Liputan6.com, Jakarta Harga Beras diprediksi tidak akan kembali turun hingga tahun depan, bahkan cenderung terus naik. Kebijakan impor untuk meredam kenaikan Harga Beras diragukan efektivitasnya, hal ini mengingat jumlah impor yang dijanjikan 2 juta ton pada 2024 hingga saat ini tidak ada kepastian.
Hal tersebut dikatakan analis politik kebijakan pangan Syaiful Bahari. “Sementara beras impor yang sudah masuk di 2023 sudah mulai menipis untuk guyuran bansos,” kata Syaiful, Selasa (28/11/2023).
Kenaikan harga beras terjadi di beras medium yang sekarang bertengger di angka Rp. 13.500 per kilogram dan harga premium berada di Rp. 15.000 sampai Rp. 16.000 per kilogram.
Advertisement
“Jika mengacu kepada laporan tahun-tahun sebelumnya ketika situasi normal selalu ada surplus beras di bulan Desember, yang rata-rata mencapai 1 hingga 1,5 juta ton sebagai cadangan beras nasional, namun akhir tahun ini stok beras nasional justru defisit 1,45 juta ton,” kata anggota majelis nasional Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) ini.
Lebih lanjut dia mengatakan bahkan pada Januari 2024 justru defisit beras semakin besar, mencapai 1,6 juta ton. Sementara musim tanam serentak tidak bisa serta merta dilakukan petani di kuartal pertama tahun depan.
“Artinya panen raya yang diharapkan bisa menutup stok gabah di April nanti sulit terjadi dan ini menjadi alarm bagi pemerintah di tengah perhelatan politik 2024,” ujarnya.
Terus Turun
Syaiful juga menyebut tak hanya beras, pada akhir tahun ini harga sembako turut terkerek, mulai dari gula, garam, kedelai, cabe merah, bawang merah dan bawang putih. Kemudian menyusul telor dan daging ayam.
“Kenaikan tersebut bukan disebabkan oleh siklus akhir tahun dan liburan Nataru, tetapi memang tingkat produktivitas pangan nasional selama ini terus menurun, bahkan menurunnya justru setelah Covid 19 berakhir,” dia menandaskan.
Advertisement