Sukses

Muhadjir Effendy Sebut Pancasila Bukan Satu-satunya Karya Besar Bung Karno

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkit kembali perjuangan Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkit kembali perjuangan Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno.

Menurut dia, apa yang dilakukan Bung Karno, menggali dan merumuskan Pancasila serta Trisakti, adalah bukti Putra Sang Fajar berjuang demi bangsa dan negara.

Hal ini disampaikan Muhadjir saat memberikan tausiah kebangsaan dan testimoni Bung Karno pada acara Haul ke-53 Bung Karno yang diadakan oleh DPP PDIP di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2023).

"Karena itu bukan sembarang yang muncul begitu saja. Tetapi itu sudah diperah, melalui kontemplasi, perenungan-perenungan yang panjang yang dirumuskan oleh Bung Karno," kata Muhadjir.

Muhadjir mengatakan, Bung Karno tak hanya menggali dan merumuskan Pancasila yang menjadi ideologi negara. Bung Karno juga menggali tentang Trisakti.

"Pancasila bukan satu-satunya karya besar ijtihad dari Bung Karno, yang lain adalah Trisakti. Trisakti itu juga hasil ijtihad siasat Bung Karno yang dahsyat yaitu daulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya," kata Muhadjir.

Menurut dia, Trisakti mengandung konsep universal yang tak hanya berlaku untuk Indonesia tetapi juga negara lain.

Muhadjir menerangkan pentingnya bagi negara untuk berdaulat secara politik. Menurut dia, takkan ada negara besar apabila politik sebuah negara itu bergantung pada negara lain.

"Bukan hanya Indonesia, negara mana saja. Selama bergantung pada negara lain, tidak berdaulat secara politik, pasti dia tidak akan jadi negara besar," kata Muhadjir.

 

2 dari 3 halaman

Membangun Manusia Tak Bisa Seperti Infrakstruktur

Muhadjir menuturkan, pemerintah tidak abai pembangunan sumber daya manusia. Ia mengungkap, pemerintah menganggarkan Rp600 triliun untuk pendidikan di tahun 2023. Setiap tahunnya anggaran pendidikan naik.

"Anggaran pendidikan kita, itu setiap tahun naik, tahun ini 600 triliun lebih untuk anggaran pendidikan," katanya.

Pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan infrastruktur. Hasilnya tidak bisa dilihat sekarang.

"Membangun infrastruktur dibanding membangun manusia itu itu beda sekali, kalo membangun infrastruktur, dua triliun jadi jalan tol, orang semua bisa liat, tetapi kalo membangun sumber daya manusia, enam ratus triliun, itu enggak bisa dipanen sekarang," ujarnya.

Misalnya dengan program Kartu Indonesia Pintar, hasilnya tidak bisa dipanen sekarang. Kata Muhadjir, hasilnya baru bisa terlihat pada dua puluh tahun mendatang.

"Dua puluh tahun yang akan datang dia baru bisa kita ketahui hasilnya, memang membangun sumber daya manusia itu tidak bisa panen cepat, tidak bisa quick building beda dengan yg sifatnya fisik, membangun jembatan hari ini, paling tiga bulan selesai sudah bisa dilewati," ujarnya.

Maka itu, bagi Muhadjir, contoh tersebut menggambarkan sulitnya membangun sumber daya manusia.

"Dan itulah sulitnya membangun sumber daya manusia, dan itulah yang dilakukan termasuk di dalamnya ya tadi itu, merealisasi salah satu dari Trisakti bung Karno yaitu kebudayaan yang kepribadian," ujarnya.

"Jadi di dalam kepribadian yang berkebudayaan inilah sebetulnya pembangunan sumber daya manusia itu harus dilakukan," tutupnya.

 

3 dari 3 halaman

Bung Karno Pemimpin Nasionalis dan Religius

Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Hamka Haq, mengenang sosok Bung Karno sebagai pemimpin nasionalis sekaligus religius.

Hal itu disampaikannya saat memperingati Haul ke-53 Bung Karno di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2023).

Hamka Haq mencontohkan betapa agamis Bung Karno dalam memimpin. Dia mengatakan, lima sila dalam Pancasila berdekatan dengan angka lima pada rukun Islam. Selain itu, Masjid Istiqlal, yang didirikan Bung Karno sebagai simbol kemerdekaan Indonesia.

"Beliau tercatat pemimpin muda pertama yang membacakan ayat-ayat suci di PBB. Semua pemimpin Arab tak ada yang membacakan. Yang memulai Bapak Soekarno dan banyak bukti bahwa beliau pemimpin nasionalis-religius," kata dia.

Tak cuma itu, pemilihan kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 bertepatan pada 8 Ramadan.

"Sebenarnya beliau mau memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Ramadan, tetapi karena terlalu lama, didesak pemuda saat itu, beliau diculik dari Rengasdengklok," ujar dia.

Hamka Haq berharap api perjuangan dan gagasan Bung Karno bisa diwarisi oleh seluruh rakyat Indonesia.