Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menyebut kelas darurat belum dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah yang terdampak gempa Jogja pada Jumat, 30 Juni 2023.
Hal itu disampaikan Ganjar, saat meninjau kerusakan akibat gempa di SMPN 1 Giriwoyo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri.
Baca Juga
Menurutnya, kelas darurat belum perlu dibuka lantaran kondisi ruang kelas masih dalam tahap review konstruksi dan belum diputuskan layak digunakan atau tidak. Ganjar mengatakan, saat ini lebih diperlukan ruang darurat.
Advertisement
"Sementara ini belum ya, karena kelasnya masih cukup. Mungkin ruang darurat untuk guru, kalau ini bahaya untuk pengelolaan saja manajerial saja. Jadi kalau nanti dibutuhkan, biar bapak ibu guru me-manage ini," ujar Ganjar di lokasi pada Senin (3/7/2023).
Saat meninjau SMPN 1 Giriwoyo, Ganjar menuturkan tingkat kerusakan akibat gempa tidak terlalu parah. Namun, Ganjar mendapati adanya penurunan lempengan di salah satu halaman sekolah dan membuat lantai rusak saat terjadi gempa.
Meski begitu, Ganjar memastikan kegiatan belajar mengajar yang akan dimulai pada 17 Juli mendatang tidak terganggu.
Oleh sebab itu, Ganjar langsung bergerak cepat dengan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk dilakukan perbaikan dan pengecekan menyeluruh terhadap konstruksi bangunan sekolah.
"Yang penting sekarang mempersiapkan anak-anak bisa masuk belajar lagi tanggal 17 ya. Maka gedung-gedung yang retak segera dilakukan checking, evaluasi, direview, apakah masih layak atau tidak. Kalau layak gunakan, kalau tidak segera pindahkan," jelas Ganjar.
Ganjar juga telah menginstruksikan Pemkab Wonogiri untuk perbaikan fasilitas seperti sekolah dan rumah warga, serta BAZNAS untuk perbaikan rumah ibadah.
"Kita komunikasi umpama yang SMP dnegan bupati, dengan bupati kita obrolkan siapa yang akan perbaikan lebih cepat. Terus yang ada di warga, yang rumah ibadah dengan BAZNAS kita sudah bicara, BAZNAS akan handle," ucap Ganjar.
53 Kali Gempa Susulan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan hingga Minggu (2/7/2023) pukul 07.00 WIB, tercatat sudah puluhan lindu susulan terjadi usai gempa magnitudo 6 mengguncang Bantul Yogyakarta. Gempa susulan tersebut magnitudonya berviariasi.
"Hingga pagi ini, 53 gempa susulan dengan magnitudo terbesar 4,2 dan terkecil magnitudo 2,7," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada wartawan, Minggu (2/7/2023).
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sebelumnya mengatakan gempa bumi susulan yang terjadi usai gempa tektonik bermagnitudo 6,4 di Samudra Hindia selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (30/6) pukul 19.57.43 WIB, kekuatannya semakin melemah.
"Tadi sudah 47 kali gempa susulan dan mungkin masih tambah, tetapi kondisi semakin stabil, semakin jarang susulan dan kekuatannya semakin melemah," kata Dwikorita usai berkunjung ke lokasi terdampak gempa di Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu 1 Juli 2023.
Dia juga mengatakan gempa susulan usai gempa Bantul Yogyakarta yang selanjutnya dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,0 yang episenternya terletak di koordinat 8,63 LS, 110,08 BT, atau di laut pada jarak 81 kilometer arah selatan Kota Wates, DIY pada kedalaman 67 kilometer itu, goncangannya tidak dirasakan manusia.
"Jadi tidak terasa sama sekali ada gempa susulan, yang mencatat hanya alat," kata Kepala BMKG yang dalam kunjungannya mendampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X.
Dwikorita juga mengatakan kerusakan akibat gempa bumi yang dialami di wilayah DIY tersebut mengikuti pola kondisi setempat. Seperti yang terjadi di wilayah Dusun Bangen, Desa Bangunjiwo, Bantul ini, kata dia, karena lokasinya yang berada di daerah ketinggian.
Advertisement