Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Medan Bobby Nasution didukung akademisi soal tembak mati begal yang meresahkan di Kota Medan.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Haris Wijaya, kewibawaan Polri dan Pemkot Medan sedang dipertaruhkan karena maraknya begal yang kerap mengancam korban jiwa para pengguna jalan.
Baca Juga
Tercatat seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bernama Insanul Anshori Hasibuan tewas setelah menjadi korban pembacokan oleh komplotan begal bulan lalu.
Advertisement
"Tentunya langkah polisi ini untuk mengatasi maraknya peredaran narkoba dan miras (minuman keras), sebagai induk segala tindakan kejahatan yang saat ini terjadi," ujar Haris seperti dikutip dari Antara, Jumat, (14/7/2023).
Pihaknya menilai tindakan tegas kepada pelaku begal merupakan bentuk terapi kejut yang menunjukkan masih ada penegak hukum melindungi masyarakat Kota Medan.
"Jika pelaku begal ini dibiarkan, maka semakin marak tanpa tindakan tegas penegak hukum. Kita khawatir masyarakat mempersenjatai diri, karena hilangnya rasa kepercayaan terhadap penegak hukum," papar Haris.Sebelumnya, Bobby Nasution mengapresiasi langkah kepolisian bertindak tegas terhadap pelaku begal sadis yang kian meresahkan masyarakat Medan, Sumatera Utara (Sumut).
"Begal dan pelaku kejahatan tentu saja tak punya tempat di Kota Medan. Aksi mereka meresahkan, sudah tepat aparat bertindak tegas. Saya apresiasi Polrestabes Medan dan jajaran," ujar Wali Kota Medan Bobby Nasution melansir Antara, Kamis (13/7/2023).
"Semoga ketegasan kepolisian ini, baik Polrestabes Medan maupun Polres Pelabuhan Belawan membuat para pelaku kekerasan dan kriminal jalanan, terutama aksi begal sadis jera," sambung dia.
Kemudian, Bobby meminta agar aparat bertindak tegas untuk menghentikan aksi kekerasan atau begal di jalanan dalam paparan digelar di Polrestabes Medan dan Polres Belawan belum lama ini.
"Bila perlu pelaku begal dan sejenisnya ditembak mati," tegas Bobby.
Bobby Nasution Dukung Tembak Mati Begal, Kriminolog: Bertentangan dengan Hukum
Wali Kota Medan Bobby Nasution mendapat kritik pedas gara-gara mendukung tembak mati begal. Kebijakan itu dinilai sangat berbahaya karena tindakan tersebut dilakukan tanpa proses peradilan yang adil,
Menurut kriminolog UGM, Soeprapto, menilai tembak mati begal bertentangan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) karena tak memenuhi syarat proses peradilan yang minimal harus ada laporan, barang bukti dan saksi.
"Sanksi pidana hukuman mati tidak dapat diberlakukan sembarangan. Setidaknya jika pelaku nya memenuhi ada unsur pembunuhan berencana atau terkait penyalahgunaan atau peredaran narkoba". Jadi jika bagi pelaku begal diusulkan ditembak mati, sudah tentu tidak sesuai dengan KUHP kita," kata Soeprapto kepada Liputan6.com, Kamis, (13/7/2023).
Selain itu, kata dia, pemberian sangsi hukum sebenarnya untuk memberikan efek jera bagi pelaku dan meminimalkan terjadinya tindak berulang.
"Jadi jika pelaku langsung dibunuh maka efek jera menjadi tidak terpantau," ujarnya.
Namun, jika pelaku begal itu diproses hukum maka akan dapat diketahui faktor penyebab mengapa seseorang membegal.
"Apakah karena terdesak kebutuhan ekonomi yang pemenuhannya mengalami jalan buntu? Atau karena ingin dapat sesuatu secara instan dan malas bekerja? Atau karena faktor eksternal lemahnya sistem kontrol sosial?" kata Soeprapto.
Selain itu, kata dia, tembak mati begal juga melanggar hak asasi manusia (HAM).
"Tindakan tembak langsung juga menimbulkan rawan salah sasaran maupun fitnah, bagi orang yang dendam kepada orang lain, bisa dengan mudah berteriak 'begal' agar ditembak polisi," ujarnya.
Advertisement