdagangan kedua negara kecil dan menurun drastis.
“Kami sepakat mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan. Saya juga menyebutkan potensi lebih dari satu juta jamaah umrah Indonesia bagi pariwisata religi Suriah. Banyak destinasi religi luar biasa di Suriah seperti Masjid Umayyah yang dipercaya tempat keempat paling suci bagi ummat Islam dan makam para sahabat Nabi serta ulama besar,” papar Fadli.
Selain itu, dirinya juga berharap agar masa depan Suriah lebih stabil dan terkendali.
"Situasi kondusif Suriah penting agar kerja sama Indonesia dengan Suriah kembali normal dan berkembang, apalagi saat ini Liga Arab kembali menerima keanggotaan Suriah," harap Fadli.
Advertisement
Puji Posisi Indonesia
Terdapat enam poin yang disampaikan Ketua Parlemen Suriah saat menerima kunjungan dari Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI. Pertama, Ketua Parlemen Suriah memuji posisi Indonesia atas konflik di Suriah. Selain itu, Ketua Parlemen Suriah juga mengatakan bahwa hubungan Suriah dengan Indonesia sangat kuat dan mengakar.
Ketiga, Fadli mengatakan bahwa Suriah mengapresiasi bantuan Indonesia untuk korban gempa di negaranya. Keempat, Suriah bisa menghadapi teroris global yang didalangi Barat.
"Yang kelima, Ketua Parlemen Suriah berharap partisipasi Indonesia dalam rekonstruksi Suriah. Dan keenam, produk Indonesia mendapat kepercayaan dari rakyat Suriah kendati neraca perdagangan menurun tajam," ungkap Fadli.
Posisi Strategis Indonesia
Selain bertemu dengan Parlemen Suriah, delegasi BKSAP DPR RI juga bertemu dengan delapan anggota Parlemen Grup Persahabatan Indonesia-Suriah.
“Sebelum bertemu Ketua DPR Suriah, kami berdiskusi panjang dengan Grup Persahabatan Parlemen Suriah dengan DPR. Banyak hal penting dibahas,” tutur Fadli.
Ia memaparkan bahwa pembasahan tersebut berbicara dalam konteks, pertama, parlemen sebagai pendorong kerja sama di berbagai sektor. Kedua, urgensi memerangi terorisme dan ekstremisme. Ketiga, posisi strategis Indonesia terutama karena letaknya secara geografis dan salah satu pendiri Gerakan Non-Blok.
"Keempat, memuji Muslim Indonesia yang moderat dan ramah. Kelima, memuji kebijakan a million friends and zero enemies dan ideologi Pancasila. Keenam, gagasan menghidupkan kembali Sidang Komisi Bersama antara Indonesia dan Suriah," papar Fadli.
"Ketujuh, harapan kontribusi Indonesia dalam merehabilitasi anak-anak Suriah yang didera konflik. Kedelapan, harapan bantuan alat Kesehatan dari Indonesia untuk Suriah. Dan kesembilan, mentransformsikan hubungan erat kedua negara menjadi kerja sama nyata," tambahnya.
(*)
Advertisement