Liputan6.com, Jakarta - Seiring pandemi Covid-19 dinyatakan selesai, aktivitas masyarakat pun kembali tinggi. Jalanan Ibu Kota Jakarta kian macet dijejali oleh beragam mobil dan motor, sementara moda sepeda yang sempat menjadi idola, perlahan mulai ditinggalkan oleh para penggunanya.Â
Dampaknya terlihat dengan stick cone yang membatasi jalur sepeda saat ini semakin tidak terawat dan terabaikan. Sehingga hanya terlihat sebagai hiasan di tepian jalur sepeda berwarna hijau.
Kondisi itu sebagaimana hasil pantauan merdeka.com pada Minggu (25/6/2023) sore di sepanjang jalan Kramat Raya sampai sekitar Salemba Raya, wilayah Jakarta Pusat.
Advertisement
Terlihat sejumlah stick cone berwarna orange yang sudah mulai terlepas dari aspal dengan kondisi baut di bawahnya yang telah copot. Dengan kondisi kotor akibat debu jalanan membuat penampakannya seperti usang.
Tidak sedikit jejeran stick cone itu mulai terlepas dan tidak terpasang dengan benar. Kondisi itu bisa sangat membahayakan pengguna jalan, khususnya para sepeda motor akibat stick cone yang menghalangi.
Bahkan banyak dari pembatas sepeda itu yang telah terlepas dari aspal penyangganya. Terlihat dari bekas lubang kecil baut-baut di aspal tanpa ada stick cone di atasnya, entah kemana barang itu.
Salah satu pedagang kopi sepeda keliling (starling) yang ditemui di sekitar kawasan tersebut mengakui stick cone itu sejak lama mulai tidak terurus. "Sudah lama itu begitu (kondisinya) pada ilang, copot," ujar penjual sambil mengaduk kopi.
Kondisi itu disebabkan jalur sepeda yang sepi dan tidak berfungsi maksimal. Sehingga kerap kali dipakai pengendara motor bahkan tidak sedikit angkutan kota (angkot) yang hendak menurunkan penumpang menyerempet pembatas.
"Pada lepas kesenggol motor, angkot. Lepas, kalau udah copot kadang sama petugas atau security di pinggirin. Keliatan kan udah kaga rapih (alur stick cone)," ucapnya.
Â
Banyak Digunakan Pengendara Motor
Akibat jalur sepeda yang sudah tidak aman bagi pengguna sepeda, terlebih ketika jam sibuk banyak kendaraan khususnya sepeda motor yang lewat. Maka penjual starling pun lebih memilih jalan trotoar untuk berkeliling menjajakan dagangannya.
"Udah ngeri jalan (di jalur sepeda), liat aja banyak motor lewat kaya udah bukan buat kita lagi (starling). Daripada kenapa-kenapa mendingan di trotoar lebih aman," ucapnya.
Meski demikian, sebagai pedagang starling berharap jalur sepeda kembali dirawat dan ditertibkan kembali. Karena walau sudah sepi, namun dengan jalur yang terawat tetap bisa memunculkan kembali niat bersepeda masyarakat.
"Semoga dibenerin lagi, biar orang-orang banyak sepedaan lagi. Biar sama kaya kita (starling)," ujarnya.
Secepatnya Dievaluasi
Secara terpisah, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno meminta soal jalur sepeda di DKI Jakarta segera dilakukan evaluasi.
"Tahun ini katanya DKI ada studi mengenai studi evaluasi itu (jalur sepeda) saya enggak tahu hasilnya apa. Karena kalau hasil evaluasi jauh lebih baik daripada saya ngomong kan begitu," kata Djoko saat dihubungi merdeka.com, dikutip Senin (26/6).
Menurutnya, fasilitas jalur sepeda sangat sulit ditertibkan apabila parkir di pinggir jalan tidak bisa diatur. Maka fasilitas jalur sepeda akan tidak efektif, karena malah sering kali beralih fungsi ke depannya.
"Kalau parkir pinggir jalan tidak diberesin, jangan buang jalur sepeda percuma. Hanya buang-buang cat saja percuma, jadi diberesin dulu, juga pengguna motor," jelasnya.
Adapun, kata Djoko, masalah tidak tertibnya para pengguna kendaraan yang kerap kali memasuki jalur sepeda. Karena faktor pesepeda yang sepi ditambah tidak ada aturan yang mengikat bagi para pelanggar, seperti di jalur Bus Way.
"Jadi batasan sepeda motor itu kalau dibuat jalur sepeda tidak ada yang mau. Karena takut juga ditabrak motor, motornya masuk jalur sepeda tidak ada penindakan hukum oleh polisi," kata dia.
"Ya sebenarnya untuk kota ideal. Nah Jakarta sebenarnya bukan kota ideal, itu kan menerima usulan orang yang tidak pernah melihat real perilaku masyarakatnya. Orang yang sudah fix patok aja masih dilanggar, jadi terkesan buang-buang duit," katanya.
Â
Advertisement
Gelontorkan Anggaran Miliaran
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan akan menambah jalur sepeda pada tahun ini. Ia mengatakan, jalur sepeda akan dibangun di permukiman sehingga dapat terhubung dengan jalan utama.
Sebagai informasi, total anggaran yang dialokasikan untuk jalur sepeda tahun ini adalah Rp7,5 miliar. Rinciannya, sebesar Rp2 miliar untuk evaluasi jalur sepeda yang sudah ada, Rp5 miliar untuk pemeliharaan dan tindak lanjut evaluasi, serta Rp500 juta untuk sosialisasi hasil evaluasi..
"Tentu akan ada penambahan. Untuk Rp5 miliar kami peruntukkan untuk tindak lanjut evaluasi tahun ini. Jadi artinya jika ada efektivitas jalur yang kemudian harus ditambah ke jalur pemukiman, misalnya, kita akan tambah tahun ini," kata Syafrin saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (16/6).
Tak hanya itu, Syafrin juga memastikan tahun depan akan ada pemeliharaan jalur sepeda yang sudah dibangun sepanjang 301 km ini.
"Tahun depan pun tentu kita akan lakukan dua hal untuk jalur sepeda. Yang pertama ada biaya pemeliharaan, yang tahun 2019 sudah dibangun, tentunya ini perlu dirawat," ujar Syafrin.
"Kemudian juga ada usulan penambahan jalur sepeda. Kami hitung untuk penambahan baru jumlah km yang akan dirawat baru sekitar 20 km. Kemudian untuk penambahannya sedang kami hitung berapa km yang bisa ditambahkan untuk jalur sepeda," sambungnya.
Â
Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com