Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini, Selasa (15/8/2023), langit pagi Indonesia diprediksi cerah, cerah berawan, dan berawan. Hanya wilayah Bengkulu dan Tarakan pagi ini diprakirakan berawan tebal serta kabut di Pekanbaru. Seperti itulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Selasa (15/8/2023).
Lalu pada siang hari nanti, sebagian langitnya diprakirakan cerah, cerah berawan, berawan, dan hujan ringan, seperti laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman resminya www.bmkg.go.id.
Baca Juga
Hujan dengan intensitas ringan diprediksi BMKG bakal guyur wilayah Ambon, Manokwari, Manado, dan Medan di siang nanti.
Advertisement
Kemudian, langit Indonesia sebagiannya diprakirakan cerah, cerah berawan, berawan, hujan ringan, dan hujan lebat. Wilayah Ambon diprediksi hujan ringan dan waspada hujan lebat di Medan pada malam hari nanti.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Banda Aceh |  Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Denpasar |  Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Serang |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Bengkulu |  Berawan Tebal |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |
 Yogyakarta |  Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Cerah |  Cerah |  Cerah Berawan |
 Gorontalo |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Jambi |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Bandung |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Semarang |  Cerah Berawan |  Cerah |  Cerah Berawan |
 Surabaya |  Cerah |  Cerah |  Cerah |
 Pontianak |  Cerah |  Cerah |  Cerah Berawan |
 Banjarmasin |  Cerah |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Palangkaraya |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Samarinda |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Tarakan |  Berawan Tebal |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Pangkal Pinang |  Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Tanjung Pinang |  Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Bandar Lampung |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |
 Ambon |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Ternate |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Mataram |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Kupang |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Kota Jayapura |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Manokwari |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Pekanbaru |  Kabut |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Mamuju |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Makassar |  Cerah Berawan |  Cerah |  Berawan |
 Kendari |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Manado  |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Padang |  Cerah Berawan |  Berawan |  Cerah Berawan |
 Palembang |  Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Medan |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Lebat |
Tips Tetap Sehat di Tengah Cuaca Panas Musim Kemarau
Sebelumnya, Dokter spesialis gizi di RS Pelni dr Jovita Amelia, Sp.GK mengatakan orang-orang boleh minum air dingin kala cuaca panas dengan syarat tidak ada masalah pada tenggorokan dan kebutuhan cairannya terpenuhi.
"Jangan lupa cukup cairan terutama jika ada aktivitas tambahan di luar ruangan atau olahraga juga harus dicukupi kebutuhan cairan tambahannya," kata dia yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia itu melalui pesan elektroniknya kepada ANTARA.
Jovita lalu mengingatkan orang-orang menjaga asupan makanan seimbang antara lain mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehat. Untuk karbohidrat bisa dengan nasi, kemudian ditambahkan sayur dan buah yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tubuh.
Merujuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak fenomena El Nino di Indonesia terjadi pada Agustus hingga September 2023 dan hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan sebanyak 63 persen dari zona musim telah memasuki musim kemarau.
BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dari normalnya-dan juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya.
Advertisement
Dampak El Nino untuk Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan berbagai potensi dampak El Nino bagi kesehatan antara lain penularan penyakit melalui vektor misalnya parasit malaria, demam berdarah atau virus demam kuning) dan penyakit paru.
Selain itu, penyakit akibat kombinasi menurunnya higiene, penyakit yang berhubungan dengan air akibat keterbatasan ketersediaan air dan sanitasi serta saluran pernapasan serta penyakit akibat cuaca panas.
Menurut Kementerian Kesehatan, ada sejumlah cara untuk mengurangi dampak cuaca panas pada tubuh yakni dengan mencukupi kebutuhan air tubuh dan tidak menunggu rasa haus muncul, menghindari kontak matahari secara langsung dengan menggunakan topi atau payung.
Kemudian, menggunakan tabir surya atau minimal faktor perlindungan matahari (SPF) 30 pada kulit yang tidak tertutup pakaian untuk memberikan perlindungan ekstra kepada kulit.
Selain itu, bagi mereka yang ingin melakukan aktivitas fisik atau olahraga sebaiknya memilih di dalam ruangan untuk meminimalisir potensi heat stroke yakni kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas, ataupun dehidrasi.
BMKG Sebut Dampak Kekeringan di Indonesia Tak Separah Negara Lain
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, musim kemarau dan kekeringan di Indonesia tidak akan separah kondisi di Korea Selatan.
BMKG memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada minggu terakhir Agustus 2023 yang dipicu fenomena El Nino.
"Dasarnya kan dari penghitungan suhu muka air laut lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah, kalau di negara lain levelnya bisa lebih tinggi," kata Dwikorita dilansir dari Antara, Sabtu 12 Agustus 2023.
BMKG memprediksi, kondisi kemarau tahun ini, akan seperti kekeringan pada 2019, tetapi tidak separah 2015 lalu. Saat itu, kondisi kekeringan diperburuk dengan luasnya area kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Memang kalau kita lihat di lapangan sungai-sungai sudah mulai mengering ya. Tetapi kalau dilihat secara global intensitas atau level El Nino di Indonesia ini relatif rendah. Kita diuntungkan karena masih punya laut," ucap Dwikorita.
"Ini adalah fenomena global yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti India, Thailand, dan Vietnam. Karena kita levelnya paling rendah sehingga dampaknya tidak akan separah di negara lain," ujarnya.
Advertisement