Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertahanan RI yang juga bakal calon presiden di Pemilu 2024, Prabowo Subianto memilih irit bicara soal program food estate. Justru Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menjawab program tersebut.
Terkait hal tersebut, pengamat politik Muhammad Kazimi meminta Prabowo harus berani tampil dan jangan menjadikan Presiden Jokowi bempernya.
Baca Juga
Jokowi Tinjau Pengolahan Sampah Plastik Jadi Petasol di Banjarnegara, Tekankan Pentingnya Ekonomi Sirkular
Alasan The Straits Times Masukkan Prabowo Subianto dalam Daftar 10 Pemimpin Bakal Berpengaruh di Tahun 2025
Apa Itu OCCRP? Mengenal Lebih Dalam Organisasi yang Memasukkan Jokowi dalam Daftar Tokoh Terkorup 2024
"Ini dapat diibaratkan hanya mau mengambil sinarnya (keberhasilan Presiden Jokowi) namun tidak ingin terkena panasnya," kata dia, Jumat (18/8/2023).
Advertisement
Menurut Kazimi, jangan seolah-olah Prabowo hanya ingin mengambil yang dianggap untung bagi dirinya dari Jokowi.
"Kalau ternyata menguntungkan maka dielu-elukanlah sang pemberi perintah. Sebaliknya bila ada kondisi-kondisi tertentu yang tidak diharapkan akan balik badan seolah tak terlibat," jelas dia.
Sebelumnya, Prabowo Subianto menanggapi soal food estate yang disebut sebagai kejahatan lingkungan. Prabowo merespons santai tuduhan yang disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto.
Tanggapan itu disampaikan Prabowo selepas seminar strategi transformasi bangsa menuju Indonesia emas 2045 oleh di Balroom Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
"Oh yang bener?" singkat Prabowo Subianto.
Mantan Danjen Kopassus itu enggan menanggapi lebih lanjut. Dia menyudahi sesi wawancara cegat sambil melayani sejumlah orang yang ingin meminta foto.
Sementara, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menanggapi kritik dari PDI Perjuangan (PDIP) tentang program food estate yang pengelolaannya di bawah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Jokowi menegaskan bahwa tak mudah membangun food estate atau lumbung pangan.
"Kalau supaya tahu, membangun food estate, membangun lumbung pangan itu tidak semudah yang Bapak/Ibu bayangkan," kata Jokowi di Gedung Parlemen Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Â
Ada Tahapan
Menurut dia, penanaman pangan pertama biasanya kerap mengalami kegagalan. Jokowi menyampaikan penanaman pangan baru bisa normal apabila sudah dilakukan sebanyak tujuh kali.
"Tanaman pertama biasanya gagal, nanam kedua masih paling-paling bisa berhasil 25 persen. Ketiga, baru biasanya keenam ketujuh itu baru pada kondisi normal. Jadi tidak semudah yang kita bayangkan," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa program food estate ditujukkan untuk mengantisipasi krisis pangan, yang saat ini dialami sejumlah negara. Jokowi menyebut beberapa negara saat ini kesulitan dalam mendapat stok gandum hingga beras.
"Wheat (atau) gandum, problem di semua negara. Yang makan gandum sekarang ini, masalah sekarang ini, problem. Harga juga naik drastis," tutur dia.
"Kedua, beras. Setelah India stop enggak ekspor lagi, semua yang makan beras semuanya ini masalah. Harga naik," sambung Jokowi.
Untuk itu, kata dia, pemerintah membuat program food estate sebagai cadangan pangan nasional. Jokowi menyampaikan apabila cadangan pangan nasional berlimpah, dapat diekspor ke negara-negara lain.
"Sehingga yang namanya lumbung pangan, food estate itu harus. Itu cadangan, baik cadangan strategis maupun nanti kalau melimpah betul, enggak apa-apa untuk ekspor karena negara lain membutuhkan," jelas Jokowi.
Dia mengakui bahwa tiga food estate yang dibangun oleh pemerintah belum berjalan dengan baik. Namun, Jokowi menekankan pemerintah harus berani mencoba, meski mengalami kegagalan.
"Problem-problem di lapangan itu tidak seperti semudah yang kita bayangkan. Jadi semuanya akan diperbaiki. Dan semuanya harus dievaluasi, dikoreksi, harus diulang. Kalau kita enggak berani, baru gagal pertama sudah mundur, sampai kapanpun lupakan," pungkas Jokowi.
Advertisement