Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar baru saja menyelesaikan rangkaian hasil rapat kerja nasional (Rakernas) di Kantor DPP Partai Golkar Jakarta Barat, Minggu 4 Juni 2023. Adapun, salah satunya membahas soal calon presiden dan calon wakil presiden di Pemilu 2024.
Dalam hasil Rakernas Golkar 2023 itu, memberikan legitimasi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk menetapkan capres-cawapres serta koalisi Pilpres 2024. Yang artinya, kendali kini berada di pria yang juga duduk sebagai Menteri Koordinator Perekonomian itu.
Baca Juga
Rakernas 2023 ini pun sejalan dengan hasil Musyawarah Nasional 2019 dan Rapat Pimpinan Nasional 2021, yang memberikan mandat Airlangga untuk maju sebagai Capres 2024.
Advertisement
"Hasil munas, rapimnas, rakernas, tetap mandatnya ada pada Ketua Umum Golkar dan seluruh daerah tetap meminta Ketua Umum Partai Golkar untuk maju menjadi capres," kata Airlangga.
Kendati demikian, niatan Airlangga ini tampaknya tak sejalan dengan rekan koalisinya di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan hasil dari berbagai lembaga survei soal elektabilitas.
Misalnya saja, PPP yang menjadi rekan sejawatnya sudah mendapuk mendukung calon dari PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo, yang notebenenya bukan dari KIB. Hal ini tentu sudah berbanding terbalik dengan keinginan Golkar. Kemudian PAN yang sudah main mata juga dengan sosok Gubernur Jawa Tengah itu.
Selain itu, melihat hasil lembaga survei terakhir, misalnya Indikator Politik Indonesia yang dirilis 4 Juni 2023 saja, Airlangga meraih 0,5 persen suara jika capres disimulasikan 18 nama.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menyatakan, meski pihaknya tetap mendorong Ketua Umum Golkar sebagai capres, pihaknya tidak menutup opsi Airlangga sebagai cawapres.
"Pasti ada opsi, tinggal situasi. Politik itu dinamis, semua ini masih cair, belum ada yang firm, semua masih proses namanya mau kawin kan pacaran dulu, ini bukan sesuatu yang saklek," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (5/6/2023).
Mekeng memastikan masih banyak waktu bagi Golkar untuk melakukan penjajakan ke bebagai parpol. Ia mencontohkan penunjukkan Ma’ruf Amin sebagai cawapres Joko Widodo di Pilpres 2019 lalu.
"Waktu juga masih ada, buktinya Pak Jokowi di detik terkahir dengan Pak Ma'ruf, ada yang sudah siap tapi enggak jadi juga," kata Mekeng.
Menurut dia, saat ini Golkar dekat dan melakukn pendekatan dengan semua pihak. "Kita dekat kemana-mana, Gerindra, Demokrat, mana saja kita dekatin, mana paling bagus nanti kita merapat," kata Mekeng.
Sementara itu, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily menjelaskan bahwa komunikasi dan hubungan baik saat ini tidak hanya dengan KIB, melainkan juga dengan Gerindra dan PDIP.
"Sekarang Pak Airlangga komunikasi baik dan Pak Prabowo dengan PDIP pun komunikasi baik, dengan semua komunikasi baik," pungkasnya.
Â
Dibalik Bayang-Bayang Airlangga, Ada Ridwan Kamil
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menyadari KIB perlahan-lahan bisa saja tidak bersama lagi, terlebih Golkar kian intens dengan Gerindra, di mana saat bersamaan PAN dan PPP juga punya haluan lain.
Meski ada kesamaan gen antara Golkar dengan Gerindra, dia merasa yakin Airlangga sulit ditempatkan sebagai capres ataupun cawapres.
"Apabila Partai Golkar ingin bergabung dalam barisan koalisi bersama Partai Gerindra dan PKB di koalisi kebangkitan Indonesia, tidak boleh mematok nama ketua umum mereka sebagai bakal cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo Subianto sebagai harga mati untuk berkoalisi," kata Bawono kepada Liputan6.com, Senin (5/6/2023).
Karena itu, dia mengingatkan, meskipun merupakan partai ketiga terbesar berdasarkan hasil Pemilu 2019 tetapi Partai Golkar harus lebih realistis melihat tingkat elektabilitas Airlangga Hartarto yang saat ini tidak cukup bersaing dibandingkan nama-nama lain di jajaran bakal cawapres.
"Hasil survei Litbang Kompas dan juga Indikator Politik menunjukkan nama Ridwan Kamil sebagai salah satu figur alternatif capres atau cawapres bisa patut diperhitungkan di Pemilu 2024," jelas dia.
"Realitas politik di internal Partai Golkar dimana tingkat elektabilitas dari Airlangga Hartarto tidak juga menujukkan peningkatan signifikan setahun menjelang Pemilu ini juga dapat menjadi pertimbangan untuk mengedepankan gubernur Jawa Barat tersebut dalam pembicaraan negosiasi komunikasi politik dengan partai-partai lain, termasuk Partai Gerindra dimana dalam satu bulan terakhir ini intensif berkomunikasi dengan Partai Golkar dan PKB di koalisi kebangkitan Indonesia," sambung Bawono.
Dia juga melihat, jelas Golkar akan lebih diuntungkan jika akhirnya Ridwan Kamil bisa terpilih. "Secara elektoral memang Ridwan Kamil jauh lebih bersaing ketimbang Airlangga Hartarto," kata Bawono.
