Sukses

Mahasiswa UI yang Jadi Korban Pembunuhan Senior Miliki Nilai Akademik Bagus

Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) menjadi korban pembunuhan seniornya, Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23). Zidan dikenal sebagai mahasiswa aktif dan memiliki prestasi yang bagus di jurusan Sastra Rusia, Universitas Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa UIMuhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) menjadi korban pembunuhan seniornya, Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23). Zidan dikenal sebagai mahasiswa aktif dan memiliki prestasi yang bagus di jurusan Sastra Rusia, Universitas Indonesia.

Ketua Himpunan Sastra Rusia FIB UI, Adha Amin Akbar mengatakan, tersangka merupakan kakak tingkat korban dan kenal pada saat korban menjadi mahasiswa baru. Saat itu, tersangka merupakan mentor korban yang harus mengurus pada penerimaan mahasiswa baru.

“Kalau saya dengan korban, saya memang sering ada kegiatan di kampus bareng karena korban kebetulan staf saya,” ujar Akbar, Minggu (6/8/2023).

Akbar kerap berkomunikasi dengan korban membicarakan mengenai program kerja. Atas kerja bareng dalam keorganisasian membuat Akbar kenal dengan korban sebelum meninggal karena kasus pembunuhan.

“Dia itu staf saya, jadi kerap mengobrolkan tentang program kerja, itu aja sih yang menunjukkan kedekatan saya dengan korban,” ucap Akbar.

Akbar menjelaskan, korban selama menjalani masa kuliah merupakan mahasiswa yang aktif. Selain itu nilai akademik korban sangat bagus sehingga dijadikan motivasi mahasiswa lainnya.

“Akademis dia bagus banget, dia juga salah satu orang yang banyak memotivasi mahasiswa lain untuk belajar, itu sih dia baik banget,” jelas Akbar.

Kedekatan korban ke tersangka berbanding terbalik dengan kedekatan korban dengan Akbar. Korban lebih sering berkomunikasi dengan Akbar selama masa perkuliahan.

“Betul lebih banyak interaksi ke saya, tapi kalau interaksi korban ke tersangka itu saya kurang tahu,” terang Akbar.

Korban tidak pernah mendatangi tempat kontrakan yang ditinggali akbar bersama tersangka. Menurutnya, korban dikenal anak rumahan dan tidak akan ke kampus apabila tidak memiliki kegiatan.

“Korban kan anaknya rumahan banget, saya juga ngobrol dan interaksi sama korban, intens itu ya di kampus aja,” ungkap Akbar.

Akbar tidak mengetahui cara interaksi tersangka dengan korban, tersangka tidak pernah bilang kepadanya apabila ingin main ke tempat kost korban. Begitupun pada saat hari kejadian pembunuhan, tersangka tidak berbicara apapun kepada Akbar.

“Enggak, seperti biasa sih, dia enggak ngomong mau ke mana, tiba-tiba kita tahu dari berita itu aja,” jelas Akbar.

2 dari 2 halaman

Minta Maaf

Sebelumnya, tersangka Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23) akhirnya berbicara usai membunuh korban Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Dia sempat meminta maaf dan berusaha menyelesaikan hutangnya dengan caranya sendiri.

Altaf mengatakan, meminta maaf kepada seluruh pihak atas perbuatannya telah membunuh korban. Usai tertangkap pihak kepolisian, Altaf hanya dapat pasrah untuk menjalani hukuman atas perbuatannya.

“Saya kakak tingkat dari almarhum. Saya ingin meminta maaf kepada ibu korban, bapak, keluarga dan kerabat, teman korban, dan pihak yang dirugikan, serta semua pihak yang sudah saya kecewakan,” ujar Altaf sambil menangis kepada Liputan6.com, Sabtu (5/8/2023).

Altaf mengaku telah putus harapan untuk mengatasi permasalahan hutangnya baik kepada teman maupun pinjaman online (Pinjol). Hal itu membuat dirinya nekat menghabisi nyawa korban sehingga merugikan banyak pihak.

“Saya sudah putus harapan tidak menemukan jalan yang terang untuk menyelesaikan masalah saya sendiri dengan berbagai cara, sampai cara terakhir ini merugikan banyak orang," ucap Altaf.

Altaf mengungkapkan, pisau lipat yang digunakan untuk membunuh korban telah disiapkan dan akan digunakan saat mengetahui korban akan kembali dari kampung halamannya.

Saat itulah tersangka menjemput korban dan menghabisi nyawa korban di kamar kost.

"Pisau sudah saya sediakan saat dia pulang dari kampungnya ke kosan," ungkap Altaf.

Altaf menuturkan, bermain Crypto sudah dilakukannya bersama korban sejak tahun lalu. Namun, akibat mengalami kerugian hingga Rp80 juta, Altaf mencari pinjaman dan hutang tersebut mencapai Rp15 juta.

“Sudah meminta orang tua, sudah membantu tapi saya mencoba menyelesaikan masalah saya sendiri, karena saya tidak enak dengan orang tua,” tutur Altaf.