Sukses

Joserizal: &quot<i>Alhamdulillah</i> Amanah Sudah Sampai"

Tim yang terdiri dari empat orang dokter bedah telah menyelesaikan tugas kemanusiaannya membantu korban perang di Baghdad, Irak. Tim berencana berangkat lagi untuk membantu korban pascaperang.

Liputan6.com, Jakarta: Niat Komite Pertolongan Medis Gawat Darurat atau Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia untuk menolong korban perang di Irak terwujud sudah. Tim MER-C Indonesia yang terdiri dari empat dokter bedah: Joserizal Jurnalis (ketua tim), Fauzi Nasution, Yogi Prabowo, dan Sarbini telah menyampaikan amanah warga Indonesia untuk korban perang Irak. "Alhamdulillah amanah (bantuan warga Indonesia) telah disampaikan. Yang tidak bisa dilakukan itu amanah skil kami. Kami tidak sempat membedah, tapi sempat memberikan pertolongan di ruang emergency," kata Joserizal Jurnalis saat menceritakan perjalanan tim MER-C kepada reporter Bayu Sutiyono di Studio SCTV Jakarta, Sabtu (26/4).

Tim MER-C bertolak dari Sekretariat MER-C di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, menuju Amman, Yordania pada awal April silam [baca: Tim Dokter MER-C Bertolak ke Amman]. Setiba di Amman--lima hari sebelum Baghdad jatuh, tim tak mendapat kesulitan untuk memperoleh visa masuk ke Irak. Dari Amman, kata Rizal--sapaan Joserizal Jurnalis, tim menyewa sebuah kendaraan dan dibantu sopir asal Yordania menuju perbatasan Irak. Perjalanan menuju perbatasan relatif tidak ada hambatan. Namun saat perjalanan dari perbatasan Irak menuju Baghdad, situasi sangat mencekam karena masih terjadi pengeboman oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Setelah menempuh dua jam perjalanan, tim akhirnya berhasil sampai di Kota Baghdad, dan langsung menuju Rumah Sakit Al Kindi. Di sana situasi sudah kacau, dimana sejumlah warga dengan senjata di tangan hilir mudik di rumah sakit. Rizal dan tim langsung memberikan bantuan yang dibawa, seperti alat bantu untuk patah tulang dan alat kejut jantung. Tim pun membeli sebuah ambulance yang kemudian ditingal di sana. Namun Rizal dan tiga relawan lainnya tak bisa banyak membantu dan terpaksa hanya sehari semalam di Baghdad. Pasalnya tim mendapat kendala dari pejabat setempat yang menolak bantuan dari luar [baca: MER-C Cuma Sehari Semalam di Baghdad]. Memang diakui Rizal, saat itu tim medis cukup banyak dan masih bisa meng-handle keadaan.

Tim MER-C kembali mengunjungi Baghdad, dua hari setelah Ibu Kota Irak diduduki koalisi. Tim menuju rumah sakit yang ada di kota tersebut. Situasi di sana relatif lebih tenang ketimbang dengan kunjungan tim yang pertama. Meski masih terdengar rentetan tembakan, tapi dentuman bom sudah tak terdengar lagi. Namun tanpa disadari tim, ternyata situasi justru lebih kacau karena saat itu penjarahan besar-besaran oleh warga sedang berlangsung, termasuk di RS yang dikungjungi tim. Keamanan RS sementara dipimpin seorang mulah dan 40 anggota lengkap dengan senjata AK-40.

Menurut Rizal, tim sempat mendapat serangan hingga tiga kali dari kelompok tak dikenal. Saat itulah, mulah memberitahukan kepada tim untuk menggunakan senjata jika RS jatuh ke tangan para penjarah. "Di depan kamar ada setumpuk senjata yang harus dipergunakan. Karena jika tak digunakan dokter pun tetap akan dibunuh," kata Rizal menirukan peringatan mulah.

Untungnya, seluruh anggota tim bisa terhindar dari serangan dan akhirnya bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat. Namun malang bagi tim MER-C Malaysia. Dua dokter mereka dikabarkan terkena tembakan. Bahkan seorang mengalami luka parah dan harus menjalani operasi di RS Kuala Lumpur. Rizal menyebutkan, MER-C Indonesia juga tengah menyiapkan misi kedua apabila kondisi Baghdad sudah benar-benar pulih. Pada misi kedua, rencananya akan memperluas area kerja kemungkinan hingga Najaf, Karbala, dan Basra. Pada misi keduanya, Rizal berencana menambah anggota tim dengan menyertakan dokter anak, kebidanan, sehingga misi lebih luas. "Karena pascaperang masalahnya adalah rehabilitasi," kata Rizal.(DEN)