Senada, Ujang Komarudin juga melihat untuk dinamika dan realita politik hari ini, sangat sulit bagi Airlangga untuk bisa maju sebagai capres. Terlebih elektabilitas tinggi hanya berada di tiga nama yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
"Posisi Airlangga ini kan tidak pernah masuk tiga besar elektabilitas capres, jadi agak berat dan sulit. Partai politik itu kan rasional, KIB pasti rasional, PPP dan PAN rasional. Kenapa PPP usung Ganjar? Karena elektabilitasnya paling besar," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (5/6/2023).
Karena itu, dengan fakta yang ada, seharusnya Golkar harus menghadirkan sosok yang elektabilitasnya tinggi. Suka tidak suka, diakui atau tidak, elektabilitas menjadi indikator siapapun yang ingin menjadi capres.
"Ini yang menjadi dilema, apakah Golkar dapat teman atau tidak akan kita lihat ke depan. Tapi ujungnya, Golkar akan rasional dan realistis untuk berkoalisi. Saya melihat koalisi baru agak berat, misal dengan PAN, PAN sudah akan mendukung Ganjar. Berkoalisi dengan Gerindra dan PKB, Airlangga capres atau cawapres, capres ada Prabowo, cawapres ada Cak Imin," jelas dia.
Karena itu, melihat hasil Rakernas Golkar menurutnya jelas bahwa Airlangga diperbolehkan untuk melakukan manuver politik soal capres-cawapresan.
"Sampai saat ini Golkar masih ke Airlangga, tapi kalau ke depan tidak tahu (apakah diserahkan ke Ridwan Kamil atau calon lainnya)," pungkasnya.
Â
Â
Iming-iming dari PAN, Airlangga Maju Bersama Zukifli Hasan
Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar membuka peluang membentuk poros keempat di Pilpres 2024. Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto menuturkan, opsi ini akan diambil sebagai alternatif bila komunikasi dengan kubu Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo tidak membuahkan hasil.
"Artinya, PAN itu sampai sekarang belum memutuskan dengan siapa. Tapi bilamana dengan Prabowo mentok, dengan Ganjar mentok, ya poros Airlangga-Zulhas ini jadi alternatif," kata Yandri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/6/2023).
Ditambah dengan adanya empat poros akan memungkinkan Pilpres berlangsung sampai dua putaran.
"Kalau empat pasang ya, kemungkinan dua putaran itu besar, nanti kita berhitung lagi kalau masuk putaran kedua, dengan siapa, kalau tidak masuk dengan siapa. Itu nanti kita hitung lagi," kata Yandri.
Sampai hari ini semua opsi masih dibuka oleh PAN. Dengan Ganjar dan Prabowo terus terbuka. Serta poros alternatif keempat.
"Tapi, intinya dari tiga opsi ini masih terbuka buat pan. Dengan Ganjar terbuka, Prabowo terbuka, dengan Airlangga Zulhas juga terbuka. Tiga ini aja opsinya," jelasnya.
Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay, mengatakan pertemuan antara partainya dengan Partai Gerindra hari ini, Senin (5/7/2023) akan membahas soal capres dan cawapres.
Dia menyebut, nantinya PAN akan tetap memperjuangkan hak-haknya dalam menentukan pasangan terbaik. Sehingga, akan mencari titik temu dalam pertemuan dengan Gerindra.
"Dalam pertemuan nanti, saya perkirakan tidak akan lepas dari pembicaraan soal capres dan cawapres. PAN akan konsisten untuk menyampaikan hal-hal pokok yang menjadi perjuangan PAN. Atas dasar itu, dicarikan titik temu dalam penentuan pasangan pemimpin nasional dalam pilpres nanti," kata Saleh, saat dikonfirmasi, Senin (5/7/2023).
Selain itu, pertemuan dengan Gerindra juga untuk menciptakan pemilu tanpa gaduh dan tidak saling menyalahkan.
"Pembicaraannya lebih teknis. Bagaimana agar masing-masing partai berkontribusi dalam melaksanakan pemilu damai dan bermartabat. Dilaksanakan secara jurdil berlandaskan nilai-nilai demokrasi dan Pancasila," ucapnya.
"Kalau ada perdebatan, diarahkan pada persoalan substantif. Mencari solusi bagi setiap masalah yang ada di masyarakat. Jadi, perangnya adalah perang gagasan. Bukan perang buzzer yang kadang mengancam persatuan," sambung dia.
Â
Advertisement
Airlangga Akan Terus Berjuang
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagasnya bersama PAN dan PPP, saat ini belum bubar. Dia mengatakan bahwa Partai Golkar dan PAN kerap bertemu dengan Partai Gerindra.
Isu bubarnya KIB bermula dari PAN mulai melakukan penjajakan kerja sama politik dengan PDIP dan akan bertemu Partai Gerindra pada Senin (5/6/2023). Sementara itu, PPP telah lebih dulu mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.
"Tiap saat juga PAN sudah bertemu dengan Gerindra. Golkar juga tiap saat bertemu dengan Gerindra," kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (5/6/2023).
Dia tak menjawab jelas saat ditanya soal kemungkinan Partai Golkar bergabung dengan Gerindra atau PDIP. Airlangga hanya menyebut bahwa kemungkinan tersebut terbuka.
"Ya jadi semuanya terbuka," ucapnya.
Airlangga menuturkan akan membahas soal tawaran PDIP kepada PAN untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.
"Tentu ya kemarin pak ketua umumnya, Pak Zulhas mengatakan akan koordinasi dengan Partai Golkar juga. Nanti kami akan bahas," tutur Airlangga.
Airlangga Hartarto menilai masih ada peluang berpasangan dengan Zulkifli Hasan, sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
"Kemungkinan selalu ada," katanya.