Sukses

Kelakar Heru Budi Mau Tiup Udara Buruk di Jakarta Menuai Kecaman

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengentaskan permasalahan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pekan terakhir, Jakarta berada di peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data dari situs IQAir.

Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Feni Fitriani, Sp.P(K) mengingatkan adanya bahaya yang dapat terjadi pada anak akibat kualitas udara yang buruk ini.

“Untuk anak-anak, kondisi polusi udara yang seperti ini biasanya akan meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berulang,” kata Feni, Jumat 9 Juni 2023.

Tak hanya itu, tambahnya, kualitas udara yang buruk juga bisa meningkatkan risiko terkena asma di kemudian hari, batuk pilek, hingga bisa berisiko mengganggu pertumbuhan paru-paru pada anak.

Pemprov DKI sendiri mengakui bahwa kualitas udara di Ibu Kota memburuk dalam beberapa waktu terakhir ini. Mereka menjelaskan, penurunan kualitas udara ini diakibatkan karena Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

"Secara periodik kualitas udara Jakarta akan mengalami peningkatan konsentrasi polutan udara ketika memasuki musim kemarau, yaitu bulan Mei hingga Agustus," kata Subkoordinator Kelompok Pemantauan Lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas LH DKI Jakarta, Rahmawati ketika dihubungi, Kamis 8 Juni 2023.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengentaskan permasalahan tersebut.

Pertama, Pemprov DKI akan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menanam pohon. Kemudian, Heru mengimbau masyarakat untuk melakukan uji emisi pada kendaraannya.

"Pemda DKI akan berkenan menambah RTH, kita semua menanam pohon. Di sisi lain mengurangi emisi itu misalnya dengan uji emisi kendaraan," katanya.

2 dari 3 halaman

Pengurangan Emisi Listrik

Selain itu, pengurangan emisi juga bisa dilakukan dengan peralihan ke kendaraan listrik.

"Tentunya peralihan bahan bakar kendaraan alternatif juga diusahakan. Termasuk juga Trans jakarta untuk berkenan menggunakan bus listrik kira-kira seperti itu," ujar Heru.

Namun, pekan ini, Heru justru melempar candaan saat ditanyai kembali soal solusi mengatasi kualitas udara yang buruk di Ibu Kota.

Dia berkelakar bakal meniup polusi dari kawasan industri yang menyumbang buruknya kualitas udara di Jakarta.

"Iya, saya tiup saja," kata Heru di kawasan Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Senin 12 Juni 2023.

Usai berkelakar, Heru bahkan tidak menjelaskan upaya penanganan yang akan dia lakukan untuk mengatasi polusi udara ini.

Candaan itu tentu menuai kritik dari banyak pihak. Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Justin Adrian Untayana menilai, pernyataan Heru justru melukai perasaan masyarakat.

"Itu saya kira menyakiti masyarakat terutama orang tua juga kan. Yang pasti adalah fakta bahwa penyakit tersebut banyak diidap anak-anak kita. Enggak cuma itu para manula juga banyak menderita penyakit itu, ISPA atau lain sebagainya," kata Justin kepada wartawan, Selasa 13 Juni 2023.

3 dari 3 halaman

Dinilai Tak Elok

Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu juga angkat suara terkait pernyataan Heru. Hal itu dinilai tidak elok untuk diucapkan karena setiap warga Jakarta berhak atas kualitas udara yang baik.

"Sejatinya ini mengenai hak warga negara menghirup udara bersih. Tidak elok jika dijadikan bahan candaan," kata Bondan ketika dihubungi.

Solusi berpindah ke kendaraan listrik juga dinilai belum tepat. Pasalnya, kata Bondan, hal itu hanya akan memindahkan polusi dari knalpot ke cerobong PLTU.

"Itu adalah solusi palsu karena penggunaan kendaraan listrik saat ini adalah solusi palsu, hanya memindahkan polusi dari knalpot ke cerobong PLTU," ucap Bondan.

"Di Indonesia saat ini pembangkit listrik masih di dominasi oleh PLTU batu bara yang menjadi salah satu sumber pencemar udara dan lagi pula kendaraan listrik tidak bisa menyelesaikan permasalahan macet hanya akan menambah jumlah kendaraan di jalan," sambungnya.

Maka dari itu, Bondan mengusulkan agar Pemprov DKI mengendalikan pencemaran dari asap knalpot kendaraan dan membatasi jumlah kendaraan bermotor.

"Sehingga masalah penanggulangan pencemaran ini tepat sasaran," tutupnya.

 

Reporter: Lydia Fransisca

Sumber: Merdeka.com