Liputan6.com, Bekasi - Keseruan perayaan Hari Ulang Tahun ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (HUTÂ ke-78 RI) tersaji di Yayasan Galuh, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Hampir seluruh peserta dan petugas upacara HUT RI di yayasan ini merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Mulai dari pemimpin upacara, protokoler, pengibar bendera hingga dirigen, semuanya adalah pasien ODGJ yang dirawat di yayasan. Hanya pembina upacara yang berasal dari pihak yayasan. Anak-anak pengurus yayasan juga nampak ikut meramaikan upacara sebagai peserta.
"Upacara bendera itu setiap tahun kita laksanakan di Yayasan Galuh. Yang kita ikut sertakan dari binaan kita, pimpinan upacara, pembaca sampai peserta lainnya pasien semua," kata Humas Yayasan Galuh, Hero Cahyoko di lokasi, Rabu (17/8/2023).
Advertisement
Dari 435 pasien Yayasan Galuh, ada 200 orang yang ikut serta dalam upacara HUT Kemerdekaan RI. Seluruh peserta yang dilibatkan hanya pasien yang tingkat kejiwaannya hampir pulih, yakni sekitar 70-90 persen.
"Perempuannya lebih sedikit dari laki-laki. Perempuan yang kita ikut sertakan hanya 15 persen, kalau laki-laki hampir 20 persen," ujar Hero.
Usai upacara, kemeriahan acara dilanjutkan dengan berbagai perlombaan, seperti tarik tambang, balap karung, makan kerupuk dan lainnya. Para pasien menyambut gembira kegiatan tersebut.
"Saya pribadi senang karena istilahnya kami memang di sini warga binaan, lebih banyak kosongan waktu gitu, kami di sini teman-teman bengong. Jadi kalau ada kegiatan seperti kemerdekaan begini, banyak lomba-lomba," ujar salah satu pasien.
Cerita ODGJ Pengibar Bendera
Pasien tersebut merupakan satu dari petugas pengibar bendera pada upacara tadi pagi. Ia mengaku sangat senang karena bersama rekan-rekan bisa berkontribusi di hari kemerdekaan, di tengah cibiran masyarakat tentang ODGJ.
"Saya merasa bangga bisa berkontribusi. Saya dipandang sebelah mata sama orang gitu dan saya akhirnya bisa membuktikan kalau saya bisa sembuh dan saya kembali gitu ya," ungkapnya.
"Terus kita juga jadi mengingat memori lagi, kan kita di sini diajarkan supaya mengingat memori masa-masa lalu supaya ke depannya setelah keluar dari yayasan, bisa hidup dan mandiri, tidak menjadi masalah masyarakat lagi," jelasnya.
Dia memaknai kemerdekaan, yakni untuk memperoleh kehidupan yang layak di tengah-tengah masyarakat. Karena stigma masyarakat selama ini mengenai ODGJ, kerap mendapat respons negatif dan cenderung menghakimi.
"Bagi saya pribadi kemerdekaan dari hak untuk hidup di masyarakat lagi. Karena saya pribadi, penilaian masyarakat, (sakit) jiwa," imbuhnya.
Â
Advertisement
Jadi ODGJ Akibat Kecanduan Judi Slot
Dia pun menceritakan ikhwal dirinya mengalami gangguan kejiwaan. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan mental dan psikisnya terganggu.Â
Meski begitu, dia bersyukur karena bisa belajar dari kesalahannya. Ia kini lebih menghargai hidup dan mengerti jika segala sesuatu tak bisa instan, tapi butuh kerja keras dan pengorbanan.
"Misalnya kita mau senang, ya harus berusaha, harus kerja gitu. Jadi istilahnya setelah kerja, kita dapat penghasilan, dapat imbalan. Harapan saya ingin sembuh," tuturnya.
Â
Menstimulasi ODGJ Agar Bisa Kembali Hidup Normal
Sementara Founder Komunitas Sedekah Bareng Nasi Bungkus (Sebar Nabung), Mutia Farida menyampaikan pihaknya memilih ikut berkontribusi dalam kegiatan para ODGJ tersebut karena merasa terbebani untuk membantu.
"Kenapa kami mengadakan di sini, soalnya kalau di tempat-tempat umum, seperti panti asuhan pasti sudah ada yang menyelenggarakan. Sedangkan di sini belum tentu," paparnya.
Mutia berujar, ini merupakan tahun kedua pihaknya ikut dalam kegiatan upacara yayasan. Sedangkan untuk kegiatan rutin, yakni pemberian makan siang, dilakukan setiap Jumat, minimal satu bulan sekali.
Mutia berharap dengan adanya kegiatan ini dapat menstimulasi pikiran dan jiwa para ODGJ sehingga bisa kembali normal dan diterima dengan baik oleh keluarga dan masyarakat.
"Bagaimanapun mereka juga kan sama seperti kita, manusia juga, ciptaan Allah juga. Dan barangkali mereka sekarang sedang diuji, disayang sama Allah karena terganggu jiwanya. Tapi itu bukan gak mungkin mereka sembuh, sehat seperti sediakala," tandasnya.
Â
** Artikel ini telah diperbaiki Sabtu (23/9/2023).
Advertisement