Sukses

BMKG: Gempa Bantul Dipicu Aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia

Daryono menjelaskan, jenis dan mekanisme gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menganalisis peristiwa gempa bumi terjadi di Yogyakarta pada 30 Juni 2023 pukul 19.57 WIB. Hasilnya, gempa bumi memiliki parameter update dengan magnitudo M6,0.

“Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,63° LS ; 110,08° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 81 Km arah Selatan Kota Wates, Daerah Istimewa Yogyakarta pada kedalaman 67 km,” rinci Daryono dalam keterangan pers diterima, Sabtu (1/7/2023).

Daryono menjelaskan, jenis dan mekanisme gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ungkap Daryono.

Daryono melanjutkan, akibat dari gempa bumi dirasakan berbeda di tiap daerah. Terhadap daerah Kulonprogo, Nganjuk, Kebumen, Ponorogo, skala intensitasnya adalah IV MMI. Sedangkan untuk daerah Kediri dan Mojokerto dengan skala intensitas III MMI.

“Skala IV MMI bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah Skala III MMI terasa getaran seakan akan truk berlalu,” lanjut dia.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Potensi Tsunami

Meski gempa terbilang sangat berasa, namun Daryono memastikan tidak ada potensi tsunami.

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” dia menandasi.