Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menelusuri soal bencana kelaparan di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang diduga meninggal dunia akibat kelaparan.
Namun berdasarkan laporan yang diterimanya, enam warga yang merupakan satu keluarga itu bukan meninggal karena kelaparan, melainkan diare.
Baca Juga
"Saya habis dua, tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif," jelas Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Advertisement
"Yang ada menurut laporan dari Sekwilda dan Kadis setempat bukan (meninggal) kelaparan, (tapi) diare," sambungnya.
Dia mengatakan bahwa warga tersebut sempat mengalami muntah-muntah hingga 20 kali. Setelah itu, mereka mengalami diare dan dehidrasi.
"Jadi ini menurut saya, tapi mari temen-temen mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," ujarnya.
Syahrul menuturkan bahwa penduduk di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah sudah terbiasa hidup di cuaca yang ekstrem. Meski begitu, dia akan kembali mengunjungi Papua Tengah untuk mengecek soal bencana kelaparan.
"Ada ekstrim cuaca. Itu di atas gunung lho. Diatas 2.000 (diatas permukaan kaki). Oleh karena itu, orang terbiasa ada hujan atau tidak, ada es dan lain-lain. Jadi saya akan cek sama sama, lebih baik saya bilang begitu. Tapi intervensi saya akan tetap lakukan. Minggu ini. Mungkin Minggu depan saya turun lagi," tutur Syahrul.
Disisi lain, dia menyampaikan bahwa kementeriannya akan melakukan upaya untuk mengatasi kondisi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Mulai dari, memberikan bantuan makanan selama tiga bulan hingga menyerahkan 10.000 tanaman polybag yang bisa ditanam di pekarangan rumah.
"Kita juga tidak boleh gegabah kan karena ini di puncak sana dan ada masalah sedikit di sana. Saya punya konsentrasi di timika sekarang untuk bisa mensuplai," ucap dia.
"Agenda ketiga, permanen agenda saya akan buat lahan penyangga di sana. Dan saya kira kalau di puncak itu masalah hujan es dan lain-lain setiap tahun seperti itu," imbuh Syahrul.
Cuaca Ekstrem
Sebelumnya, Cuaca ekstrem yang melanda dua distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah sejak bulan Juni 2023 dilaporkan menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Sekda Puncak Darwin Tobing di Puncak, Jumat, menjelaskan dari laporan yang diterima enam orang yang meninggal itu masing-masing berasal dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.
"Rata-rata warga yang meninggal akibat kelelahan dan mengalami buang air yang disertai darah," katanya.
Bahkan, kata dia, ada seorang ibu terpaksa melahirkan bayinya secara prematur karena kelelahan saat mencari makan yang menyebabkan bayinya meninggal sesaat setelah dilahirkan.
Menurut dia, cuaca ekstrem yang dialami di kedua distrik itu terjadi sejak bulan Juni lalu yang mengakibatkan tanaman mati hingga masyarakat kesulitan bahan makanan.
Pemda Puncak, kata Tobing, setelah mendapat laporan berupaya mengirimkan bantuan namun tidak ada perusahaan penerbangan yang mau menerbangkan pesawatnya ke Agandugum.
Masyarakat sudah memberikan jaminan keamanan bagi pesawat yang membawa bantuan terbang ke Agandugume sehingga bantuan dari pemda diturunkan di Sinak yang kemudian diangkut dengan berjalan kaki selama dua hari.
"Pemda Puncak saat ini berupaya agar ada perusahaan penerbangan yang mau mengangkut bantuan untuk masyarakat di wilayah itu karena selain logistik juga akan dikirim tenaga kesehatan, " katanya.
Distrik Lambewi merupakan distrik hasil pemekaran dari Distrik Agandugume.
Â
Advertisement