Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Ade Reza Haryadi mengatakan pergeseran ideologi Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi partai terbuka banyak membawa dampak positif. Salah satunya adalah segmentasi pemilih PAN yang bakal semakin luas.
Ade mengtakan fenomena menjadi partai terbuka atau catch all party tidak hanya terjadi dengan PAN, melainkan sebagian besar partai politik di Indonesia. Untuk PAN sendiri, strategi tersebut dapat mendongrak elektoral partainya.
Baca Juga
“Bagi PAN, langkah ini bisa saja menjadi insentif elektoral dengan segmentasi pemilih yang lebih luas,” ujar Ade dikutip Rabu (24/5/2023).
Advertisement
Meski begitu, Ade menganjurkan agar PAN harus tetap mengelola basis dukungan yang selama ini erat dengan partai berfilosofi matahari tersebut. Salah satu contohnya adalah warga Muhammadiyah.
“Secara historis, keberadaan PAN tidak dapat dipungkiri memiliki hubungan yang erat dengan aspirasi politik elite Muhammadiyah,” terangnya.
Lebih lanjut Ade memuji kebijakan PAN yang merapat ke dalam Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Hal tersebut, lanjut Ade, membuat PAN memiliki ruang politik lebih luas.
“Sebagai pendukung pemerintah, tentu saja PAN memiliki akses sumber daya politik yang lebih besar,” pungkasnya.
Suara PAN Diprediksi Melonjak
Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa keberadaan PAN di kabinet pemerintahan sudah sangat tepat. Hal tersebut berpotensi bahwa PAN bakal meraih gelombang dukungan dari mayoritas pendukung pemerintah.
“Posisi PAN berada di kelompok pemerintah bagus dalam artian ia mendapat sokongan dari mayoritas,” ujar Dedi dikutip Senin (22/5/2023).
Dedi melihat bahwa PAN memiliki posisi strategis yang dapat menjadikannya sebagai partai dengan dukungan besar masyarakat. Sebab ideologi PAN sebagai partai terbuka memungkinkannya meraih simpati publik.
“Langkah terbuka bagi PAN tentu tepat, mengingat PAN bukan dominator yang punya banyak pilihan, untuk itu daya tawar PAN justru akan membaik ketika ia tidak secara dini menentukan kandidat,” terangnya.
Lebih lanjut Dedi melihat bahwa PAN sudah bermanuver sangat baik mendekati Pemilu 2024. Baginya PAN adalah partai yang sangat fleksibel.
“PAN jauh lebih baik sebatas pelengkap koalisi, meskipun tidak jarang justru PAN mengemuka sebagai inisiator, termasuk KIB itu adalah hasil kreasi PAN bukan yang lain,” pungkasnya.
Advertisement