Sukses

Viral Polusi Udara di Jakarta Bak Kabut, Warga DKI: Kalau Matahari Terik Partikel Debu Terlihat Jelas

Salah seorang warga Jakarta, Saskia (23), mengaku akibat polusi udata melihat partikel debu dengan jelas di apartemennya di kawasan Jakarta Barat, padahal ia tinggal di lantai 25.

Liputan6.com, Jakarta Video yang menunjukkan polusi udara Jakarta yang menyerupai kabut viral di media sosial. Video yang diunggah oleh akun Instagram pandemictalks pada Selasa (13/6/2023) ini memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang diselimuti oleh lapisan tebal kabut berwarna abu-abu gelap. 

Salah seorang warga Jakarta, Saskia (23), mengaku melihat partikel debu dengan jelas di apartemennya di kawasan Jakarta Barat, padahal ia tinggal di lantai 25. Ia merasa jendela di tempat tinggalnya itu lebih berdebu dibanding sebelumnya.

Bahkan, katanya, jika matahari sedang terik, ia bisa melihat partikel-partikel debu berterbangan.

"Gue sih baca headline yang sempat singgung Jakarta tingkat polusinya lagi tinggi-tinggi banget. Kayaknya beberapa bulan lalu deh," kata Saskia di Jakarta, Rabu, (14/6/2023).

"Berasanya di meja kerja sama buku-buku gue. Kadang kalau mataharinya terik, gue bisa liat partikel debu berterbangan. Sorry lebay but it's true," sambungnya.

Oleh karena itu, Saskia memutuskan tetap menggunakan masker meskipun pemerintah sudah memperbolehkan berpergian tanpa masker.

"Gue cukup sensitif sama debu-debuaan gitu. Terus gara-gara makin tinggi jadi takut sih gue. Ditambah muka gue kan sensitif, enggak bisa kena panas sama debu, jadi pake masker terus," ucapnya.

Ia berharap, Pemprov DKI dapat membuat nyaman transportasi umum agar penggunaan kendaraan pribadi semakin berkurang guna menekan polusi di Ibu Kota.

"Kendaraan umum sudah oke banget bro sejak Pak Anies. Bagusin transportasi umum sampai orang betah dan mau pindah dari kendaraan pribadi ke umum, sistemnya sama sih kaya negara maju. Sudah itu saja enggak muluk-muluk, saya enggak mau paru-paru saya hitam," kata Saskia.

Strategi Heru Budi Selesaikan Masalah Polusi Jakarta

Adapun Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengaku sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pertama, Pemprov DKI akan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menanam pohon. Kemudian, Heru mengimbau masyarakat untuk melakukan uji emisi pada kendaraannya.

"Pemda DKI akan berkenan menambah RTH, kita semua menanam pohon. Di sisi lain mengurangi emisi itu misalnya dengan uji emisi kendaraan," katanya.

Selain itu, pengurangan emisi juga bisa dilakukan dengan peralihan ke kendaraan listrik.

"Tentunya peralihan bahan bakar kendaraan alternatif juga diusahakan. Termasuk juga Trans jakarta untuk berkenan menggunakan bus listrik kira-kira seperti itu," ujar Heru.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terasa dikepung kabut polusi ...

Dalam unggahan yang berbeda, akun Instagram pandemictalks juga menunjukan memperlihatkan pemandangan langit Jakarta yang menyedihkan, dengan kabut asap yang tebal dan pekat. Fenomena ini telah memicu kekhawatiran akan tingkat polusi udara yang mencapai titik kritis.

"Terlalu sadis, sampai parahnya begini langit Jakarta literally bener-benar ketutup asap polusi.." tulisnya.

Akun tersebut juga menyebutkan betapa parahnya polusi udara di Jakarta saat ini, dengan langit yang secara harfiah tertutup oleh asap polusi. Hal ini menggambarkan keadaan yang memprihatinkan, di mana tingkat polusi udara telah mencapai tingkat yang sangat berbahaya.

"..dan ini sudah 2 minggu lebih separah ini..." lanjutnya.

Diketahui juga bahwa penampakan kota jarata yang diselimuti kabut ini tidak hanya terjadi hari ini, namun telah berlangsung selama 2 minggu terakhir. Hal ini jelas semakin menambah kekhawatiran masyarakat yang tinggal di Jakarta, maupun mereka yang tidak tinggal di Jakarta.

"ayo pakai masker, anak-anak dan kelompok rentan usahakan dirumah saja kecuali untuk aktivitas-aktivitas esensial"

Akun tersebut juga menyarankan agar anak-anak dan kelompok rentan, seperti orang tua dan mereka dengan kondisi kesehatan yang lemah, membatasi aktivitas di luar rumah dan hanya melakukan aktivitas yang benar-benar penting. Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dan perlunya langkah-langkah mitigasi yang efektif.

Reporter; Lydia Fransisca/Merdeka

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini